Sie sind auf Seite 1von 16

600

Diabetes Mellitus Type II Interruption Of Street In Puskesmas Tuminting


Kota Manado

Nonce N. Legi1, Rivolta G.M. Walalangi2, Bella Pangemanan3


1, 2, 3
Department of Nutrition Manado Health Polytechnic

ABSTRACT

Diabetes Mellitus is a metabolic disorder characterized by high levels of insulin, work insulin or both.
Currently diabetes treatment is beginning to switch to traditional medicines, one of which is ginger
which is widely known as one of the spices. This research was conducted from May to June 2017.
This type of quasi research with pretest and posttest one group design with sample of 46 people
fulfilling inclusion criteria. Primary data such as respondent identity, weight, height, blood sugar level
and total respondents total respondents by interview and direct measurement in capillaries. While
secondary data in can from health center archives. The tools used are the tools that are easy to touch,
scales, microtois, identity form respondents, the form of total measurement results, stationery and
SPSS program. The result of paired t test of blood sugar level before and after administration of red
ginger boiling water obtained p value <0.001 with average is 54,979 mg / dl. While total cholesterol
before and after administration of red ginger boiling water obtained p value <0.001 with an average of
5.809 mg / dl. There is a significant difference to red ginger boiling water to blood sugar and
cholesterol levels.

Keywords: Diabetes Mellitus, Red Ginger, Blood Sugar, Total Cholesterol

PENDAHULUAN
Diabetes Melitus merupakan gangguan metabolik yang mengenai banyak orang di dunia.
Penyakit ini ditandai dengan tingginya kadar glukosa dalam darah akibat kurangnya sekresi
insulin, kerja insulin maupun keduanya (Ajie, 2015).
Berdasakan data World Health Organization (WHO) (2000) jumlah penduduk dunia
yang menderita diabetes sudah mencapai 171.230.000 orang dan diperkirakan pada tahun
2030 jumlah penderita diabetes di dunia akan mencapai jumlah 366.210.100 orang atau naik
sebesar 114% dalam kurun waktu 30 tahun.
Presentase penduduk Indonesia yang menderita diabetes mellitus adalah 1,5% persen
dari keseluruhan penduduk Indonesia yaitu kurang lebih 172,5 juta jiwa. Dan khususnya
untuk provinsi Sulawesi Utara 2,4 persen dari jumlah keseluruhan penduduk provinsi
sulawesi utara. Provinsi Sulawesi Utara sendiri merupakan provinsi dengan penderita
diabetes melitus ketiga tertinggi di Indonesia setelah Daerah Istimewa Yogyakarta dan DKI
Jakarta (Kemenkes RI, 2013).
Sekarang ini masyarakat sudah mulai kembali kepada pengobatan tradisional misalnya
akar, daun atau kulit dari tanaman. Tapi sayangnya pengetahuan masyarakat tentang tanaman
atau rempah yang dapat berguna dalam pengobatan penyakit masih sangat minim. Salah
satunya pengetahuan tentang manfaat dari berbagai macam manfaat rempah dapur bagi
601

kesehatan contohnya jahe. Menurut Wicaksono (2015) kandungan fenol yang terdapat dalam
ekstrak jahe merah memiliki sifat antioksidan dan antiinflamasi yang akan mengurangi
radikal bebas dan proses inflamasi sehingga dapat menurunkan kadar gula darah pada pasien
diabetes melitus. Selain itu menurut Sekiya dkk (2004), jahe meningkatkan sensitifitas insulin
sehingga bisa membantu dalam pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus.
Pada penelitian Rachmawati (2014) terdapat penurunan kadar gula darah dengan rata-rata
12mg/dL pada wanita prediabetes yang diberikan susu kedelai sebanyak 430 ml/hari dengan
penambahan 3 gram jahe bubuk selama 14 hari. Selain menurunkan kadar glukosa darah jahe
juga berfungsi untuk menurunkan kadar kolesterol total. Pemberian minuman jahe merah
sebanyak 3,2 ml/Kg BB per hari selama 21 hari terbukti bahwa terdapat penurunan kadar
kolesterol total dari 226 ± 14,19 mg/dl menjadi 206,46 ± 15,15 mg/dl (Sari, 2014).
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolik akibat pankreas tidak
memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi
secara efektif. Insulin adalah hormon yang mengatur keseimbangan kadar gula darah.
Akibatnya terjadi peningkatan konsentrasi glukosa di dalam darah (hiperglikemia) (Infodatin
Diabetes, 2015). Diabetes melitus tipe II terjadi karena adanya kerusakan kelenjar pankreas
yang memproduksi insulin. Insulin berfungsi untuk mendistribusikan gula untuk masuk ke
dalam sel-sel tubuh dan selanjutnya akan diolah menjadi energi. Jika kelenjar pankreas rusak,
maka distribusi gula ke dalam sel-sel tubuh akan terhambat dan akhirnya akan terjadi
penumpukan gula di dalam darah sehingga terjadi penyakit diabetes melitus (Kurniadi &
Nurrahmani, 2014).
Klasifikasi diabetes Melitus Tipe I adalah diabetes dimana pankreas sebagai pabrik
insulin tidak dapat atau kurang mampu membuat insulin. Akibatnya insulin tubuh kurang
atau tidak ada sama sekali, gula akan menumpuk di dalam peredaran darah karena tidak dapat
diangkut ke dalam sel. Diabetes Melitus Tipe II merupakan jenis yang paling sering
didapatkan. Biasanya timbul pada usia diatas 40 tahun, namun bisa pula timbul pada usia
lebih muda atau sekitar 20 tahun. Sekitar 90-95 % penderita diabetes merupakan diabetes tipe
II. Pada diabetes tipe II, pankreas masih bisa membuat insulin, tetapi kualitas insulinnya
buruk sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik dan ujung-ujungnya menyebabkan gula
dalam darah meningkat. Diabetes Pada Kehamilan, diabetes yang terjadi pada saat hamil
disebut diabetes gestassi (gestasional diabetes). Keadaan ini terjadi karena pembentukan
beberapa hormon pada wanita hamil yang menyebabkan resisitensi insulin.
602

