Sie sind auf Seite 1von 12

Judul : PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI BIDANG USAHA

EKONOMI PADA BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


KOTA MEDAN

A. Latar Belakang

Pembangunan Nasional tidak dapat dipisahkan dari pemberdayaan

masyarakat. Namun kemiskinan di Indonesia tetap menjadi masalah yang

menghambat pembangunan. Kemiskinan ditandai dengan melemahnya,

keterbelakangan, dan ketidakberdayaan. Oleh karena itu, penanggulangan

kemiskinan menjadi prioritas utama dalam pembangunan nasional.

Tujuan dari Bidang Usaha Ekonomi di Badan Pemberdayaan Masyarakat

kota Medan adalah memberikan bantuan dan mendorong masyarakat yang kurang

beruntung, untuk meningkatkan pendapatan dan mengurangi kemiskinan melalui

program-program yang dilaksanakan.

Pemberdayaan ekonomi di Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota Medan

harus dilakukan secara optimal dan terarah agar dapat meningkatkan kondisi

ekonomi serta mengangkat masyarakat miskin. Tujuannya adalah memberikan

izin dan kesempatan kepada masyarakat untuk mengakses sumber daya ekonomi

yang ada dengan baik, sehingga mereka dapat meningkatkan kemampuan

ekonomi mereka sendiri dan memenuhi kebutuhan dasar secara mandiri. Dalam

konteks ini, pemberdayaan ekonomi rakyat bertujuan untuk merombak struktur

masyarakat dengan memperkuat peran dan kesetaraan ekonomi rakyat dalam

perekonomian.
Dari uraian diatas, maka perlu upaya yang dilakukan oleh masyarakat dan

pemerintah Kota Medan khususnya pada Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota

Medan dalam meningkatkan kesejahteraan perekonomiannya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana program yang telah dilaksanakan di bidang usaha ekonomi pada

Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota Medan?

2. Bagaimana proses pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat di bidang

usaha ekonomi pada Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota Medan?

3. Bagaimana dampak program Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Usaha

Ekonomi pada Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota Medan?

C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis apa saja yang telah dilaksanakan di bidang usaha

ekonomi pada Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota Medan

2. Untuk menganalisis mekanisme pelaksanaan program pemberdayaan

masyarakat di bidang usaha ekonomi pada Badan Pemberdayaan

Masyarakat Kota Medan

3. Untuk menganalisis dampak program Pemberdayaan Masyarakat di

Bidang Usaha Ekonomi pada Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota

Medan

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis

maupun praktis sebagai berikut:


1. Secara teoritis yaitu untuk menambah wawasan dan khazanah ilmu

pengetahuan dalam bidang Pemberayaan masyarakat, khususnya terkait

dengan masalah bidang usaha ekonomi pada Badan Pemberdayaan

Masyarakat Kota Medan.

2. Secara praktis sebagai sumbangan pemikiran dan masukan, bagi

stackholder untuk memerhatikan, mengawasi jalannya pemberdayaan

bidang usaha ekonomi pada Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota

Medan.

E. Tinjauan Pustaka

1. Pembangunan

Taliziduhu Ndraha (2005) menyatakan bahwa Istilah“pemangunan”

berasal dari kata “bangun”sebagai konsep pembangunanmempunyai lima

arti,:Pertama : sadar atau siuman, Kedua: bangkit atau berdiri, Ketiga: bentuk,

Keempat: membuat atau mendirikan, kelima: mengisi atau membina. Terdapat

sejumlah konsep yang berkaitan erat dengan konsep pembangunan, konsep itu

antara lain: pengembangan, partumbuhan, rekonstruksi, modernisasi,

westernisasi, perubahan sosial, pembebasan, pembubaran, reformasi dan

penemuan.

Beberapa para ahli banyak mendefenisikan tentang pembangunan. Seperti

halnya Siagian (1983 h. 111) menyatakan bahwa memberikan pengertian

tentang pembangunan sebagai Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan

dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa,

negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa


(nation building). Riyadi dan Bratakusumah (2005) mengatakan bahwa

koordinasi dalam pembangunan pada hakikatnya merupakan upaya untuk

menyerasikan dan penyelarasan aktivitas-aktivitas pembangunan yang

dilaksanakan oleh berbagai komponen, baik pemerintah, Swasta maupun

masyarakat.

Alexander (1994) mengatakan: Pembangunan (development) adalah

proses perubahan yang mencakup seluruh system sosial, seperti politik,

ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan teknologi, kelembagaan, dan

budaya. Portes (1976) mendefenisiskan pembangunan sebagai transformasi

ekonomi, sosial dan budaya.

