Sie sind auf Seite 1von 12

1

ARTIKEL KEBIJAKAN NASIONAL TENTANG PENCEGAHAN DAN

PEMBERNTASAN KORUPSI

Disusun Oleh:
Rahmayani Sagala
P07124120020

Dosen Pengampu :
Nurdahliana

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES ACEH
JURUSAN KEBIDANAN BANDA ACEH
PRODI D-III KEBIDANAN
TAHUN 2022
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat
dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul: Resume dan
bedah artikel tentang tindak pidana korupsi ini dengan baik meskipun masih banyak
kekurangan. Kami juga berterima kasih kepada dosen yang telah memberikan tugas
ini dan telah membimbing kami.Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam
menambah wawasan serta pengetahuan bagi para pembaca.

Kami menyadari sepenuhnya bawah masih banyak kekurangan dalam segi


penyusunan bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu kami membuka
selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi kritik dan sarannya kepada
saya sehingga saya dapat memperbaiki makalah ini dikemudian hari. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat dan mohon maaf apabila terdapat kesalahan katakata
yang kurang berkenan.

Aceh Besar, November 2022

Penulis
3

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................

KATA PENGANTAR ....................................................................................

DAFTAR ISI ...................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................

A. Latar Belakang .....................................................................................


B. Rumusan Masalah ................................................................................
C. Tujuan ..................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................

A. Artikel Kebijakan Nasional Tentang Pencegahan dan Pemberantasan


Korupsi .................................................................................................
B. Bedah Artikel ......................................................................................
BAB III PENUTUP ........................................................................................

A. Kesimpulan ..........................................................................................
B. Saran .....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tindak pidana korupsi merupakan tindak pidana yang berkarakter
ekstra ordinary crime. Semakin hari, pelaku atau aktornya semakin masiv
bukan saja dampaknya(Wahab, 2021). Para aktor bukan saja kalangan tua
tetapi sudah semakin meregerasi, koruptor sekarang semakin muda dan
penyebarannya tidak saja di lembaga-lembaga trias politika, tetapi sudah
masiv sampai dengan kepala desa, satuan pemerintahan terkecil di
Indonesia. Korupsi adalah perbuatan buruk yang dilakukan oleh orang
dengan cara menyogok, menyuap, menerima sesuatu yang bertentangan
dengan hukum dan merugi kan keuangan negara. Korupsi juga adalah
perbuatan tercela yang menguntungkan diri sendiri dan orang lain dengan
cara melawan hukum(Syauket et al., 2022)

Menjamurnya tindak pidana korupsi tentu membuat segenap bangsa


Indonesia gundah gulana. Ternyata korupsi terjadi pada pelbagai sektor dan
juga kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif serta sektor swasta
(private sector) (Sheren, 2022). Oleh karena itu pemberantasan korupsi
merupakan salah satu fokus utama Pemerintah dan Bangsa Indonesia.
Upaya-upaya telah ditempuh, baik untuk mencegah maupun memberantas
korupsi secara serentak, mengingat tindak pidana korupsi sebagai white
collar crime serta sebagai kejahatan luar biasa. Upaya-upaya itu sebenarnya
telah dilakukan dan diupayakan agar membuahkan hasil berupa tumbuhnya
itikad pemberantasan korupsi hingga ke pelosok Indonesia (Waluyo, 2017).
Pada masa reformasi, selain Kepolisian dan Kejaksaan sejumlah instansi
pelaksanaan dan pendukung pemberantasan korupsi juga dibentuk, antara
lain Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Pusat Pelaporan dan Analisis
Transaksi Keuangan (PPATK), dan Lembaga Perlindungan Saksi dan
Korban (LPSK), juga telah dibentuk pengadilan khusus tindak pidana
5

korupsi. Semua itu dilakukan dalam rangka mengoptimalkan upaya


pemberantasan korupsi(Syauket et al., 2022)