Diabetes Lain, ada pula diabetes lain yang tidak termasuk kelompok diatas yaitu diabetes
yang terjadi sekunder atau akibat penyakit lain, yang mengganggu produksi insulin (Tandra,
2015).
Tanda dan gejala Pada awalnya, gejala DM bisa muncul tiba-tiba pada anak-anak dan
remaja. Pada orang dewasa (>40 tahun), gejala awal yang muncul biasanya ringan. Beberapa
gejala yang sering dikeluhkan oleh penderita DM antara lain sering merasa haus, sering
merasa lapar, sering kencing, penurunan berat badan, badan lemas, gatal, kesemutan,
pandangan kabur, serta kulit kering. Selain gejala diatas, seseorang mengetahui ia menderita
DM setelah timbul komplikasi seperti penglihatan menurun, atau bahkan mendadak buta,
timbul penyakit jantung koroner, fungsi ginjal menurun, gangguan kulit dan saraf, bahkan
terjadinya pembusukan pada kaki (Dalimartha & Adrian, 2014).
Diagnosis diabetes melitus dapat ditegakkan melalui tiga cara yaitu :
a. Adanya keluhan klasik serta pemeriksaan gula plasma sewaktu ≥200 mg/dL.
b. Pemeriksaan gula plasma puasa ≥126 mg/dL beserta keluhan klasik.
c. Tes Toleransi Gula Oral (TTGO) (PERKENI, 2011).
Hasil akhir dari pemecahan karbohidrat adalah glukosa (gula darah). Glukosa
merupakan salah satu sumber utama energi dalam tubuh. Glikogen, asam amino lemak dan
keton merupakan sumber enrgi lainnya selain glukosa. Kadar gula dalam darah sangat
dipengaruhi oleh asupan gula. Jika asupan atau konsumsi gula rendah maka kadar gula darah
pun akan rendah. Apabila tidak ada pasokan gula yang dapat diubah menjadi energi di dalam
tubuh maka hati akan melepaskan glikogen sebagai sumber energi (Lingga, 2012).
Insulin merupakan salah satu hormon di dalam tubuh manusia yang dihasilkan oleh sel
ß pulau langerhans. Sel ß merupakan bagian dari kelenjar pankreas yang letaknya ada di
dalam rongga perut bagian atas, tepatnya di belakang lambung. Insulin merupakan suatu
polipeptida sehingga dapat juga disebut protein. Insulin berperan dalam menurunkan kadar
gula darah. Dalam satu pankreas mengandung sel ᾰ dan sel ὁ. Sel ᾰ menghasilkan glukagon
dan memiliki peran sebaliknya, yaitu meningkatkan kadar glukosa darah, sedangkan sel ὁ
menghasilkan somatostatin. Jika kadar glukosa darah meningkat, insulin akan dipompa keluar
untuk menurunkannya, lalu glukosa dibawa masuk ke dalam sel melalui reseptor insulin yang
berada dalam dinding sel (Dalimartha & Adrian, 2014).
Pada diagnosis diabetes melitus kadar gula darah merupakan indeks yang menentukan
apakah seseorang tersebut mengalami diabetes atau tidak (PERKENI, 2011). Batasan kadar
gula darah sebagai penyaring dan diagnosis diabetes melitus dapat dilihat pada tabel :
603

Tabel 1. Batasan Kadar Gula Darah


Kadar Gula Darah Negatif DM Diduga DM DM
Sewaktu
Plasma Vena <140 140-200 ≥200
Darah Kapiler <80 80-200 ≥200
Puasa
Plasma Vena <100 110-126 ≥126
Darah Kapiler <90 90-100 ≥100
Sumber : PERKENI, 2011

Kolesterol adalah suatu lemak atau lipid. Kolesterol juga merupakan suatu sterol,
yang darinya hormon steroid dibuat. Bahan dasar lipid adalah minyak dan bahan dasar darah
adalah air, jadi keduanya tidak bisa bercampur. Jika koleseterol dibuang begitu saja dalam
darah maka kolesterol akan menggumpal dan menjadi tidak berguna. Untuk itu tubuh
mengemas kolsterol dan lemak lainnya menjadi partikel-partikel kecil yang dilapisi protein
yang disebut lipoprotein yang bisa bercampur dengan mudah dengan darah (Freeman &
Junge, 2008).
Jenis Kolesterol yaitu Kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein). Kolesterol jenis ini
sering disebut sebagai kolesterol jahat. Kolesterol LDL mengangkut kolesterol paling banyak
dalam darah. Kolesterol LDL merupakan faktor resiko utama penyakit jantung koroner.
Kolesterol HDL (High Density Lipoprotein). Kolesterol HDL mengangkut lebih sedikit
kolesterol daripada LDL dan sering disebut kolesterol baik karena dapat membuang
kelebihan kolesterol jahat di pembuluh darah arteri kembali ke hati untuk diproses dan
dibuang.
Trigliserida. Trigliserida merupakan salah satu jenis lemak yang terdapat dalam darah
dan berbagai organ dalam tubuh. Meningkatnya kadar trigliserida dalam darah dapat
meningkatkan kadar kolesterol (Kurniadi & Nurrahmani, 2014).
Jahe Merah Jahe (Zingiber officinale) merupakan salah satu jenis rempah dan obat-
obatan tradisional yang mudah ditemukan serta di budidayakan di Indonesia. Jika dipakai
sebagai obat jahe lebih banyak dikenal sebagai obat batuk atau hanya untuk sekedar
menghangatkan tubuh. Berdasarkan bentuk, warna serta ukuran dari rimpang jahe terdapat 3
jenis jahe, yaitu jahe putih besar atau badak, jahe putih kecil atau emprit, dan jahe sunti atau
jahe merah. Ketiga jenis jahe tersebut mengandung pati, minyak atsiri, serat, protein, vitamin,
mineral, dan enzim proteolitik yang disebut zingibain (Denyer dkk, 1994). Kandungan pati,
minyak atsiri dan ekstrak yag larut dalam alkohol pada ketiga jahe tersebut dapat dilahat pada
tabel dibawah ini.
604

