Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
a59dfa6046240ef70520c6ba18958119
a59dfa6046240ef70520c6ba18958119
Vol 9, No 1 (2015)
e
tik
ra
o
u
g
b
s
ln
iA
k
e
R
ra
K
M
p
o
Id
n
s
ie
k
m
g
a
ljrw
h tv
u
p
d
c
n
e
b
h
ia
o
m
g
lw
ju
se
dtv
n
o
c
rg
hilp
u
a
b
w
s
o
d
tk
e
g
c
m
h
ria
Table of Contents
Articles
INV ENTA RISASI EMISI SUMBER BERGERAK DI JA LAN (ON ROAD) KOTA DENPA SAR PDF
INV ENTA RISASI EMISI SUMBER BERGERAK DARI TRANSPORTASI LAUT (NON-ROAD) DI WILA YAH PDF
Desak Putu Risky V.A, I Wayan Arthana, I Wayan Budiarsa Suyasa 10-18
ARAH AN PENGGUNA AN LAH AN SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI (DA S) TELAGAWA JA P ROVIN SI BALI PDF
TIN GKA T BIOKONS ENTRASI LOGAM BERAT DAN GAMBARA N HISTOPA TOLOGI IKA N MUJAIR PDF
(Oreochromis Mossambicus) YANG H IDUP DI PERAIRAN TUKAD BADUNG KOTA DENPA SAR
ANALISIS PERUBAHA N P ENGGUNA AN LAHA N DAN DAMPAKNYA TERHADAP HAS IL AIR DI DAS PDF
CISADANE HULU
ANALISIS PERPUTARAN RADIA SI SURYA TERHADAP KINERJA SEL FOTOLISTRIK S EBA GAI ENERGI PDF
RAMAH LINGKUNGA N DI NUSA PENIDA KABUPA TEN KLUNGKUNG PROV INS I BALI
View My Stats
ARAH AN PENGGUNA AN LAH AN DAN PEREN CANA AN KONSERVAS I TAN AH DAN AIR DI DAS YEH PDF USER
I Gusti Agung Lanang Widyantara, I Nyoman Merit, I Wayan Sandi Adnyana 54-62 Password
Remember me
PERENCANAA N PENGGUNAA N LAHAN MELALUI P ENDEKA TAN PREDIKS I EROS I DAN KLAS IFIKASI PDF
Log In
KEMAMPUAN LAHA N DI DAERAH ALIRA N S UN GAI KOLOH P ASIRAN LOMBOK TIMUR
BEBAN EMISI AKTIVITAS LTO PESAWAT UDA RA DI BANDA R UDARA INTERN ASIONA L I GUS TI PDF
• View
English
SAMPAH) BERDA SARKAN FUN GSI KAWASAN DI KOTA DENPASA R
Se ar c h
Br o ws e
• By Issue
• By Author
• By Title
• Other Journals
F O N T SI ZE
I N F OR MA T ION
• For Readers
• For Authors
• For Librarians
C U R R E NT I S SU E
K E Y W OR D S
http://ojs.unud.ac.id/index.php/ECOTROPHIC/issue/view/1558 7/22/2016
Editorial Team Page 1 of 2
Editorial Team
e
tik
ra
o
u
g
b
s
ln
iA
k
e
R
ra
K
M
p
o
Id
n
s
ie
k
m
g
a
ljrw
h tv
u
p
d
c
n
e
b
h
ia
o
m
g
lw
ju
se
dtv
n
o
c
rg
hilp
u
a
b
w
s
o
d
tk
e
g
c
m
h
ria
Editor-in-Chief
Prof. Dr. I Wayan Nuarsa , [Scopus ID: 55078250400, h-index: 2] Program Studi Magister Ilmu Lingkungan, Program
Associate Editor
Abd. Rahman As-syakur, [Scopus ID: 54406513400, h-index: 4] Center for Remote Sensing and Ocean Science (CReSOS),
Udayana University. Gedung Pascasarjana, Lt 3. Jl. PB Sudirman, Denpasar - 80232, Bali, Indonesia
Editorial Board
Prof. Dr. I Wayan Budiarsa S uyasa , Program Studi Magister Ilmu Lingkungan, Program Pascasarjana, Universitas Udayana, Bali,
Indonesia, Indonesia
Prof. Dr. Made Sudiana Mahendra , [Scopus ID: 55879082100, h-index: 1] Program Studi Magister Ilmu Lingkungan, Program
Prof. Dr. I Wayan A rthana , [Scopus ID: 55486654300, h-index: 1] Program Studi Magister Ilmu Lingkungan, Program
Prof. Dr. I Gede Mahardika , [Scopus ID: 6602795841, h-index: 2] Program Studi Magister Ilmu Lingkungan, Program
Assoc. Pro f. Dr. Takahiro Osawa , [Scopus ID: 47861975900, h-index: 3] Program Studi Magister Ilmu Lingkungan, Program
View My Stats
Pascasarjana, Universitas Udayana, Bali, Indonesia, Japan
Dr. I Gusti Bagus Sila Dharma , [Scopus ID: 6507050703, h-index: 0] Marine Science Department, Faculty of Marine Science and
USER
Fisheries, Udayana University, Bukit Jimbaran, Bali 80361, Indonesia
Username
Password
Administration
Remember me
Putu Ma rtini , Program Studi Magister Ilmu Lingkungan, Program Pascasarjana, Universitas Udayana, Bali, Indonesia Log In
I Made Karsika , Program Studi Magister Ilmu Lingkungan, Program Pascasarjana, Universitas Udayana, Bali, Indonesia
N O TI F IC A TI ON S
I Putu Ari Ardsw ana , Program Studi Magister Ilmu Lingkungan, Program Pascasarjana, Universitas Udayana, Bali, Indonesia
• View
• Subscribe / Unsubscribe
L A N G UA G E
Creative Commons License
English
This work is licensed under a Creative Co mmons A ttribution 4.0 International License . p-ISSN 1907-5626, e-ISSN 2503-3395
J O UR N A L C ON T EN T
Se ar c h
All
Search
Br o ws e
• By Issue
• By Author
• By Title
• Other Journals
F O N T SI ZE
I N F OR MA T ION
• For Readers
• For Authors
• For Librarians
K E Y W OR D S
http://ojs.unud.ac.id/index.php/ECOTROPHIC/about/editorialTeam 7/22/2016