2. Pemerintah Daerah, Otonomi Daerah serta Peran BPM dalam

Pemerintah Daerah

Nurcholis (2007, h.24) menyatakan bahwa Secara harfiah, otonomi

diartikan sebagai kewenangan, kekuasaan atau hak untuk mengatur sendiri (the

power or right of self- government). Sedangkan pengertian daerah lebih merujuk

kepada suatu wilayah (area). Sehingga, otonomi daerah dapat diartikan sebagai

kewenangan atau kekuasaan suatu wilayah untuk mengatur kepentingannya

sendiri.

Sesuai dengan isi dari Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 pasal 150

menyebutkan bahwa “Dalam rangka penyelenggaraan pembangunan daerah,

disusun perencanan pembangunan sebagai satu kesatuan dalam sistem

perencanan pembangunan nasional”. Artinya perencanan yang dibuat oleh

daerah otonom harus mengacu pada perencanan pembangunan nasional. Dari


pasal ini dapat dilihat bahwa sangat penting adanya sinkronisasi antara

pemerintah pusat dan daerah.

Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPM) adalah bagian dari Satuan Kerja

Perangkat Daerah yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah atau keputusan

kepala daerah. Tugas BPM adalah melaksanakan urusan pemerintahan daerah

terkait kebijakan dan pemberdayaan masyarakat sesuai dengan arahan Kepala

Daerah.

3. Pemberdayaan

Craig dan Mayo dalam Nugroho (2007, h.28) menyatakan partisipasi

merupakan komponen terpenting dalam upaya pertumbuhan kemandirian dan

proses pemberdayaan. Strategi pemberdayaan menempatkan partisi- pasi

masyarakat sebagai isu pertama pembangunan saat ini.

Sumodiningrat (1999, h.133-134) juga berpendapat bahwa pemberdayaan

masyarakat harus dilakukan melalui 3 (tiga) jalur, yaitu:

(1) Menciptakan iklim yang memungkinkan potensi masyarakat

berkembang (Enabling);

(2) Menguatkan potensi dan daya yang dimiliki masyarakat

(Empowering);

(3) Memberikan perlindungan (Protecting).

Masyarakat diberdayakan untuk meningkatkan kemampuannya agar mandiri

dan terbebas dari kemiskinan serta keterbelakangan. Pemberdayaan dalam

pembangunan terkait dengan kemandirian, partisipasi, jaringan kerja, dan

keadilan.
Prasojo (2004, h.11) menyatakan bahwa: permasalahan tersebut

menyangkut ketiadaan konsep yang jelas mengenai apa itu pemberdayaan

masyarakat, batasan masyarakat yang sukses melaksanakan pemberdayaan, peran

masing-masing pemerintah, masyarakat dan swasta, mekanisme pencapaiannya,

dan lain sebagainya.

Begitu juga dengan Nuryoso (2008) juga menyatakan usaha ekonomi

produktif yang ada atau akan dibentuk pada masing-masing wilayah diidentifikasi

berdasarkan kriteria tertentu, dipilih untuk dikembangkan sebagai sasaran

pembinaan. Pengembangan dilakukan melalui pembinaan manajemen usaha,

bantuan modal bergulir dan pemanfaatan teknologi tepat guna.

4. Partisipasi Masyarakat

Conyers (1991, h.154-155), memberikan beberapa alasan utama penting

terkait dengan partisipasi masyarakat dalam pembangunan, antara lain:

(1) Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh

informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat

setempat, yang tanpa kehadirannya program pembangunan dan

proyek akan gagal,

(2) Masyarakat mempercayai program pembagunan jika dilibatkan dalam

proses persiapan dan perencanaannya, karena masyarakat lebih

mengetahui seluk beluk proyek dan merasa memiliki proyek

tersebut,

(3) Partisipasi merupakan hak demokrasi masyarakat dalam

keterlibatannya di pembangunan.
F. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif, dengan pendekatan

kualitatif. Hal ini dikarenakan peneliti ini memperoleh gambaran tentang

pelaksanaan pemberdayaan masyarakat di bidang usaha ekonomi pada badan

pemberdayaan masyarakat kota medan.