Tabel 2. Kandungan Pati, Minyak Atsiri, dan Ekstrak yang larut dalam alkohol
pada Jahe Merah, Jahe Putih Kecil dan Jahe Putih Besar

Zat Bioaktif Jahe Merah Jahe Putih Kecil Jahe Putih Besar
Pati 52,9% 3,9% 9,93%
Minyak Atsiri 41,48% 3,5% 7,29%
Ekstrak yang larut dalam alkohol 44,25% 2,5% 5,81%
Sumber : Hernani & Hayani, 2001

Komposisi yang terdapat dalam jahe dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Faktor-
faktor tersebut adalah waktu panen, lingkungan tempat jahe tumbuh (ketinggian, curah hujan,
dan jenis tanah), keadaan rimpang jahe, serta geografi (Mustafa dkk, 1990 & Ali dkk, 2010).
Komponen utama dari jahe segar adalah gingerol. Gingerol sangat tidak stabil jika terpapar
dengan panas dan pada suhu tinggi akan berubah menjadi shogaol (Mishra, 2009).
Selain efek obat terdapat beberapa efek samping dari jahe misalnya diare ringan atau
reaksi alergi ringan khususnya bagi jahe yang dikonsumsi dalam keadaan mentah. Apabila
jahe dikonsumsi dalam jangka waktu yang panjang akan menimbulkan efek hipoglikemik dan
efek hipolipidemik (Ahmed & Sharma, 1997).
Pada penelitian Ahmed & Sharma (1997) terdapat penurunan kadar gula darah dan
kolesterol total pada 4 kelompok tikus wistar yang diberi masing masing diet normal (K.I),
diet dengan penambahan 2% bawang putih (K.II), diet dengan penambahan 0,5% jahe (K.III)
dan diet dengan penambahan bawang putih dan jahe selama 4 minggu. Berdasarkan masalah
yang ada di masyarakat yaitu kurangnya pengetahuan masyarakat tentang bahan makanan
atau rempah yang dapat mengendalikan kadar glukosa dan kolesterol total darah maka dari
itu penulis memutuskan untuk meneliti tentang Pengaruh Pemberian Air Rebusan Jahe
Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Dan Kolesterol Total Pasien Diabetes Melitus Tipe II
Rawat Jalan Di Puskesmas Tuminting Kota Manado Rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah apakah terdapat perbedaan kadar gula darah dan kolesterol total pasien diabetes
melitus tipe II sebelum dan sesudah pemberian air rebusan jahe merah. Tujuan penelitian ini
adalah mengetahui perbedaan kadar gula darah dan kolesterol total pasien diabetes melitus
tipe II yang sudah diberikan air rebusan jahe.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimen dengan menggunakan rancangan
penelitian pretest dan postest one group design. Penelitian ini akan melihat pengaruh
pemberian air rebusan jahe merah terhadap kadar gula darah dan kolesterol total pada
penderita diabetes melitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Tuminting Kota Manado.
605

Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2017 sampai dengan bulan Juni 2017 di wilayah
kerja Puskesmas Tuminting Kota Manado.
Variabel dalam penelitan ini adalah variabel independen yaitu pemberian air rebusan jahe
merah dan variabel dependen yaitu kadar gula darah dan kolesterol total.
1. Air rebusan jahe merah adalah jahe merah sebanyak 0,5 gr/kg BB yang direbus dengan air
sebanyak 1L hingga air berkurang menjadi 1 gelas (250 ml). Air rebusan jahe merah
diminum setiap hari selama 21 hari.
2. Pengukuran kadar gula darah adalah kadar gula darah sewaktu dengan batasan nomal
<200 mg/dl dan lebih ≥200 mg/dl. (PERKENI, 2011). Kadar gula darah diambil oleh
tenaga kesehatan yang berkompeten dalam bidang tersebut.
3. Pengukuran kadar kolesterol total menggunakan batasan normal <200 mg/dl, beresiko
sedang 200-240 mg/dl dan beresiko tinggi >240 mg/dl (Sutedjo, 2006). Kadar kolesterol
total diambil oleh tenaga kesehatan puskesmas yang berkompeten dalam bidang tersebut.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien diabetes melitus tipe II yang
tinggal di wilayah kerja Puskesmas Tuminting dan memeriksakan diri di Puskesmas
Tuminting. Sampel dalam penelitian ini adalah penderita diabetes melitus tipe II yang tinggal
di wilayah kerja Puskesmas Tuminting dan memeriksakan diri di Puskesmas Tuminting yang
memenuhi kriteria inklusi yaitu penderita diabetes melitus tipe II, tidak menggunakan obat-
obatan anti diabetes, tidak menggunakan insulin, masih bisa berkomunikasi dengan baik, dan
bersedia menjadi responden. Jumlah sampel sebanyak 46 orang. Dengan cara pengambilan
simple random sampling. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder. Data primer adalah kadar gula darah dan kolesterol total sebelum pemberian air
rebusan jahe merah dan sesudah pemberian air rebusan jahe merah. Data sekunder adalah
data lokasi penelitian yang terdiri dari gambaran umum Puskesmas Tuminting Kota Manado.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat Easy Touch untuk
mengukur kadar gula darah sewaktu dan kadar kolesterol total dari sampel, kuesioner
identitas responden, alat tulis menulis, dan air rebusan jahe merah cara Pengumpulan Data
1. Data identitas, yang dikumpulkan melalui wawancara.
2. Data kadar gula darah sewaktu, yang dikumpulkan melalui pengukuran dengan alat Easy
Touch pada responden.
3. Data kadar kolesterol total, yang dikumpulkan melalui pengukuran dengan alat Easy
Touch pada reponden.
Prosedur Pelaksanaan Penelitian
1. Pengurusan izin penelitian.
606