ECOTROPHIC • 9 (1) : 63-71 ISSN : 1907-5626
ABSTRACT
Erosion is a form of land degradation is very serious in Koloh Pasiran watershed. This condition perceived
more severe by the fact that the understanding of the process of saving the natural resources of forest, soil
and water have not received maximum attention. This is evidenced by the presence of illegal logging, forest
fires around the area of the watershed during the dry season and flooding during every rainy season. Therefore,
the research conducted with the aim to: 1) determine the level of erosion and soil and water conservation
planning in the Koloh Pasiran watershed, 2) determine the land capability class in Koloh Pasiran watershed
and 3) to plan land use capability classes based on erosion rate.
Observations and sampling of soil samples for prediction of erosion, soil conservation and classification
approach according, planning based on common land unit. This land unit maps obtained from the land use
maps overlay by slope, soil and land use maps done by estimating the magnitude of the erosion equation
USLE (Universal Soil Loss Equation) of Wischmeier and Smit (1978). Determine land capability class with
land capability classification approach according Arsyad (1989). Land use planning and soil and water
conservation in addition to using USLE equation also uses land capability classification according Arsyad
(1989).
The results show the level of erosion prediction calculation slight to very severe erosion. Mixture of
garden soil with a 2% slope erosion rates relatively slight. Dry land with a slope of 2% classified as severe
erosion and the shrub land with a slope of 2-3% erosion classified as severe to very severe. While in secondary
forest land and primary forests with a slope of 2-25% relatively slight erosion.
Land capability class in Koloh Pasiran watershed can be classified into class IV (3 units of land), class V
(5 units of land), class VI (1 unit of land) and VIII (2 units of land). The limiting factors are: (e) the slopes are
steep and severe erosion rate and (s) low water holding capacity.
Direction of land use for high density mixed garden with bench terrace with good construction, dry with
good bench terrace construction and given a booster plants around the lip of land, shrub land used for
community forestry, agroporestry and natural forests, while for secondary forests and forest maintained
primary sustainability.
63
ECOTROPHIC • VOLUME 9 NOMOR 1 TAHUN 2015 ISSN : 1907-5626
pada segmen lereng bukan pada hulu DAS. Selain digunakan dalam penelitian ini adalah data primer
itu juga didesain untuk memprediksi rata-rata dan data sekunder, sedangkan alat dan bahan yang
jumlah erosi dalam waktu yang panjang. dipergunakan dalam penelitian ini antara lain:kertas
Terjadi kerusakan daerah aliran sungai (DAS) tulis, abnelevel. Pisau tanah, bor tanah, meteran,
di beberapa daerah di Lombok Timur, karena tidak dan ring sample, peta-peta berupa peta liputan tanah,
memperhatikan aspek konservasi tanah dan air serta peta topografi, peta kelerengan, peta tanah, peta
pentingnya peranan DAS bagian hulu.Peningkatan penggunaan lahan.
pemanfaatan sumberdaya alam hutan, tanah dan air
dilakukan kadang-kadang tanpa diimbangi dengan 2.2. Prosedur Penelitian
usaha-usaha yang menjamin kelestarian Pembuatan peta unit lahan dengan cara
sumberdaya alam itu sendiri. overlapping (tumpangsusun) peta kelerengan, peta
Permasalahan di DAS Koloh Pasiran saat ini tanah, dan peta penggunaan lahan. Pengertian unit
adalah adanya masyarakat yang masuk kedalam lahan adalah gambaran unsur-unsur lahan yang
kawasan hutan untuk melakukan penebangan hampir sama dalam topografi, struktur atau batuan,
liar.Lahan di sekitar kawasan hutan sering proses pembentukan kemiringan lereng dan vegetasi
mengalami kebakaran pada musim kemarau (Ditjen RRL, 1998). Pembuatan peta unit lahan
sehingga tanaman yang ada menjadi ikut terbakar dilakukan dengan cara menumpangsusunkan
dan rusak. sehingga terjadinya degradasi lahan dan gambar unsur-unsur dan skala yang ada dalam peta
lahan menjadi tidak produktif. haruslah seragam maka didapatkan suatu peta unit
Perubahan penutupan lahan akan lahan.