Fokus penelitian ini adalah pemberdayaan masyarakat di bidang usaha

ekonomi pada Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota Medan. Mulai

perencanaan, mekanisme pelaksanaan dan dampak dari program pemberdayaan

masyarakat di bidang usaha ekonomi, pada Badan Pemberdayaan Masyarakat

Kota Medan

Sumber data primer dalam penelitian ini bersumber dari Kepala Badan

Pemberdayaan Masyarakat Kota Medan, dan Masyarakat yang memperoleh

bantuan. Sedangkan untuk data sekunder berasal dari arsip-arsip dan dokumen-

dokumen yang ada di Kantor BPM Kota Medan, serta situs yang bersumber dari

internet, dokumen, dan karya tulis atau jurnal yang berhubungan dengan

penelitian.

Teknik pengumpulan data di penelitian ini adalah wawancara dan

dokumentasi. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data Miles dan

Huberman yang meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data serta

penarikan kesimpulan (verifikasi). Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini

adalah peneliti sendiri, merujuk kepada pedoman wawancara (interview guide),

dan catatan lapangan (field note). Untuk pengujian keabsahan data terdiri dari uji

kredibilitas (credibility), uji keteralihan (transferability), uji reliabilitas


(reliability) serta uji obyektivitas (confirmability)

G. Pembahasan

1. Program yang Telah Dilaksanakan BPM

Program Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Usaha Ekonomi yang

diberikan oleh pihak BPM telah berjalan dengan baik dan tepat sasaran dengan

melibatkan peran serta dan partisipasi masyarakat kota medan yang ada untuk

diberikan bantuan dan binaan terkait dengan program yang ada. Menurut pendapat

dari Mubyarto (1997, h.35), bahwa partisipasi sebagai kesediaan untuk membantu

keberhasilan setiap program sesuai dengan kemampuan setiap orang tanpa berarti

mengorbankan kepentingan diri sendiri.

2. Mekanisme Pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat di Bidang

Usaha Ekonomi

Setiap pelaksanaan program dimulai dengan tahapan persiapan sebagai

langkah awal pengenalan program kepada masyarakat. maka, diperlukan adanya

kerjasama yang baik antara pemerintah daerah dan masyarakat dalam

melaksanakan tahapan persiapan sebelum menginjak pada tahapan pelaksanaan

program.

Mekanisme yang dilakukan pihak BPM ini diawali dari data yang diajukan

oleh Kelurahan, kemudian dilakukan verifikasi lebih lanjut untuk menentukan

masyarakat yang lebih berhak untuk diberikan bantuan. Selanjutnya ditentukan

data penerima bantuan, kemudian masyarakat membuat proposal pengajuan

bantuan, lalu diberikan sosialisasi penerimaan dana bantuan untuk menunjang

kegiatan ekonomi.
Pelaksanaan program merupakan proses untuk mengoperasikan program-

program yang telah disusun menjadi kenyataan sesuai dengan tujuan yang

diharapkan. Proses pelaksanaan program dimulai dari tahap pelatihan dan

penyuluhan, pengembangan dan penyebarluasan serta evaluasi program.

Perlu adanya sosialisasi tentang kewirausahaan dan tata cara menerima

bantuan agar dapat menambah pengetahuan bagi masyarakat. Hal ini dapat

kiranya memotivasi mereka untuk mengembangkan kemampuan dan

meningkatkan kualitas hidup keluarga. Namun, evaluasi oleh pihak BPM masih

belum berajalan dengan baik, dan lancar karena kurangnya kunjungan yang

dilakukan secara rutin dan teratur.

3. Dampak Program Pemberdayaan terhadap Kemandirian Usaha Ekonomi

Masyarakat

Semua program bantuan yang diberikan dari BPM diharapkan dapat

mengubah perekonomian masyarakat secara keseluruhan. Usaha ekonomi

masyarakat miskin yang dibangun semakin berkembang, hal ini diungkapkan

masyarakat penerima bantuan. Bantuan dari BPM membuat pekerjaan mereka

lebih ringan dan meminimalisir waktu kerja.

Produktivitas usaha tergantung pada peralatan dan SDM yang baik. Oleh

karena itu, diselenggarakan sosialisasi, pelatihan, dan penyuluhan sebelum

program berlangsung agar SDM atau kelompok sasaran menjadi lebih baik.

Program bantuan dari BPM diharapkan meningkatkan produktivitas

masyarakat, yang secara otomatis meningkatkan pendapatan mereka. Namun,

pelaksanaan program ini dipengaruhi oleh faktor pendukung dan penghambat


dalam pemberdayaan masyarakat miskin di Bidang Usaha Ekonomi. Partisipasi

atau peran aparat pelaku usaha dan masyarakat ekonomi lemah merupakan faktor

pendukung yang dominan.