2. Pengurusan izin etik penelitian


3. Melapor di puskesmas Tuminting.
4. Memilih responden yang memenuhi kriteria.
5. Melakukan penjelasan sebelum penelitian kepada responden.
6. Meminta responden untuk menandatangani lembar persetujuan (informed consent) yang
telah dipersiapkan sebelumnya oleh peneliti.
7. Menanyakan identitas pasien.
8. Mengukur berat badan dan tinggi badan responden.
9. Mengukur kadar gula darah sementara dan kadar kolesterol totak sebelum pemberian air
rebusan jahe dengan alat Easy Touch yang dilakukan oleh enumerator.
HASIL
Deskripsi Karakteristik Subjek Penelitian
a. Umur

Tabel 5. Distribusi Responden Menurut Umur


Jumlah
Umur (tahun)
n %
40-49 12 26.07
50-59 20 43,47
60-69 13 28,26
70-79 1 2,20
Jumlah 46 100

Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa responden dalam penelitian ini mayoritas
berumur 50-59 tahun dengan jumlah 20 orang (43,47 %) dan 1 orang (2,20 %) berusia
antara 70-79 tahun. Kelompok umur 50-59 tahun merupakan kelompok umur yang sudah
mengalami perubahan ataupun penurunan fungsi fisoligis tubuh sehingga hal tersebut
dapat berpengaruh pada kadar gula darah serta kadar kolesterol total.
b. Jenis Kelamin

Tabel 6. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin


Jumlah
Jenis Kelamin
n %
Laki-laki 10 21,73
Perempuan 36 78,27
Jumlah 46 100

Berdasarkan jenis kelamin dari 47 responden, terbanyak adalah perempuan dengan


jumlah 36 orang (78,27 %).
607

c. Pekerjaan

Tabel 7. Distribusi Responden Menurut Pekerjaan


Jumlah
Pekerjaan
n %
Ibu Rumah Tangga 15 32,61
PNS/TNI/POLRI 5 10,87
Pegawai Swasta 1 2,17
Wiraswasta 10 21,73
Honorer 1 2,17
Petani 5 10,87
Supir 1 2,17
Lainnya 8 17,41
Jumlah 46 100

Menurut jenis pekerjaan, responden terbanyak adalah ibu rumah tangga sebanyak 15
orang (31,9 %), dan yang paling sedikit bekerja sebagai honorer, pegawai swasta dan
supir masing-masing sebanyak 1 orang (2,17 %),
d. Pendidikan
Tabel 8. Distribusi Responden Menurut Pendidikan
Jumlah
Pendidikan
n %
Tidak Tamat SD 1 2.17
SD 11 23.91
SMP 14 30.43
SMA 16 32.60
Perguruan Tinggi 5 10.89
Jumlah 46 100

Menurut jenis pendidikan, responden terbanyak memilik pendidikan tamat SMA


sebanyak 15 orang (32,60 %), dan tidak tamat SD sebanyak 1 orang (2,17 %), seperti
yang tersaji pada tabel di atas.
e. Status Gizi
Tabel 9. Distribusi Responden Menurut Status Gizi
Status Gizi Jumlah
n %
Gizi Kurang 6 13,04
Normal 17 36,95
Overweight 6 13,04
Obesitas 17 36,97
Jumlah 47 100

Rata-rata status gizi responden adalah obesitas dengan jumlah 17 orang (36,97%), dan
yang paling sedikit adalah reponden dengan status gizi kurang dan overweight yaitu
masing-masing 6 orang (13,04%). Rata-rata status gizi responden pada penelitian ini
608

memiliki status gizi obesitas yaitu berjumlah 18 orang. Menurut Heryana (2012),
resiko penyakit DM tipe II meningkat seiring dengan peningkatan indeks massa tubuh.
Selain itu, seiring dengan penelitian yang dilakukan Jelanti dan Haryati (2014)
mayoritas penderita DM tergolong bertubuh gemuk. Jadi dapat disimpulkan bahwa
obesitas atau kegemukan merupakan salah satu faktor yanng mempengaruhi atau
meningkatkan kejadian diabetes melitus.
1. Perbandingan Kadar Gula Darah Sebelum Sewaktu dan Sesudah Pemberian Air
Rebusan Jahe Merah
Tabel 10. Kadar Gula Darah Sewaktu Sebelum dan Sesudah Pemberian
Air Rebusan Jahe Merah
Sebelum Sesudah
Gula Darah Sewaktu
n % n %
Normal (<200 mg/dl) 0 0 12 26,08
Lebih (≥200 mg/d) 46 100 34 73,92