mempengaruhi besarnya aliran sungai tahunan. Pola Pengecekan lapangan dengan melakukan survei
perubahan yang umum terjadi adalah bahwa pendahuluan, dilaksanakan untuk dapat melakukan
besarnya debit aliran meningkat apabila: (1) jenis persiapan lapangan seperti: mencocokkan letak unit
vegetasi diganti dari tanaman yang berakar dalam lahan di peta dengan di lapangan, menandai lokasi
menjadi tanaman berakar dangkal, dan (2) vegetasi unit lahan, pada titik dimana akan dilakukan
penutup tanah diganti dari vegetasi dengan kapasitas pengamatan dan penelitian.
intersepsi tinggi ke vegetasi dengan tingkat Survei utama, merupakan kegiatan
intersepsi yang lebih rendah (Asdak, 1999). pengamatan, pengukuran, dan pengambilan sampel
Mengingat DAS memiliki fungsi hidrologis bagi tanah pada titik yang telah ditentukan seperti :
daerah hilir, maka upaya konservasi tanah pada penggunaan lahan, jenis tanaman, tekstur tanah,
sistim usaha tani didaerah hulu mutlak harus struktur tanah, permeabilitas tanah dan bahan
dilakukan. Di samping itu, kondisi tanah marginal/ organik tanah untuk di analisis di Laboratorium
kritis tidak akan dapat menunjang pertumbuhan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Udayana.
tanaman, tanpa disertai oleh upaya peningkatan Data curah hujan yang digunakan adalah curah
kesuburan tanah yang meliputi sifat fisik, kimia, hujan rata-rata, jumlah hari hujan bulanan, dan
dan biologis tanah. curah hujan maksimum selama 24 jam.
Penelitian ini ditujukan untuk menentukan Setelah data-data di atas di analisis dan
tingkat erosi dan perencanaan konservasi tanah dan dimasukkan kedalam tabel kreteria klasifikasi
air di DAS Koloh Pasiran, menentukan kelas kemampuan lahan maka diperoleh penentuan kelas
kemampuan lahannyadan merencanakan kemampuan lahan selain itu juga dengan
penggunaan lahan berdasarkan kelas kemampuan menggunakan data-data tersebut di atas digunakan
lahan dan tingkat erosi. untuk melakukan prediksi erosi, dimana hasil dari
prediksi erosi ini akan menjadi dasar untuk
pembuatan peta tingkat erosi di DAS Koloh Pasiran.
2. METODE Dengan adanya data penentuan kelas
kemampuan lahan dan prediksi erosi tersebut dapat
2.1.Ruang Lingkup Penelitian dijadikan dasar untuk arahan penggunaan lahan di
Penelitian ini difokuskan pada perencanaan DAS Koloh Pasiran.
penggunaan lahan, prediksi erosi dan kelas
kemampuan lahan.Metode yang dipakai dalam 2.3. Analisis Data
penelitian ini adalah metode survey, pengambilan Analisis data sampel tanah dilakukan di
sampel dilakukan berdasarkan unit lahan yang sudah Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian
ditentukan berdasarkan jenis dan penggunaan Universitas Udayana untuk mencapai data fisik dan
lahan,kemiringan lereng. Penelitian ini dilakukan kimia, selanjutnya data prediksi erosi dihitung
di DAS Koloh Pasiran, Kecamatan Sambalia dengan rumus USLEserta analisis klasifikasi
Kabupaten Lombok Timur. Waktu pelaksanaan kemampuan lahan didasarkan atas intensitas faktor
kegiatan penelitian adalah mulai bulan Februari penghambat metode Arsyad (1989).
sampai dengan bulan April 2014. Data yang
64
Perencanaan Penggunaan Lahan Melaluiu Pendekatan Prediksi Erosi dan Klasifikasi Kemampuan Lahan di Daerah ..... [Sulastri, dkk.]
3. HASIL DAN PEMBAHASAN kedalam lapisan tanah sehingga lapisan tanah bagian
dalam menjdi terhambat sehingga kapasitas
3.1. Prediksi Erosi infiltrasi menurun. Dengan menurunnya kapasitas
infiltrasi akan menyebabkan meningkatnya jumlah
3.1.1 Erosivitas Hujan (R) aliran permukaan dan daya tekan air pun menjadi
Hasil penghitungan erosivitas hujan pada kuat sehingga daya erosivitasnya juga semakin besar
stasiun pengamatan curah hujan Sambalia selama (Kartasapoetra, dkk 2000).
sembilan tahun (2005–2013) menunjukkan angka
sebesar 1217,31 ton/ha/cm. Erosivitas hujan bulanan 3.1.2 Erodibilitas Tanah (K)
dari stasiun pencatat curah hujan nilainya Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa
bervariasi, yaitu berkisar antara 3,66 sampai 402,8 nilai erodibilitas tanah berkisar antara 0,21 sampai
ton/ha/cm (Tabel 1). 0,62 ton/ha/satuan indeks erodibilitas tanah dengan
criteria dari sedang sampai sangat tinggi (Tabel 2).