Hambatan dalam pelaksanaan program ini juga datang dari masyarakat yang

memiliki pikiran sempit. Selain itu, kondisi fisik yang bisa turun kapan saja,

ketidakstabilan daya beli konsumen, dan faktor lingkungan, seperti yang dialami

oleh petani jamur yang gagal panen karena suhu udara yang tidak stabil, juga

menjadi faktor penghambat.

H. Kesimpulan Dan Saran

1. Kesimpulan

a. Program yang telah dilaksanakan oleh Bidang Usaha Ekonomi pada

Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota Medan meliputi bantuan

perorangan dan bantuan lembaga.

b. Pelaksanaan program selalu dimulai dengan dari tahapan persiapan

sebagai langkah awal pengenalan program kepada masyarakat. Tahapan

persiapan ini sangat penting karena menentukan berhasilan atau

tidaknya program tersebut, sehingga dijadikan dasar berjalannya

program tersebut.

c. Dampak dari program pemberdayaan masyarakat yang telah

dilaksanakan oleh Bidang Usaha Ekonomi pada Badan Pemberdayaan

Masyarakat Kota Medan telah memberikan kemandirian ekonomi

terutama pada produktivitas dan pendapatan masyarakat penerima

bantuan,
2. Saran

a. Perlu dilakukan pendataan ulang dan penambahan penerima bantuan

untuk usaha perseorangan

b. Perlu kerjasama yang baik antara pemerintah daerah dan masyarakat

dalam melaksanakan tahapan persiapan sebelum beralih ke tahapan

pelaksanakan sehingga semua berjalan dengan baik. Kemudian dalam

tahapan pelaksanaan dilakukan sosialisasi kewirausahaan terkait dengan

program yang akan diberikan kepada masyarakat atau pelaku usaha

mikro.

c. Perlunya dilakukan Pengawasan dan monitoring sehingga dampak

buruk yang timbul dalam menjalankan usaha mereka tidak terjadi


DAFTAR PUSTAKA

Abe, Alexander. 1994. Perencanaan Daerah Partisipatif. Yogyakarta: Pusat Jogja


Mandiri.
Alejandro, Portes. 1976. On the Sociology of National Development: Theories
and Issues. American Journal of Sociology.

Conyers, Diana. (1991) Perencanaan Sosial di Dunia Ketiga: Suatu Pengantar.


Yogyakarta, Gadjah Mada University Press.
Nugroho, Agustino Adi. (2008) “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program
Pemanfaatan Tekhnologi Tepat Guna Mesin Pemecah Kedelai (Studi pada
Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Masyarakat Desa Urek-Urek
Kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang)”. Malang, FIA, UB.

Nugroho, Trilaksono. (2007) Paradigma, Model, Pendekatan Pembangunan, dan


Pemberdayaan Masyarakat di Era Otonomi Daerah. Malang, FIA.
Universitas Brawijaya.

Nurcholis, Hanif. (2007) Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah.
Jakarta, Grasindo. Nuryoso, Agus. (2008) Fisip Undip Rintis Desa
Mandiri Melalui UEP. [Internet] Available from:
<http://www.undip.ac.id//> [Accessed: 8 Januari 2013]

Prasojo, Eko. (2004) People and Society Empowerment: Perspektif Membangun


Partisipasi Publik. Jurnal Ilmiah Administrasi Publik vol.IV no.2. Maret-
Agustus:10-24.

Sondang, P. siagian. (1983) Administrasi Pembangunan. Jakarta, Gunung Agung.

Sumodiningrat, Gunawan. (1999) Pemberdayaan Masyarakat dan Jaring


Pengamanan Sosial. Yogyakarta, Ghalia Indonesia.

Suryono, Agus. (2004) Pengantar Teori Pembangunan. Malang, Universitas


Negeri Malang.

Susanti, Linanda Krisni. (2010) “Peranan badan Pemberdayaan Mayarakat dalam


Pemberdayaan Perempuan di Bidang Usaha Ekonomi Produktif (Studi di
Kecamatan Kepanjen Sebagai Proyek Binaan BPM Kabupaten
Kepanjen)”. Malang, FIA, UB.

Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah. 2005. Perencanaan


Pembangunan Daerah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Taliziduhu Ndraha, 2005, Sebuah Rekontruksi Ilmu Pemerintahan,Rineka Cipta,


Jakarta.

Das könnte Ihnen auch gefallen