Berdasarkan hasil pemeriksaan kadar gula darah responden sebelum pemberian air
rebusan jahe merah pada sebanyak 46 orang, semuanya memiliki kadar gula darah
sewaktu diatas normal, dengan nilai yang paling tinggi adalah 456 mg/dl dan yang
paling rendah adalah 201 mg/dl. Sedangkan hasil pemeriksaan kadar gula darah
sewaktu sesudah pemberian air rebusan jahe merah pada 46 orang sampel terdapat 12
orang yang kadar gula darah sewaktunya menjadi kategori normal dari kategori lebih
dan terdapat 34 orang yang masih memiliki kadar gula darah sewaktu dalam kategori
lebih dengan nilai paling rendah adalah 112 mg/dl dan yang paling tinggi adalah 313
mg/dl.
2. Kadar Kolesterol Total Sebelum dan Sesudah Pemberian Air Rebusan Jahe
Merah
Berdasarkan hasil pemeriksaan kadar kolesterol total sebelum pemberian air rebusan
jahe merah pada 46 orang semuanya memiliki kadar kolesterol total dengan kategori
normal dengan nilai yang paling rendah adalah 104 mg/dl dan yang paling tinggi
adalah 199 mg/dl. Sedangkan hasil pemeriksaan kadar kolesterol total sesudah
pemberian air rebusan jahe merah pada 46 orang semuanya memiliki kadar kolesterol
total dengan kategori normal dengan nilai yang paling rendah adalah 101 mg/dl dan
yang paling tinggi adalah 190 mg/dl.
3. Perbedaan Rata-rata Selisih Kadar Gula Darah Sewaktu dan Kolesterol Total
Sebelum dan Sesudah Perlakuan
609

Tabel 11. Rata-rata Selisih Kadar Gula Darah Sewaktu dan Kolesterol Total Sebelum
dan Sesudah Perlakuan
Variabel Rata-rata Selisih
Gula Darah 54,979 mg/dl
Kolesterol Total 5,809 mg/dl

Dari hasil pemeriksaan kadar gula darah sewaktu sebelum dan sesudah perlakuan,
didapati bahawa rata-rata selisih kadar gula darah sewaktu sebelum dan sesudah
pemberian air rebusan jahe berjumlah 54,979 mg/dl sedangkan rata-rata selisih kadar
kolesterol total sebelum dan sesudah pemberian air rebusan jahe merah adalah 5,809
mg/dl.
4. Perbedaan Pemberian Air Rebusan Jahe Merah Terhadap Perubahan Kadar
Gula Darah Sewaktu
Tabel 12. Hasil Uji Statistik Pada Perubahan Kadar Gula Darah
Kadar Gula Darah
n Mean SD Minimum Maximum p value
Sewaktu
Sebelum 46 278,68 57,015 201 112
<0,001
Sesudah 46 223,70 46,932 456 313
*Uji t berpasangan
Berdasarkan hasil pengambilan data pada responden diperoleh rata-rata kadar gula
darah sewaktu pada saat pre test adalah 278,68 mg/dl dan pada saat post test rata-rata
kadar gula darah sewaktu adalah 223,70 mg/dl dengan rata-rata penurunan kadar gula
darah sewaktu adalah sebanyak 54,979 mg/dl. Hasil uji statistik menggunakan uji t
berpasangan menandakan terdapat perbedaan yang signifikan dengan hasil p < 0,001
(p < 0,05) dari pemberian air rebusan jahe merah terhadap perubahan kadar gula darah
sewaktu yang artinya H0 ditolak dan H1 diterima yaitu terdapat perbedaan pemberiran
air rebusan jahe merah terhadap penurunan kadar gula darah pasien diabetes melitus
tipe II.
5. Perbedaan Pemberian Air Rebusan Jahe Merah Terhadap Perubahan Kadar
Kolesterol Total
Tabel 13. Hasil Uji Statistik Pada Perubahan Kadar Kolesterol Total
Kadar
n Mean SD Minimum Maximum p value
Kolesterol Total
Sebelum 46 137,62 22,801 104 199
<0,001
Sesudah 46 131,81 21,754 101 190
*Uji t berpasangan
Selain itu pada responden yang sama diperoleh rata-rata kadar kolesterol total pre test
adalh 137,62 mg/dl dan pada saat post test rata-rata kadar kolsterol total adalah 131,81
mg/dl dengan rata-rata perubahan kadar kolesterol total adalah sebanyak 5,809 mg/dl.
Hasil uji statistik menggunakan uji t berpasangan menandakan terdapat perbedaan
610

yang signifikan dengan hasil p < 0,001 (p < 0,05) dari pemberian air rebusan jahe
merah terhadap perubahan kadar kolesterol total yang artinya H0 ditolak dan H1
diterima yaitu terdapat perbedaan pemberian air rebusan jahe merah terhadap
penurunan kadar kolesterol total pasien diabetes melitus tipe II.

