Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
NIM : 043
BAB I
PENDAHULUAN
1. Good Governance
Good governance sering diterjemahkan sebagai tata pemerintahan yang baik atau
disebut juga dengan istilah civil society. Good governance bisa juga didefinisikan sebagai
suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan, pemberdayaan, dan pelayanan yang
sejalan dengan demokrasi (pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat).
Tuntutan untuk mewujudkan good governance sudah menjadi salah satu isu penting di
Indonesia sejak terjadinya krisis finansial yang terjadi pada tahun 1997 s.d. 1998. Krisis
tersebut kemudian meluas menjadi krisis multidimensi dan telah mendorong arus balik yang
menuntut reformasi dalam penyelenggaraan negara termasuk pemerintahannya. Salah satu
penyebab terjadinya krisis multidimensi tersebut adalah karena buruknya/salahnya
manajemen dalam penyelenggaraan tata pemerintahan (poor governance) yang diindikasikan
oleh beberapa masalah, diantaranya adalah sebagai berikut :
a) Dimensi kekuasaan oleh satu pihak terhadap pihak lainnya, sehingga pengawasan menjadi
sulit dilakukan.
b) Terjadinya tindakan KKN; dan
c) Rendahnya kinerja aparatur termasuk dalam pelayanan kepada publik atau masyarakat di
berbagai bidang.
2. Otonomi Daerah
Otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pengertian "otonom" secara bahasa adalah "berdiri sendiri" atau "dengan
pemerintahan sendiri". Sedangkan "daerah" adalah suatu "wilayah" atau "lingkungan
pemerintah". Dengan demikian pengertian secara istilah "otonomi daerah" adalah
"wewenang/kekuasaan pada suatu wilayah/daerah yang mengatur dan mengelola untuk
kepentingan wilayah/daerah masyarakat itu sendiri." Pengertian yang lebih luas lagi adalah
wewenang/kekuasaan pada suatu wilayah/daerah yang mengatur dan mengelola untuk
kepentingan wilayah/daerah masyarakat itu sendiri mulai dari ekonomi, politik, dan
pengaturan perimbangan keuangan termasuk pengaturan sosial, budaya, dan ideologi yang
sesuai dengan tradisi adat istiadat daerah lingkungannya.
Pelaksanaan otonomi daerah dipengaruhi oleh faktor-faktor yang meliputi
kemampuan si pelaksana, kemampuan dalam keuangan, ketersediaan alat dan bahan, dan
kemampuan dalam berorganisasi.
Otonomi daerah tidak mencakup bidang-bidang tertentu, seperti politik luar negeri,
pertahanan keamanan, peradilan, moneter, fiskal, dan agama. bidang-bidang tersebut tetap
menjadi urusan pemerintah pusat. Pelaksanaan otonomi daerah berdasar pada prinsip
demokrasi, keadilan, pemerataan, dan keanekaragaman.
Apa hubungan antara otonomi daerah dan kesejahteraan? mengapa dalam era otonomi
daerah sekarang justru kemiskinan sangat merajalela? sebagaimana dinyatakan bank dunia,
angka kemiskinan di indonesia mencakup lebih dari 70 juta jiwa. Lantas apakah berarti
otonomi daerah justru berkorelasi negatif terhadap kesejahteraan?
Sebelum kita meneliti semua itu, setidaknya bisa kita temukan fakta bahwa lahirnya
otonomi daerah di indonesia lebih karena perubahan kondisi politik daripada alasan
paradikmatik-empirik. tahun 1998, masyarakat indonesia merasakan kemuakan atas
pemerintahan yang sangat sentralistis dan ingin menuju pola masyarakat yang lebih
menjanjikan kebebasan. realitasnya, setelah masyarakat indonesia berada dalam era otonomi
daerah, berbagai problem bermunculan dan implemenasi atas konsep otonomi itu
memunculkan banyak konflik baik vertikal maupun horizontal.
Dalam paparan singkat ini, penulis ingin memberikan catatan bahwa pelaksanaan otonomi
daerah pada faktanya telah menimbulkan empat problem.
A. Dasar Hukum
Otonomi daerah berpijak pada dasar perundang-undangan yang kuat, yakni :
1. Undang-Undang Dasar
Sebagaimana telah disebut di atas undang-undang dasar 1945 merupakan landasan
yang kuat untuk menyelenggarakan otonomi daerah. pasal 18 uud menyebutkan
adanya pembagian pengelolaan pemerintahan pusat dan daerah.
2. Ketetapan MPR-RI
Tap MPR-RI No. xv/MPR/1998 tentang penyelenggaraan otonomi daerah :
pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan,
serta perimbangan kekuangan pusat dan daerah dalam rangka negara kesatuan
republik indonesia.
3. Undang-Undang
Undang-undang No.22/1999 tentang pemerintahan daerah pada prinsipnya mengatur
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang lebih mengutamakan pelaksanaan asas
desentralisasi. hal-hal yang mendasar dalam UU no.22/1999 adalah mendorong untuk
pemberdayaan masyarakat, menumbuhkan prakarsa dan kreativitas, meningkatkan
peran masyarakat, mengembangkan peran dan fungsi DPRD.
Dari ketiga dasar perundang-undangan tersebut di atas tidak diragukan lagi bahwa
pelaksanaan otonomi daerah memiliki dasar hukum yang kuat. tinggal permasalahannya
adalah bagaimana dengan dasar hukum yang kuat tersebut pelaksanaan otonomi daerah bisa
dijalankan secara optimal.