Tabel 1. Erosivitas Hujan (R)di DAS Koloh Pasiran. Struktur tanah juga diperkirakan sebagai faktor
yang berpengaruh terhadap erodibilitas tanah,
Bulan Hari Hujan Curah Hujan Curah Hujan Erosivitas kemudian debu, permeabilitas tanah, pasir sangat
(hari) (mm) Max (mm) Hujan (R) halus, bahan organik tanah dan liat tanah, tetapi
tidak berpengaruh sangat nyata. Hal ini ditujukkan
Januari 14 302,31 117 402,8
February 9 176 75,56 206,7 dengan tingkat erodibilitas tanah yang sedang sampai
Maret 12 237,48 75,44 80,61 sangat tinggi. Struktur tanah berpengaruh terhadap
April 7 151,44 87,89 207,2 erodibilitas tanah karena daerah penelitian ini
Mei 3 64,22 29,67 62,02 memiliki jenis tanah regosol, andosol dan latosol.
Juni 5 73,11 24,22 51,08 Jenis tanah andosol tekstur didominasi oleh pasir,
Juli 1 14,67 11,56 12,36 remah bila kering dan daya ikat air yang rendah.
Agustus 1 7,56 7 3,66 Sesuai dengan yang dikatakan oleh Utomo, (1983),
September 1 32,22 25,33 41,34 tanah jenis andosol, memiliki tekstur yang
Oktober 2 58,89 28,22 65,17
didominasi oleh debu dan memiliki sifat irreversible
Nopember 4 65,11 47,33 70,01
Desember 8 170,22 92,56 14,36 terhadap penyerapan air. Jenis latosol bertekstur
lempung sampai geluh dan konsistensi gembur peka
Jumlah 67 1.353,23 681,78 1217,31 tererosi (Darmawijaya, 1990).
Syarif (1985) menyebutkan, debu berdiameter
Semakin besar intensitas hujan, maka besar relatif kecil, dapat mengadsorpsi air lebih banyak
pula partikel tanah yang dilepaskan, karena energi dan persentase pori mikro lebih tinggi dari tanah
kinetiknya makin besar untuk memecahkan yang didominasi oleh pasir. Jadi makin halus tekstur
bongkahan-bongkahan tanah menjadi butiran tanah tanah, makin tinggi persentase pori mikro dan
yang kecil-kecil dan halus. Hasil dispersi ini akan kemampuan tanah menahan air lebih tinggi. Makin
lebih mudah terangkut dan terhanyut dengan sukar tanah menyerap air, makin jelek struktur
berlangsungnya aliran permukaan.Sebagian lahan tanah makin besar volume limpasan permukaan,
akan mengikuti infiltrasi air, dan bagian ini akan makin besar masa tanah terkikis dan terangkut
dapat menutupi pori-pori tanah. Tertutupnya pori- sehingga nilai K juga makin tinggi.
pori tanah menyebabkan menurunnya infiltrasi air
No Liat (%) Pasir Sangat Bahan Kode Struktur Kode Permeabilitas Erodibilitas Tanah ( K )
Halus + Debu (%) Organik (%) Tanah (b) (cm/jam)
Nilai Kreteria
65
ECOTROPHIC • VOLUME 9 NOMOR 1 TAHUN 2015 ISSN : 1907-5626
3.1.3 Panjang lereng dan Kemiringan Lereng semak dan serasah sedang/kurang dengan
(LS) penutupan tanahnya berupa pohon-pohon (nilai faktor
Hasil pengukuran dan pengamatan di wilayah C = 0,3). Tidak ada tindakan konservasi tanah (nilai
penelitian menunjukkan nilai panjang lereng faktor P = 1,00) dan nilai CP = 0,3. Jenis tanamannya
terpendek sebesar 8 m dan terpanjang sebesar 60 m. berupa kayu-kayuan seperti sengon, imba, gamelina,
Kemiringan lereng terendah sebesar 2% sedangkan ketimbus. Tindakan konservasi tanah pada unit
yang tertinggi sebesar 25%. Nilai LS pada daerah lahan ini adalah penutupan tanahnya serasah tinggi
penelitian berkisar antara 0,55 sampai 7,39, dimana (C = 0,001) dengan teras bangku sempurna (P = 0,04).
nilai LS terendah terdapat pada unit lahan 2 dan Hutan sekunder terdapat pada unit lahan 5,
tertinggi terdapat pada unit lahan 6 (Tabel 3). dimana hutan ini adalah hutan alam dengan serasah
banyak/tinggi dan sudah membusuk (nilai faktor C
Tabel 3.Nilai Faktor Panjang dan Kemiringan Lereng di DAS Koloh Pasiran. = 0,001) dan di unit lahan ini tidak ada konservasi
tanahnya (nilai faktor P = 1,00) dan nilai CP = 0,001.
Unit Panjang Kemiringan Panjang dan Kemiringan Jenis tanamanya berupa pohon-pohon besar sepeti :
Lahan Lereng( L ) Lereng( S) Lereng( LS ) kesambik, bajur, ketimbus, keleang, temek, berore,
reke. Tindakan konservasi tanah yang dilakukan
1. 10 2 0,62
2. 8 2 0,55 adalah teras koluvial struktur baik (P = 0,04).