PEMBAHASAN
1. Perbedaan Pemberian Air Rebusan Jahe Merah terhadap Kadar Gula Darah Sewaktu
Pasien Diabetes Melitus Tipe II
Dalam penelitian ini, seluruh responden yang berjumlah 46 orang memiliki kadar
gula darah sewaktu dengan kategori tinggi pada saat sebelum pemberian air rebusan jahe
merah. Namun setelah pemberian air rebusan jahe merah sebanyak 250 ml per hari selama
21 hari terdapat 12 responden yang kadar gula darah sewaktunya berubah dari kategori
tinggi menjadi kategori normal, sedangkan 34 responden lainnya masih dalam kategori
tinggi namun kadar gula darah sewaktunya mengalami perubahan.
Hasil uji statistik menggunakan uji t berpasangan menunjukan nilai p value < 0,001
(p < 0,05) yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan dari pemberian air rebusan jahe
merah terhadap perubahan kadar gula darah pasien DM tiper II di wilayah kerja
Puskesmas Tuminting. Hal ini menandakan bahwa jahe merah berpengaruh terhadap
perubahan kadar gula darah sewaktu khususnya pada pasien diabetes melitus. Hal ini
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Arman dkk (2016) yang menyataka bahwa
terdapat pengaruh pemberian serbuk jahe merah terhadap kadar gula darah puasa pada
pasien DM tipe II.
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Wicaksono (2015), yang menyatakan
bahwa kandungan fenol dalam ekstrak jahe merah memiliki sifat antioksidan dan anti
inflamasi yang akan mengurangi radikal bebas dan proses inflamasi pada pankreas yang
disebabkan oleh induksi aloksan, dan oleh karena itu, ekstrak jahe merah meiliki
kemampuan dalam menurunkan kadar gula darh pada pasien diabetes melitus.
Berdasarkan hasil uji t berpasangan rerata penurunan kadar gula darah berjumlah 54,979
mg/dl. Hal ini membuktikan bahwa jahe merah dapat menurunkan kadar gula darah secara
signifikan jika digunakan sesuai dosis dan anjuran. Berdasarkan penelitian Mahluji dkk
(2013), bahwa suplementasi jahe terhadap pasien diabetes melitus tipe II dapat
meningkatkan sensitivitas insulin yang menjadi faktor kronis dalam komplikasi Diabetes
Melitus tipe II. Jadi berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kandungan dalam
jahe bisa mempengaruhi kadar gula darah pasien diabetes melitus namun tidak dalam
611

waktu yang lama atau berkepenjangan. Hal ini sejalan dengan penelitian menurut Mahluji
dkk, suplementasi jahe tidak mempengaruhi secara signifikan kadar gula darah puasa dan
HbA1c. Untuk mengetahui berapa lama waktu kandungan dalam jahe mempengaruhi
kadar gula darah sewaktu pasien diabetes melitus harus dilakukan penelitian lebih lanjut.
Komponen dalam jahe yang dapat mempengaruhi kadar gula darah adalah gingerol.
Hal ini disebabkan oleh gingerol yang terdapat dalam ekstrak jahe mampu meningkatkan
penyerapan glukosa ke otot tanpa adanya ketergantungan pada insulin. Sehingga jahe
dapat membantu mengontrol kadar gula darah pasien diabetes melitus (Li dkk, 2012).
Namun, gingerol memiliki sifat secara kimiawi tidak stabil pada suhu yang tinggi dan
dapat berubah menjadi shogaol (Mishra, 2009).
Jahe juga memiliki efek samping yang jika tidak diperhatikan dapat berakibat
buruk. Salah satunya adalah perut akan kembung, dan terdapat masalah di sistem
pencernan jika jahe dikonsumsi oleh seseorang yang memiliki masalah di pencernaan
khususnya jika dikonsumsi secara utuh. Selain itu, resiko pendarahan saluran cerna juga
bisa muncul walaupun jarang terjadi. Resiko pendarahan bisa terjadi apabila terdapat
kebiasaan buruk seperti mengkonsumsi alkohol dan merokok. Jahe juga tidak dianjurkan
untuk dikonsumsi bersamaan dengan herbal atau obat-obatan.
2. Perbedaan Pemberian Air Rebusan Jahe Merah terhadap Perubahan Kadar Kolesterol
Total Pasien Diabetes Melitus Tipe II
Dalam penelitian ini, seluruh responden dengan jumlah 46 orang memiliki kadar
kolesterol total dengan kategori normal baik itu sebelum pemberian air rebusan jahe merah
maupun sesudah pemberian air rebusan jahe merah. Walaupun tetap dalam kategori
normal namun hasil uji t berpasangan menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan dari pemberian air rebusan jahe merah selama 21 hari sebanyak 250 ml per hari
terhadap kadar kolesterol total pasien diabetes melitus tipe II dengan nilai p value < 0,001
(p < 0,05).
Berdasarkan penelitian Muntafiah dkk (2017), pemberian kombinasi ekstrak jahe
dan madu pada tikus DM dapat menurunkan kadar kolesterol total. Selain itu Navaei dkk
(2008) membuktikan bahwa terdapat penurunan yang signifikan kadar trigliserida dan
kadar kolesterol total setelah pemberian ekstrak jahe. Rerata penurunan kadar kolesterol
total berjumlah 5,809 mg/dl. Hal ini menyatakan bahwa walaupun dalam jumlah yang
sedikit terdapat perubahan kadar kolesterol total yang signifikan pada pasien DM tipe II
yang diberi air rebusan jahe merah. Hal ini didukung oleh penelitian Sari (2014) yang
menyatakan bahwa terdapat penurunan kadar kolesterol total sebanyak 8,64% pada wanita
612