B. Pokok-Pokok Pikiran Otonomi Daerah
Isi dan jiwa yang terkandung dalam pasal 18 uud 1945 beserta penjelasannya menjadi
pedoman dalam penyusunan uu no. 22/1999 dengan pokok-pokok pikiran sebagai berikut :
1) Sistim ketatanegaraan indonesia wajib menjalankan prinsip-prinsip pembagian
kewenangan berdasarkan asas konsentrasi dan desentralisasi dalam kerangka negara kesatuan
republik indonesia.
2) Daerah yang dibentuk berdasarkan asas desentralisasi dan dekonsentrasi adalah daerah
propinsi, sedangkan daerah yang dibentuk berdasarkan asas desentralisasi adalah daerah
kabupaten dan daerah kota. daerah yang dibentuk dengan asas desentralisasi berwenang
untuk menentukan dan melaksanakan kebijakan atas prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat.
3) Pembagian daerah diluar propinsi dibagi habis ke dalam daerah otonom. dengan demikian,
wilayah administrasi yang berada dalam daerah kabupaten dan daerah kota dapat dijadikan
daerah otonom atau dihapus.
4) Kecamatan yang menurut Undang-Undang Nomor 5 th 1974 sebagai wilayah administrasi
dalam rangka dekonsentrasi, menurut UU No 22/99 kedudukanya diubah menjadi perangkat
daerah kabupaten atau daerah kota.
BAB III
PEMBAHASAN
Gagasan otonomi daerah memiliki kaitan sangat erat dengan demokratisasi kehidupan
politik dan pemerintahan di daerah. Agar otonomi daerah dapat berjalan seperti apa yang
dicita-citakan, maka daerah harus memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus
rumah tangganya sendiri sebagai suatu sistem negara kesatuan. Dalam hal ini demokrasi yang
berlaku di Indonesia adalah demokrasi Pancasila. Bukan seperti di negara lain yang secara
jelas mengedapkan demokrasi liberal. Dimana pasar lebih banyak berperan dalam negara
dibanding pemerintah. Meskipun dalam praktiknya negara juga menggunakan kekuasaanya
dalam mengatur pasar. Dengan diberlakukannya otonomi daerah yang menggunakan asas
desentralisasi, bukan berarti daerah bisa secara bebas menentukan apa yang menjadi
keinginan daerah. Keinginan daerah itu bisa terwujud dengan adanya kebijakan dari
pemerintah pusat. Kebijakan yang dibuat terdapat dalam peraturan perundang-undangan.
Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa kebijakan yang dibuat adalah kebijakan yang ramah
terhadap pasar. Demokrasi di Indonesi bukan demokrasi yang bebas namun menjunjung
tinggi keadilan masyarakat dan kesejahteraan rakyat.
1. Good governance menjadi tolak ukur dalam penyelenggaraan pemerintahan.
Terselenggaranya good governance menjadi syarat mutlak dalam mewujudkan aspirasi
masyarakat untuk mencapai tujuan dan cita-cita bangsa. Tujuan dan cita-cita tersebut
setidaknya tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip dari good governance sebagai
implementasi dari kebijakan pemerintah. Prinsip-prinsip tersebut adalah:
a) Partisipasi
b) Penegakan Hukum
c) Transparansi
d) Kesetaraan
e) Daya tanggap
f) Wawasan kedepan
g) Akuntabilitas
h) Pengawasan
i) Efisiensi dan efektifitas Profesionalisme
Aturan hukum telah ditegakkan secara utuh dalam berbagai aspek dan didukung oleh
peraturan-peraturan hukum dan perundang-undangan yang mengikat aparat pemerintahan
tanpa terkecuali. Dengan diberikannya sanksi yang sesuai terhadap masyarakat maupun
oknum yang melanggar aturan perizinan tersebut. Adanya koordinasi terkait meliputi
lembaga hukum dan peradilan serta unsur masyarakat lainnya dan adanya peraturan hukum
serta sanksi yang diterapkan secara tegas dan tidak memihak. Selain itu dari adanya jaminan
hukum bagi masyarakat, serta adanya usaha untuk memberikan rasa aman dan bebas dari
adanya bahaya, resiko dan keraguraguan merupakan bentuk dari nilai-nilai atas norma sosial
di masyarakat. Jaminan kepercayaan yang perlu diberikan berupa keamanan fisik, financial
dan kepercayaan. Kemudian dapat diketahui dari kepercayaan timbal-balik antara pemerintah
dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan didalam
memperoleh informasi yang akurat dan memadai. Keadilan juga dapat diartikan sebagai
perlakuan yang sama kepada semua masyarakat tanpa memandang atribut yang menempel
pada subjek tertentu
DAFTAR PUSTAKA
1999. Undang-undang No.22 Tahun 1999 Tentang Otonomi Daerah , 2006.
Peraturan Mentri Dalam Negeri No 24 Tahun 2006 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu. , 2007.
Peraturan Pemerintah No 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah. ,
2008.
Peraturan Daerah Kota Samarinda No 12 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis
Daerah Kota Samarinda , 2008.
Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga
Teknis Daerah Kota Samarinda.
Moenir, 2001, Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia, Bumi Aksara, Jakarta.
Sinambela, LijanPoltak. 2006. Reformasi Pelayanan Publik Teori, Kebijakan dan
Implementasi. Jakarta. PT. Bumi Aksara