3. 15 2 0,76 Hutan primer terdapat di 6 unit lahan, dimana
4. 17 3 0,96 hutan ini terdapat di hutan tutupan. Hutan primer
5. 40 3 1,48 memiliki serasah yang sangat tinggi dan sudah
6. 49 25 7,39 membusuk kemudian menjadi tanah, hutan ini di
7. 50 5 2,19 tutupi oleh pohon-pohon tinggi (nilai faktor C = 0,001)
8. 52 2 1,41 dan tidak pernah dilakukan konservasi tanah (nilai
9. 56 13 4,56
10. 58 4 2,07
11. 60 3 1,81 Tabel 4. Nilai Faktor Pengelolaan Tanah dan Tanaman di DAS Koloh
Pasiran.
Meningkatnya erosi dipengaruhi oleh besarnya
Satuan Unit Jenis Pengelolaan Nilai
faktor kecuraman lereng dan panjang lereng.
No Lahan Tanah dan
Semakin curam lereng, maka semakin banyak Tanaman C P CP
jumlah tanah yang hilang tererosi oleh air, semakin
panjang lereng juga mempengaruhi proses erosi. 1. Kebun campuran K1 0,2 0,40 0,08.
Erosi secara normal akan meningkat seiring 2. tegalan T1 0,347 0,40 0,1388.
peningkatan panjang dan kecuraman lereng, sebab 3. Semak belukar S1 0,3 1,00 0,3
berpengaruh dalam meningkatnya volume dan 4. Semak belukar S1 0,3 1,00 0,3
kecepatan limpasan permukaan (Morgan, 1979 5. Hutan sekunder H0 0,001 1,00 0,001
dalam Mario, 2004). 6. Hutan primer H1 0,001 1,00 0,001
7. Hutan primer H1 0,001 1,00 0,001
8. Hutan primer H1 0,001 1,00 0,001
3.1.4 Pengelolaan Tanah dan Tanaman (CP) 9. Hutan primer H1 0,001 1,00 0,001
Hasil evaluasi penggunaan unit lahan pada 10. Hutan primer H1 0,001 1,00 0,001
kebun campuran dengan kerapatan sedang (nilai 11. Hutan primer H1 0,001 1,00 0,001
faktor C = 0,2), dengan teras tradisional tanpa adanya
konservas (nilai faktor P = 0,40) dan nilai CP = 0,08. Keterangan:
Jenis tanaman campuran berupa pisang, mente, K1 = Kebun campuran dengan kerapatan sedang dengan teras tradisional
kedondong, jati dan gamelia. Tindakan konservasi tanpa adanya konservasi dan Jenis tanaman campuran berupa pisang,
tanah pada kebun campuran adalah kerapatan lebat kedondong, jati dan gamelia.
T1 = Pertanian lahan kering dengan pola tanam berurutan dan mulsa sisa
(C =0,100) dengan teras bangku konstruksi baik (P
tanaman dengan teras tradisional tanpa adanya konservasi dan jenis
= 0,04) (Tabel 4). tanamannya berupa padi, cabai, tomat, kedelai, bawang merah, jagung.
Tegalan dengan pola tanam berurutan dan S1 = Penutupan tanahnya adalah semak dan serasah sedang/kurang,
mulsa sisa tanaman (nilai faktor C = 0,347) dengan penutupan tanahnya juga berupa pohon-pohon, tidak ada tindakan konservasi
teras tradisional tanpa adanya konservasi (nilai tanah dan jenis tanamannya berupa kayu-kayuan seperti sengon, imba,
faktor P = 0,40) dan nilai CP = 0,1388. Jenis gamelina, ketimbus.
tanamannya berupa, cabai, tomat, kedelai, bawang H0 = Hutan sekunder dalah hutan alam dengan serasah banyak dan sudah
merah, jagung. Tindakan konservasi tanah tegalan membusuk dan di unit lahan ini tidak ada konservasi tanahnya dan jenis
dengan pola tanam berurutan (jagung, kacang tanah) tanamanya berupa pohon-pohon besar sepeti : kesambik, bajur, ketimbus,
keleang, temek, berore, reke.
C = 0,498 dengan teras bangku konstruksi baik P =
H1 = Hutan primer memiliki serasah yang sangat tinggi dan sudah membusuk
0,04. kemudian menjadi tanah, hutan ini di tutupi oleh pohon-pohon tinggi dan tidak
Semak belukar, unit lahan ini terdapat pada unit pernah dilakukan konservasi tanah. Jenis tanamannya berupa: rajumas,
lahan 3 dan 4 dimana penutupan tanahnya adalah suren, goak, kemiri, elar, mangga, kesambik, ketimbus, kendal, sarotan.
66
Perencanaan Penggunaan Lahan Melaluiu Pendekatan Prediksi Erosi dan Klasifikasi Kemampuan Lahan di Daerah ..... [Sulastri, dkk.]