yang memiliki kadar kolesterol total 200-249 mg/dl. Penurunan kadar kolesterol total ini
dipengaruhi oleh kadungan dalam jahe yaitu senyawa flavonoid dan polifenol yang meiliki
efek hipokolesterol dan penekanan aktivitas enzim HMG-KoA yang berperan dalam
sintesis kolesterol (Stailova dkk, 2007). Aktivitas hipolipidemik pada polifenol disebabkan
oleh karena penghambatan penyerapan kolesterol di usus atau produksi oleh hati atau
peningkatan ekskresi kolesterol melalui asam empedu dan ekskresi kolesterol melalui
feses (Bursil, 2006). Jahe menurunkan kadar kolesterol total dengan cara meningkatkan
ativitas enzim hidroksilase yang berperan dalam biosintesis asam empedu yang
menyebabkan ekskresi kolesterol dalam tubuh (Srinivasan, 1991).
Kelemahan Penelitian
1. Tidak ada waktu tetap untuk pemberian air rebusan jahe merah.
2. Tidak ada pengukuran kadar gula darah sewaktu dan kolesterol total pada saat
intervensi masih dilakukan.
3. Tidak adanya pengendalian konsumsi jahe diluar yang diberikan peneliti.
4. Tidak dilakukan recall untuk mengendalikan pola makan responden
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Rata-rata kadar gula darah pasien diabetes melitus tipe II sebelum pemberian air
rebusan jahe merah adalah 278,68 mg/dl dan rata-rata kadar gula darah pasien diabetes
melitus tipe II sesudah pemberian air rebusan jahe merah adalah 223,70 mg/dl.
2. Rata-rata kadar kolesterol total pasien diabetes melitus tipe II sebelum pemberian air
rebusan jahe merah adlah 137,62 mg/dl dan rata-rata kadar kolesterol total pasien
diabetes melitus tipe II sesudah pemberian air rebusan jahe merah adalah 131,81 mg/dl.
3. Terdapat perbedaan kadar gula darah pasien diabetes melitus tipe II sebelum dan
sesudah pemberian air rebusan jahe merah adalah 54,979 mg/dl. Serta terdapat
perbedaan yang signifikan pemberian air rebusan jahe merah terhadap kadar gula darah
pasien diabetes melitus tipe II dengan nilai p value <0,001.
4. Terdapat perbedaan kadar kolesterol total pasien diabetes melitus tipe II sebelum dan
sesudah pemberian air rebusan jahe merah adalah 5,809 mg/dl. Serta terdapat
perbedaan yang signifikan antara pemberian air rebusan jahe merah terhadap
penurunan kadar kolesterol total pasien diabetes melitus tipe II dengan nilai p value
<0,001.
613

B. Saran
1. Air rebusan jahe sangat berpengaruh terhadap penurunan kadar gula darah sementara
dan kolesterol total pada penderita Diabetes Melitus Tipe II jadi sebaiknya perlu
diadakan sosialisasi tentang manfaatnya, sehingga dapat menambah pengetahuan
mereka dalam menurunkan atau mempertahankan kadar gula darah dan kolesterol
total mereka.
2. Penelitian ini dapat digunakan institusi terkait untuk bahan pengajaran dan dapat
digunakan institusi terkait dalam pengembangan modifikasi diet untuk pasien
diabetes melitus tipe II.
3. Perlu adanya penelitian selanjutnya yang lebih mendalam.

DAFTAR PUSTAKA
Agbabiaka, L. A & Kuforiji, O. A. (2016). Comparative Studies on the Nutrients, Sensory
and Storage Qualities of Moon-Fish (Citharinus citharus Geoffery Saint-Hilaire 1809)
Pre-Treated with Extracts from Two Spices. Journal of Aquaculture Research and
Development. 07 (02).
Ahmed, R.& Sharma, S. (1997). Biochemical studies on combined effect of garlic (Allium
sativum Linn) and ginger (Zingiber officinale Rosc) in albino rats. Indian Journal of
experimental biology. 35 : 841-843.
Ali, B. H., Blunden, G. Tanira, M. O. & Nemmar, A. (2008). Some phytochemical,
pharmacological and toxicological properties of ginger (Zingober officinale Roscoe):
A review of recent research. Food and Chemical Toxicology. 46 : 409-420.
Arman E, Almasdy D, Martin RD. (2016). Pengaruh Pemberian Serbuk Kering Jahe Merah
Terhadap Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. Artikel Penelitian. Prodi Kebidanan
STIKES Syedza Saintika Padang Sumatera Barat dan Fakultas Farmasi Universitas
Andalas Sumatera Barat.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kemenkes R.I, Riset Kesehatan Dasar. 2013.
Denyer, C.V. Jackson, P. Loakes, D.M. Ellis, M.R. & Yound, D.A.B. (1994). Isolation of
antirhinoviral sesquiterpenes from ginger (zingiber officinale). Jurnal Nat Producs.
57 : 658-662
Freeman, M. W & Junge, C. (2008). Kolesterol Rendah Jantung Sehat. Bhuana Ilmu Populer,
Jakarta
Hernani & Hayani, E. (2001). Identification of chemical components on red ginger (Zingiber
officinale var Rubrum) by GC-MS. Proc. International Seminar on natural products
chemistry and utilization of natural resurces. UI-Unesco, Jakarta : 501-505.
Hernani dan Winarti C. (2015). Kandungan Bahan Aktif Jahe dan Pemanfaatannya Dalam
Bidang Kesehatan. Artikel Penelitian. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Pascapanen Pertanian Bogor.
Heryana A. (2012). Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe-2. Artikel Penelitian
Infodatin Diabetes (2015). Pusdatin. www.pusdatin.kemenkes.go.id. Diakses tanggal 9 Maret
2016
Jelantik I & Haryati E. (2014). Hubungan Faktor Risiko, Umur, Jenis Kelamin, Kegemukan
dan Hipertensi Dengan Kejadian Diabetes Mellitus Tipe II Di Wilayah Kerja
Puskesmas Mataram. Jurnal Media Bina Ilmiah. 8 (1)
614