Pemerintah Indonesia sejak awal telah mengambil langkah- langkah


dan melakukan berbagai upaya untuk memberantas korupsi yaitu sejak
kepemimpinan presiden Soekarno berlanjut sampai pemerintahan Presiden
Susilo Bambang Yudoyono. Secara konstitusional upaya pemberantasan
korupsi dengan dikeluarkan peraturan perundangan tentang Tindak Pidana
Korupsi dan pembentukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang
menjadi harapan masyarakat untuk mengobati penyakit masyarakat yang
sudah kronis. Sampai saat ini langkah KPK sudah menunjukkan prestasi
yang mengagumkan dengan memproses hukum para pejabat yang terlibat
kasus korupsi, walaupun esensi pemberantasan korupsi bukan siapa yang
telah diproses secara hukum tetapi kesungguhan untuk terus berupaya
menciptakan semangat anti korupsi di setiap elemen masyarakat (Buku Ajar
PBAK , n.d.)

Dari kasus korupsi yang banyak terjadi di Indonesia sudah sangat


menghawatirkan,banyak upaya upaya dan pencegahan sudah dilakukan
untuk menghentikan tindak kejahatan korupsi. Peran serta masyarakat juga
sangat dibutuhkan dalam hal ini.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pembuatan artikel tentang kebijakan nasional tentang
pencegahan dan pemberantasan korupsi?
2. Bagaimana bedah artikel tersebut?

C. Tujuan
1. Dapat mengetahui bagaimana cara pembuatan artikel tentang kebijakan
nasional tentang pencegahan dan pemberantasan korupsi
2. Dapat mengetahui bagaiman cara pembedahan artikel yang benar
6

BAB II

ARTIKEL

A. Artikel Tentang Kebijakan Nasional Pemberantasan dan Pencegahan


Korupsi

Korupsi adalah kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran,


dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian, kata-kata atau
ucapan yang menghina atau memfitnah. Pada kebanyakan kasus korupsi
yang di publiskan media, seringkali perbuatan korupsi tidak lepas dari
kekuasaan,birokrasi,ataupun pemerintahan.
Kebiasaan berperilaku koruptif yang terus berlangsung di kalangan
masyarakat salah satunya disebabkan masih sangat kurangnya pemahaman
mereka terhadap pengertian korupsi. Selama ini, kosa kata korupsi sudah
populer di Indonesia, hampir semua orang pernah mendengar kata korupsi.
Dari mulai rakyat pedalaman, mahasiswa, pegawai negeri, orang swasta,
aparat penegak hukum sampai pejabat negara. Namun, jika ditanyakan
kepada mereka apa itu korupsi, jenis perbuatan apa saja yang bisa
dikategorikan sebagai tindak pidana korupsi? Hampir dipastikan sangat
sedikit yang dapat menjawab secara benar tentang bentuk atau jenis korupsi
sebagaimana dimaksud oleh undang-undang.
Memerangi korupsi tidak hanya akan menjadi penyebab yang
diharapkan efek jera, tetapi juga dapat mengembalikan kerugian keuangan
negara. Untuk membuat efek jera, penegak hukum harus melakukan
tindakan hukum secara adil dan menghukum pelaku kasus korupsi dengan
kalimat yang sesuai. jika suatu kejahatan tidak ditangani benar, kejahatan
lain akan terjadi. Demikian pula, jika kejahatan korupsi tidak dihukum
dengan hukuman yang sesuai, orang akan berusaha melakukan korupsi
secara terus menerus. Untuk itu penindakan terhadap pelaku korupsi mutlak
diperlukan untuk membuat efek jera. Apalagi tindak pidana korupsi dapat
diberantas melalui penegakan hukum efektif dan kebijakan tanpa toleransi.
7