faktor P = 1,00) sehingga nilai CP = 0,001. Jenis Erosi berat sampai sangat berat terjadi pada unit
tanamannya berupa : rajumas, suren, goak, kemiri, lahan tegalan dan semak belukar. Penyebab berat
elar, mangga, kesambik, ketimbus, kendal, sarotan. sampai sangat beratnya erosi yang terjadi pada ketiga
Tindakan konservasi tanah pada hutan primer ini unit lahan tersebut disebabkan oleh nilai LS dan CP
adalah teras koluvial struktur baik (P = 0,04) relatif tinggi, dimana dengan tindakan konservasi
yang kurang tepat dengan keadaan lapangan yang
3.1.5 Prediksi Besarnya Erosi teras tradisional mengakibatkan makin tingginya
DAS Koloh Pasiran memiliki nilai erosi berkisar laju erosi pada lahan tersebut.Ringannya erosi yang
antara 0,52 t/ha/thn sampai 217,36 ton/ha/thn yang terjadi pada unit lahan yang lain disebabkan oleh
tergolong ringan sampai sangat berat. Erosi ringan nilai CP yang rendah, karena dengan tajuk tanaman
terjadi pada penggunaan lahan kebun campuran, yang cukup rapat jadi butir–butir air hujan yang
hutan sekunder dan hutan primer karena memiliki jatuh akan mengurangi kemampuannya dalam
nilai CP yang rendah dimana lahannya berupa kebun mendispersi tanah sehingga dapat membantu
campuran dengan kerapatan sedang, teras tradisional menurunkan laju erosi. CP yang rendah
tanpa konservasi, hutan sekunder dengan serasah menyebabkan erosi yang terjadi dapat dikurangi
banyak sudah mulai membusuk dan tanpa tindakan
konservasi sedangkan hutan primer memiliki 3.1.6 Erosi yang Ditoleransikan (Edp)
serasah banyak dan sudah membusuk dan terdapat Untuk menghitung nilai Edp diperlukan data
di unit lahan 6, 7, 8, 9, 10, dan 11. sub-order tanah, kedalaman tanah, dan umur guna
tanah dan berat volume tanah. Sub-order tanahnya
Tabel 5. Prediksi Erosi Tahunan di DAS Koloh Pasiran. adalah Tropept dan Ustalf dengan nilai faktor
kedalaman tanahnya berkisar antara 550 mm sampai
Nilai Prediksi Erosi ( A ) 770 mm, sedangkan umur guna tanahnya sebesar
No
300 tahun dan berat volume tanahnya berkisar
R K LS CP (ton/ha/th) Tingkat Erosi
antara 0,38 sampai 1,588 (Tabel 6). Nilai Edp
1. 1217,31 0,21 0,62 0,08 12,67 Ringan terendah terdapat pada unit lahan 4 dengan nilai
2. 1217,31 0,50 0,556 0,1388 46,46 Berat Edp 2,46 ton/ha/thn, sedangkan nilai Edp tertinggi
3. 1217,31 0,56 0,761 0,3 155,42 Berat terdapat pada unit lahan 8 dengan nilai Edp 34,46
4. 1217,31 0,62 0,968 0,3 217,36 Sangat Berat ton/ha/thn (Tabel 6).
5. 1217,31 0,40 1,486 0,001 0,68 Ringan
6. 1217,31 0,45 7,310 0,001 4,04 Ringan Tabel 6. Erosi yang Dapat Ditoleransikan di DAS Koloh Pasiran.
7. 1217,31 0,38 2,197 0,001 1,01 Ringan
8. 1217,31 0,33 1,417 0,001 0,56 Ringan Unit Fakor Kedalaman Umur Berat Erosi yang
9. 1217,31 0,53 4,567 0,001 2,94 Ringan No. Lahan Tanah Guna Volume ditoleransi (T)
10. 1217,31 0,21 2,078 0,001 0,52 Ringan Tanah Tanah ton/ha/thn
11 1217,31 0,62 1,819 0,001 1,36 Ringan Nilai Kedalaman (thn) (g/cm)
Tanah (mm)
67
ECOTROPHIC • VOLUME 9 NOMOR 1 TAHUN 2015 ISSN : 1907-5626
campuran, tegalan dan semak belukar tanpa konservasi teras bangku konstruksi baik, maka erosi
tindakan konservasi dengan teras tradisional. yang dapat ditekan menjadi 6,66 ton/ha/thn.
Perencanaan pada unit lahan semak belukar dengan
3.1.7 Perencanaan Konservasi Tanah dan Air serasah sedang, alternatif perencanaan konservasi
Laju erosi yang lebih kecil dari erosi yang yang dilakukan adalah hutan dibuat menjadi serasah
ditoleransi meliputi unit lahan 5, 6, 7, 8, 9, 10 dan tinggi tanpa melakukan tindakan konservasi dengan
11. Dengan demikian lahan ini tidak memerlukan jenis tanaman kayu-kayuan yang sudah ada dan
lagi usaha konservasi tanah dan air akan tetapi dibuatkan teras bangku konstrukasi baik sehingga
harus dipelihara, dijaga dan dipertahankan dengan dapat menekan erosi menjadi 0,02 ton/ha/thn.
baik pada kondisi yang sudah ada agar eroai yang
terjadi tidak bertambah besar.Prediksi erosi yang 3.1.8 Besarnya Erosi Setelah Konservasi
melebihi erosi yang ditoleransi dijumpai pada unit Dari hasil perhitungan besar erosi setelah
lahan kebun campuran dengan nilai A = 12,67 ton/ dikonservasi sebesar 6,74 t/ha/thn untuk unit lahan
ha/thn, tegalan dengan nilai A = 46,46 ton/ha/thn 2 (tegalan) dengan nilai Edp 23,87 t/ha/thn sedangkan
dan semak belukar dengan nilai A = 155,42 dan untuk unit lahan 4 (semak belukar) dengan nilai
217,36. Ini berarti vegetasi, pola tanam dan tindakan erosi sebesar 0,03 t/ha/thn dengan nilai Edp sebesar
konservasi tanah yang ada belum cukup untuk 2,46 t/ha/thn (Tabel 8).