Kurniadi, H. & Nurrahmani, U. (2014). Stop Diabetes Hipertensi Kolesteropl Tinggi Jantung
Koroner. Istana Media, Yogyakarta.
Li Yiming et al. (2012) Gingerols of Zingiber officinale Enhance Glucose Uotake by
Increasing Cell Surface GLUT4 in Cultures L6 Myotubes. https://www.thieme-
connect.de/products/ejournals/abstract/10.1055/s-0032-1315041/. Diakses 20 Juli
2017.
Lingga, L. (2012). Bebas Diabetes Tipe-2 Tanpa Obat. AgroMedia Pustaka, Jakarta.
Mahluji S, Attari VE, Mobasseri M, Payahoo L, Ostardrahimi A. (2013). Effect of Ginger
(Zingiber officinale) on plasma glucose level, HbA1c and Insulin Sensitivity in Type
2 Diabetic Patients. International Journal of Food Scineces and Nutrition. Early
Online : 1-5
Mishra, P. (2009). Isolation, spectroscopic characterization and molecular modeling studies
of mixture of Curcuma longa, ginger, and seeds of fenugreek. International Journal
of PharmTech Research. 1 : 79-95.
Muntafiah A, Yulianti D, Cahyaningtyas AH, Damayanti HI. (2017). Pengaruh Ekstrak Jahe
Merah (Zingiber officinale) dan Madu Terhadap Kadar Koletserol Total Tikus Model
Diabetes Melitus. Scripta Biologica. 4(1) :1-3
Mustafa, T & Srivastava, K.C. (1990). Ginger (Zingiber officinale) in migraine headache.
Journal Ethnopharmacol.29 : 267-273.
Navaei RA, Roozbeh F, Sarawi M, Pouramir M, Jalali F, Moghadamnia AA.
(2008).Investigation of the Effect of Ginger on The Lipid Levels. Saudi Med Journal.
29 (9) :1280-1284
PERKENI (2011). Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia.
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia
Rachmawati, Eka, Rina. (2014). Pengaruh Pemberian Susu Kedelai Dan Jahe Terhadap
Glukosa Darah Puasa Pada Wanita Prediabetes. Artikel Penelitian. Program Sarjana
Universitas Diponegoro, Semarang.
Sari PR. (2014). Pengaruh Pemberian Jahe Merah (Zingiber officinale var Rubrum)
Terhadap Kadar Kolesterol Total Wanita Dislipidemia. Artikel Penelitian. Program
Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Unversitas Diponegro Semarang
Sari, Resti, Puspita. (2014). Pengaruh Pemberian Jahe Merah (Zingiber officinale var
Rubrum) Terhadap Kadar Kolesterol Total Wanita Dislipidemia. Artikel Penelitian.
Program Sarjana Universitas Diponegoro, Semarang.
Satilova I, Krastanov A, Stoyanova A. (2008). Some Phtytochemical, Pharmalogical and
Toxicological Properties of Giner (Zingiber Officinale Roscoe) : A Review of Recent
Research. Food and Chemical Toxicology. 46 :409-420
Sekiya, K. Ohtani, A. & Kusano, S. (2004). Enchancement of insulin sensitivity in adipocytes
by ginger. Biofactors. 22(104) : 153-156.
Setyaji NI, Agustina D, Wardhani ISN. (2016). Efek Kandungan Jahe Dalam Menurunkan
Kadar Glukosa Darah. Jurnal Keperawatan Madiun. 3 (1) :52-58
Suastika K, Dwipayna P, Budhiarta AA, Syarebfara DN, Aryana IGPS, Saraswati IMR,
Gotera W. (2004). Epidemiology Study Of Metabolic Syndrome in Rural Population
in Bali. International Journal of Obesity. 28 :s55
Sutedjo, AY. (2006). Buku Saku Mengenal Penyakit Melalui Pemeriksaan Laboratotrium.
Tandra, H. (2015). Diabetes Bisa Sembuh. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Ujani, S. (2015). Hubungan Antara Usia dan Jenis Kelamin Dengan Kadar Kolesterol
Penderita Obesitas RSUD Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Jurnal Kesehatan.
6(1) :43-48
615

Wicaksono AP. (2015). Pengaruh Pemberian Ekstrak Jahe Merah (Zingiber Officinale)
Terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa dan Postpandrial pada Tikus Diabetes. Jurnal
Majority. 4 (7) : 97
Wicaksono, Andrian, Prasetya. (2015). Pengaruh Pemberian Ekstrak Jahe Merah (Zingiber
Officinale) Terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa dan Postprandial pada Tikus
Diabetes. Jurnal Majority. 4 (7.:98-100).
World Health Organization (2000). Data Statistik Jumlah Penderita Diabetes di Dunia versi
WHO. indodiabetes.com. diakses tanggal 17 Mei 2016.
Yanita B & Kurniawaty E. (2016). Faktor-fakor yang Berhubungan dengan Kejadian
Diabetes Melitus Tipe II. Jurnal Majority. 5(2) : 29

Das könnte Ihnen auch gefallen