Jangka waktu kebijakan ini menunjukkan bahwa tidak sekecil


apapun kejahatan yang dilakukan oleh seseorang, lembaga penegak hukum
harus menegakkan pelaku kejahatan secara adil dan adil. Sisi lain strategi
penegakan hukum kembali kerugian keuangan negara. Selama satu dekade
sejak CEC dibentuk, CEC sukses untuk menyimpan dan menyetor di ke kas
negara lebih dari satu triliun dari pemberantasan korupsi. Jumlah uang
termasuk kompensasi dari keuangan kerugian negara dari aktifitas penegak
hukum aktivitas.
Adapun strategi atau upaya yang dapat ditempuh dalam rangka
pemberantasan korupsi di Indonesia sebagai bagian tidak terpisahkan dari
upaya penegakan hukum di Indonesia dan dapat dilakukan seperti
membentuk lembaga anti korupsi (KPK), lembaga lain yang berwenang
untuk memberantas korupsi membentuk unit pencegahan korupsi internal di
setiap kementerian atau departemen atau badan atau Lembaga.
Pencegahan Meskipun penegakan hukum diharapkan menjadi efek
jera, cara terbaik untuk memerangi korupsi adalah melalui pencegahan.
Sebagai apa yang terjadi dalam studi medis, itu akan lebih baik mencegah
daripada mengobati.
Ada beberapa strategi pencegahan korupsi. Menurut pasal 13 undang-
undang nomor 30 tahun 2002, KPK memiliki kewenangan untuk mencegah
korupsi melalui enam tindakan.
Tindakan adalah:
1) Melakukan pendaftaran dan ujian laporan kekayaan dari pejabat publik
2) Menerima laporan dan memutuskan status dari gratifikasi
3) Melaksanakan program anti korupsi pada setiap jenjang pendidikan
4) Merancang dan mendukung pelaksanaan program sosialisasi untuk
pemberantasan korupsi
5) Melakukan kampanye anti korupsi untuk masyarakat
6) Melakukan gotong royong baik bilateral atau multilateral untuk
pemberantasan korupsi.
8

Keenam tugas pencegahan di atas adalah disampaikan ke Direktorat


Inventarisasi dan Pemeriksaan Laporan Harta Kekayaan Pelaksana
Pemerintah, Direktorat Gratifikasi, Direktorat Pendidikan dan pelayanan
publik, dan Direktorat Pembinaan Jaringan antara Komisi dan Institusi,
masing-masing dalam organisasi struktur KPK.(Engineering et al., 2021)
Selain itu peran serta masyarakat dalam pemberantasan korupsi juga
sangat berpengaruh. Jika masyarakat menemukan Tindakan korupsi harus
berani melaporkan kasus korupsi tersebut, peran masyarakat dalam
pemberantasan korupsi, yang berharga diberikan penghargaan.
Pembentukan LSM/NGO baik lokal maupun internasional yang konsen
dalam pemberantasan korupsi dan memasang kamera pengintai/cctv di area
pelayanan publik.

B. Bedah Artikel

A. Nama Jurnal
PALAR (Pakuan Law Review)

B. Nama Penulis
Sapto Handoyo Djarkasih Putro

C. Judul Jurnal
‘’PEMBERIAN REMISI BAGI KORUPTOR DIKAITKAN DENGAN
KOMITMEN PEMERINTAH DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI
DI INDONESIA”

D. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui kaitan pemberian remisi bagi koruptor dengan
pemberantasan korupsi

E. Latar Belakang Masalah

Pembangunan nasional bertujuan mewujudkan masyarakat


Indonesia yang adil dan makmur, sejahtera dan tertib berdasarkan Pancasila
dan UUD Tahun 1945. Untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil,
makmur, dan sejahtera tersebut, perlu secara terus menerus ditingkatkan
9

usaha-usaha pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pada umumnya,


salah satunya adalah pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi.
Di tengah upaya pembangunan nasional di berbagai bidang, aspirasi
masyarakat untuk memberantas korupsi dan bentuk penyimpangan lainnya
semakin meningkat, karena dalam kenyataan adanya perbuatan korupsi
telah menimbulkan kerugian negara yang sangat besar yang pada gilirannya
dapat berdampak pada timbulnya krisis di berbagai bidang. Korupsi tidak
hanya merugikan keuangan negara, tetapi juga menyengsarakan dan
merugikan hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat luas. Dengan demikian,
upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi perlu dimaksimalkan dengan
tetap menjunjung tinggi hak asasi manusia (HAM) dan kepentingan
masyarakat

Remisi atau pengurangan masa pidana dalam sistem pelaksanaan


pidana khususnya menyangkut sistem pemasyarakatan sangatlah penting.
Hal ini menyangkut masalah pembinaan yang dilakukan oleh para petugas
di lembaga pemasyarakatan (lapas) terhadap para narapidana. Dalam
pelaksanaan sistem pidana, remisi yang diberikan kepada para narapidana
haruslah memenuhi syarat yang diberlakukan untuk narapidana itu sendiri,
jika tidak, maka hak remisi tidak akan diberikan.