mencegah atau menekan erosi sampai pada tingkat Pada unit lahan 2 terdapat sistim tegalan dengan
yang tidak membahayakan. teras tradisional, nilai CP tertinggi yaitu 0,1388,
Untuk mencegah kerusakan tanah sehingga maka tindakan konservasi yang dilakukan dengan
dapat dipergunakan secara lestari, maka nilai A tetap mempertahankan sistim tegalanhanya
harus ditekan menjadi sama atau lebih kecil dari perbaikan nilai P-nya saja. Adapun alternatif
nilai CP maksimum dengan cara mencari dan konservasinya yaitu tegalan dengan perbaikan teras
menerapkan sistim tanaman atau pola tanam (C) bangku konstruksi baik mampu menekan erosi
dan tindakan konservasitanah (P) yang sesuai, menjadi 6,66 ton/ha/thn.Batas tertinggi nilai CP yang
sedangkan untuk kawasan semak belukar dengan dapat diterapkan pada unit lahan semak belukar
memperhatikan sistim pengolaan tanah yang sesuai adalah hutan dengan serasah tinggi. Perubahan ini
(Tabel 7). dapat menekan nilai erosi sebesar 0,02 ton/ha/thn
Perencanaan konservasi pada unit lahan kebun pada unit lahan semak belukar.
campuran adalah kebun campurankerapatan lebat Untuk menurunkan nilai CP maka tindakan
dengan jenis tanaman campuran dan teras bangku konservasi tanah dan air yang dapat dilakukan
konstruksi baik. Unit lahan tegalan tanpa tindakan adalah menambah populasi tanaman ( C ) yang ada
konservasi, alternatif perencanaan konservasi yang saat ini. Apabila nilai (C) diperbaiki maka semak
dilakukan adalah dengan cara pola tanam yang tanpa tindakan konservasi harus ditingkatkan
berurutan seperti cabai, tomat, bawang merah populasi tanamannya atau direboisasikan menjadi
kedelai dan jagung dengan mulsa sisa tanaman dan hutan serasah tinggi, ini berarti perbaikan nilai (C)
Tabel 7. Alternatif Teknik Konservasi Tanah dan Air di DAS Koloh Pasiran.
Unit Usaha Konservasi Tanah dan Air Besar Erosi Besar Erosi Edp
Lahan Sebelum Perencanaan Setelah Perencanaan (ton/ha/thn)
(ton/ha/thn) (ton/ha/thn)
1. (Kebun campuran)
a. Kerapatan lebat dengan jenis tanaman campuran berupa 12,67 0,63 7,6
pisang, kedondong, jati dan gamelia.
b. Teras bangku konstruksi baik.
2 (Tegalan)
a. Pola tanam berurutan dan mulsa sisa tanaman, 46,46 6,66 23,87
dengan jenis tanaman cabai, tomat, kedelai, bawang merah
dan jagung.
b. Teras bangku konstruksi baik
3. (Semak belukar)
a. Hutan serasah tinggi tanpa tindakan konservasi, dengan 155,42 0,02 29,4
jenis tanaman kayu-kayuan berupa sengon, imba, gamelina.
b. Teras bangku konstruksi baik.
4 (Semak belukar)
a. Hutan serasah tinggi tanpa tindakan konservasi, dengan 217,36 0,02 2,46
jenis tanaman kayu-kayuan berupa sengon, imba, gamelina.
b. Teras bangku konstruksi baik
68
Perencanaan Penggunaan Lahan Melaluiu Pendekatan Prediksi Erosi dan Klasifikasi Kemampuan Lahan di Daerah ..... [Sulastri, dkk.]
Tabel 8. Alternatif Teknik Konservasi Tanah dan Air di DAS Koloh Pasiran. salinitas yang menghambat pertumbuhan tanaman
(Arsyad, 1989).
Nilai Erosi setelah konservasi
No
R K LS CP (t/ha/th) Tingkat Erosi
No Lereng Kepekaan Tingkat Kedalaman Tekstur Permea- Drainase Krikil Ancaman Garam/ kelas Sub kelas
permukaan Erosi Tanah lapisan atas bilitas Banjir salinitas
1. A KE 3 e1 k1 t5 P5 d1 b2 O0 g0 VIII VIII s
2. A KE 5 e4 K1 t3 P4 d1 b2 O0 g1 VI VI es
3. A kE6 e2 K1 t3 P1 d1 b2 O0 g0 V V es
4. A KE 6 e1 K1 t3 P2 d1 b2 O0 g1 IV IV es
5. A kE4 e2 K1 t2 P3 d2 b2 O0 g0 IV IV es
6. D KE 5 e2 K1 t3 P1 d2 b2 O0 g1 V V es
7. B KE 4 e2 K1 t3 P2 d1 b2 O0 g3 IV IV es
8. A KE 4 e2 K1 t2 P1 d1 b2 O0 g3 V V es
9. C KE6 e2 K1 t3 P1 d1 b2 O0 g0 V V es
10. B KE 3 e2 K1 t4 P5 d1 b2 O0 g1 VIII VIII es
11. A KE 6 e2 K1 t3 P1 d1 b2 O0 g1 V V es
69
ECOTROPHIC • VOLUME 9 NOMOR 1 TAHUN 2015 ISSN : 1907-5626
1. VIII s Kebun campuran Perkebunan campuran Kebun campuran dengan kerapatan tinggi dan penerapan teknik konservasi
dengan kerapatan tinggi tanah antara lain penanaman secara kontur, perbaikan konstruksi teras
disertai tanaman penutup tanah dan penggunaan mulsa dengan jumlah
banyak.
2. VI es Tegalan Tegalan dengan teras Jenis tanaman seperti, jagung, kacang-kacangan, bawang merah dengan
bangku konstruksi baik tindakan konservasi pemberian mulsa sisa tanaman dan pembuatan teras
konstruksi baik dan diberi tanaman penguat.
3. V es Semak Belukar Hutan kemasyarakatan, Hutan kemasyarakatan, agroforestry atau dijadikan hutan
dan hutan lindung alami dengan jenis tanaman kayu-kayuan.
(Dihutankan)
4. IV es Semak Belukar Dihutankan Dijadikan hutan alami dengan jenis tanaman kayu-kayuan.
5. IV es Hutan Sekunder hutan alami Hutan alami
6. V es Hutan Primer hutan alami Hutan alami
7. IV es Hutan Primer hutan alami Hutan alami
8. V es Hutan Primer hutan alami Hutan alami
9. V es Hutan Primer hutan alami Hutan alami
10. VIII es Hutan Primer hutan alami Hutan alami
11. V es Hutan Primer hutan alami Hutan alami
70
Perencanaan Penggunaan Lahan Melaluiu Pendekatan Prediksi Erosi dan Klasifikasi Kemampuan Lahan di Daerah ..... [Sulastri, dkk.]
pertanian tanaman semusim tetapi lebih cocok Darmawijaya, M.I. 1990. Klasifikasi Tanah . Cetakan
untuk tanaman kayu dan buah-buahan seperti Pertama. Yogyakarta : Gajah Mada University
mente, kedondong jati dan gamelia karena Press.
berada di lahan kebun campuran, sedangkan
Direktorat Jendral Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan
unit lahan yang terdapat di hutan primer harus
(Ditjen RRL). 1998. Petunjuk Pelaksanaan
dibiarkan pada keadaan alami di bawah vegetasi
Penyusunan Rencana Teknik Lapangan
alami
Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah.
3. Arahan penggunaan lahan pada unit lahan
Departemen Kehutanan. Jakarta.
kebun campuran yaitu kebunan campuran
dengan kerapatan tinggi. Unit lahan tegalan Kartasapoetra, G., A. G. Kartasapoetra, dan M.M.
dengan teras bangku konstruksi baik. Unit Sutejo. 2000. Teknologi Konservasi Tanah dan
lahan semak belukar arahan pengunaan Air. Edisi Kelima. Penerbit Rineka Cipta.
lahannya berupa hutan kemasyarakatan atau Jakarta.
hutan lindung. Sedangkan untuk kawasan Mario, K, 2004. “Arahan Penggunaan Lahan di DAS
hutan dibiarkan menjadi hutan alami. Banyumala Buleleng Bali”. (tesis). Program
Studi Magister Lahan Kering, Program
7.2 Saran Pascasarjana, Universitas Udayana. Denpasar.
Untuk mengurangi besarnya laju erosi perlu
memperhatikan pengelolaan tanah yang sesuai Morgan, R.P.C. 1979. Soil Erosion. London :
dengan menerapkan tehnik konservasi tanah dan air Longman
serta memperhatikan kelas kemampuan lahan yang Risse, L.M.,M.A Nearing, A.D. Nicks, and J.M.
ada sehingga pemanfaatan lahan yang melebihi Laflen. 1993. Error Assessment in the Universal
kapasitasnya (berlebihan) dapat ditekan. Soil Loss Equation. Soil. Sci. Soc. Am. J. Vol. 57
Upaya pengelolaan yang perlu dilakukan pada : 825-833.
unit lahan perkebunan campuran dengan kerapatan
tinggi dan tegalan dengan teras bangku sempurna Sanders, D. 1992. Soil Conservation Asia.An
adalah penanaman tanaman jenis kayu-kayuan dan Interpretation perspective Journal of Soil and
buah-buahan seperti mente, mangga dan pisang Water Conservation, 5 (3): 45 – 60.
sedangkan pada tegalan jenis tanaman berupa Syarief, S. E.1985. Konservasi Tanah dan Air.
jagung, bawang merah dan kacang-kacangan dengan Pustaka Buana, Bandung.
pemulsaan sehingga dapat meningkatkan kapasitas
menahan air. Utomo, Wani Hadi. 1989. Konservasi Tanah di
Indonesia. Suatu Rekaman Analisa Rajawali
Press. Jakarta. 176 hal.
DAFTAR PUSTAKA Wischmeier, W. H. and D.D Smith.1978.Pedicting
Rainfall Erosion Losses – A Guide To
Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air.Institut Conservation Planning USDA Agricultural
Pertanian Bogor. Handbook No. 537.59 pp.
Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah
Aliran Sungai.Yogyakarta. Gajah Mada
University Press.
71