F. Pembahasan
1. Hipotesis I
2. Hipotesis II
3. Hipotesis III

G. Kesimpulan
Pemberian remisi bagi narapidana tindak pidana korupsi sebaiknya lebih
diperketat lagi dan jika perlu seharusnya dihilangkan saja, diharapkan penjatuhan
pidana bagi pelaku tindak pidana korupsi tidak hanya mencakup pembalasan terhadap
pelaku saja, melainkan juga harus memberikan efek jera kepada masyarakat umum,
khususnya kepada generasi muda bangsa, sehingga tindak pidana korupsi bisa
berkurang di negeri ini. Dalam hal menjatuhkan sanksi pidana maupun dalam hal
memberikan hak bagi narapidana, aparat penegak hukum semestinya lebih
10

memberikan perlakuan yang berbeda berdasarkan jenis tindak pidana yang


diperbuatnya. Sehingga pemberian hak seperti halnya pemberian remisi bagi
narapidana korupsi dapat berdampak positif bukan hanya bagi narapidana itu sendiri,
melainkan berdampak terhadap berkurangnya tindak pidana korupsi dan tindak pidana
tertentu lainnya. Hal tentu sejalan dengan komitmen pemerintah di dalam
memberantas korupsi di Indonesia.
11

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
ada setidaknya lima faktor utama penyebab korupsi di Indonesia. Faktor
pertama adalah faktor politik. Faktor berikutnya adalah sistem yang tidak
efektif. Itu faktor ketiga adalah tekanan keuangan. Yang ke empat faktor
penegakan hukum yang lemah. Faktor terakhir adalah kurangnya integritas
Setidaknya ada lima strategi yang perlu dilaksanakan untuk pemberantasan
korupsi di Indonesia. Strateginya adalah represi, pencegahan, pemantauan,
koordinasi, dan upaya pengawasan. Strategi represi akan efektif jika
penegakan hukum terhadap pelaku korupsi bikin jera memengaruhi.
Strategi pencegahan akan lebih efektif jika semua pemerintah dan birokrat
menjalankan prinsip-prinsip pemerintahan yang baik.
Selain itu, perlu untuk mencegah korupsi dengan mengidentifikasi
akar penyebab korupsi, mendidik masyarakat, membatasi diskresi elit,
mengembangkan jaringan internasional kerjasama, mempromosikan
integritas nasional sistem, dan program anti korupsi. Last but not least,
pemberantasan korupsi di Indonesia, selain pencegahan dan penindakan
upaya yang telah dilakukan oleh penegak hukum instansi, akan lebih
optimal jika memantau, upaya koordinasi dan pengawasan yang dijalankan
secara efektif.

B. Saran
1.Pemberantasan tindak pidana korupsi harus tetap berpegang pada
Undangundang korupsi yang telah berlaku dengan mengedepankan
pertanggung jawaban pidana terlebih dahulu kemudian pertanggung
jawaban secara perdata.
2.Peraturan perundang-undangan pemberantasan korupsi yang jelas dengan
sanksi yang dapat menimbulkan kejeraan serta proses peradilan yang cepat
dan transparan.
12

DAFTAR PUSTAKA
Buku Ajar PBAK . (n.d.).

Engineering, S. S., Scenario, H., & Commission, C. E. (2021). ANALISIS UNSUR


UTAMA MOTIF TINDAK PIDANA KORUPSI DI INDONESIA DAN UPAYA
PENANGGULANGANNYA Yasmirah Mandasari Saragih Fakultas Sosial
dan Sains , Program Studi Ilmu Hukum Universitas Pembangunan
Pancabudi. 587–598.

Syauket, A., Simarmata, R. P., & Cabui, C. E. (2022). Korupsi Kebijakan Pejabat
Publik. Governance, 10(2), 77–90.
https://doi.org/10.33558/governance.v10i2.564

Parellangi. 2020. Pendidikan budaya antikorupsi. Jakarta : Kementrian kesehatan


RI

Das könnte Ihnen auch gefallen