Sie sind auf Seite 1von 11

ASPEK MORALITAS DAN NILAI BUDAYA CERITA RAKYAT ASAL

MULA NAMA NAGARI MINANGKABAU DARI SUMATERA BARAT

Atika Fitriah Sari


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sriwijaya
Pos-el: atikafs01@gmail.com

Abstrak
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan aspek moralitas dan
nilai budaya cerita rakyat asal mula nama nagari Minangkabau dari Sumatera
Barat. Aspek moralitas menurut pendapat para ahli Zubair, Kohberg, dan
Simanjuntak terdiri dari: (1)keinginan untuk bertanggung jawab, (2)keinginan
untuk mendapatkan keadilan, (3)keinginan untuk mengikuti peraturan dan,
(4)keinginan untuk menyelesaikan tugas. Nilai budaya menurut Koentjaraningrat
yaitu terdiri dari sistem religi dan keagamaan, sistem organisasi kemasyarakatan,
sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian hidup, dan sistem
teknologi. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif kualiitatif.
Data pada penelitian ini yaitu kutipan aspek moralitas dan nilai budaya dari cerita
rakyat asal mula nama nagari Minangkabau dari Sumatera Barat. Sumber data
pada penelitian ini terbagi menjadi dua bagian yaitu data primer berupa cerita
rakyat asal mula nama nagari Minangkabau dan data sekunder yang berasal dari
buku-buku yang mendukung penelitian ini. Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan antropologi sastra. Teknik pengumpulan data
pada penelitian ini yaitu peneliti menggunakan metode studi Pustaka, teknik
simak, dan teknik catat. Hasil pada penellitian ini dapat disimpulkan aspek
moralitas dan nilai budaya pada cerita rakyat asal mula nama nagari
Minangkabau dari Sumatera Barat masing-masing memiliki 3 data.

Kata kunci: moralitas, nilai budaya, cerita rakyat asal mula nama nagari
Minangkabau

PENDAHULUAN
Kekayaan yang dimiliki bangsa Indonesia tidak hanya berupa kekayaan
sumber daya alam, tetapi bangsa Indonesia juga memiliki kekayaan lain, seperti
kekayaan budaya nasional Indonesia yang tersebar di seluruh nusantara. Sastra
daerah merupakan aset budaya yang harus dijaga dan dikembangkan. Sebab,
sastra daerah adalah catatan cita rasa dan prakarsa masyarakatnya. Upaya
pembinaan dan pengembangan budaya daerah tidak lepas dari upaya menggali
sumber daya budaya daerah. Untuk memberikan ciri khas daerah dan terus
diwariskan secara turun-temurun, maka perlu diperhatikan dalam
penyelenggaraan otonomi daerah.
Upaya eksplorasi budaya daerah membutuhkan data dan informasi yang
lengkap guna mewujudkan keberagaman daerah dalam pembangunan daerah.
Salah satu sumber informasi budaya daerah yang terpenting adalah sastra daerah
yang masih eksis dalam bentuk lisan dan berakar di masyarakat. Sastra lisan
merupakan salah satu jenis arsip budaya yang mendistorsi berbagai data dan
informasi tentang kebudayaan daerah, karena mengandung berbagai ilmu, doktrin,
dan adat istiadat yang mengandung nilai luhur yang banyak pendukungnya.
Sastra daerah merupakan warisan bangsa Indonesia yang memuat tentang
sosial budaya, agama, suku, nilai moral, dan norma perilaku hidup kita. Dengan
perkembangan zaman yang kompetitif, perkembangan ilmu pengetahuan, dan
teknologi modern, maka akan berdampak pula pada transformasi nilai moral, nilai
budaya, dan tatanan sosial. Jika ancaman ini tidak segera diatasi, literatur pada
akhirnya akan punah. Namun dalam literatur lisan kuno, mutiara kehidupan tetap
terpelihara, yang sangat berharga untuk diwariskan dan diwariskan kepada
generasi penerus.
Moralitas adalah perasaan benar atau salah. Hal ini berkaitan erat dengan
etika yaitu perasaan baik tidaknya suatu perbuatan. Secara umum, moral mengacu
pada ajaran baik dan buruk yang diterima secara umum mengenai tindakan, sikap,
kewajiban, dan sebagainya (moral dan sopan santun). Biasanya pandangan baik
dan buruk tersebut dipengaruhi oleh cara hidup suatu etnis, suku atau bangsa.
Moralitas bangsa telah mengendur, apa yang tadinya dianggap tabu kini menjadi
biasa-biasa saja. Cara berpakaian, berinteraksi dengan lawan jenis, menikmati
hiburan di tempat-tempat khusus dan narkoba sudah menjadi trend di dunia
modern yang sulit teratasi akibat globalisasi. Hal inilah yang menyebabkan
kemerosotan moral dan hilangnya kreativitas dan produktivitas bangsa. Ketika
karakter suatu bangsa sedang rapuh, semangat berkreasi dan berinovasi dalam
persaingan yang ketat mengendur, maka semua ini pada akhirnya akan mencabik-
cabik dan menenggelamkan karakter bangsa (Majid dalam Broto, 2009). Oleh
karena itu, aspek moralitas dan nilai budaya berperan penting dalam masyarakat
untuk memiliki moral yang baik akan sopan santun, serta menjaga adat istiadat
yang hampir dilupakan.
Karya sastra adalah ungkapan gagasan yang diungkapkan oleh pengarang
dalam karya. Karya sastra ada di masyarakat dan dianggap sebagai salah satu
realitas sosial dan budaya. Realitas sosial budaya tersebut merupakan identitas
suatu bangsa. Salah satu karya sastra yaitu cerita rakyat. Kosasih (dalam Broto,
2009) cerita rakyat adalah cerita yang hidup dan berkembang di masyarakat.
Cerita rakyat berkembang dari generasi ke generasi dan diwariskan secara lisan.
Oleh karena itu, cerita rakyat sering disebut sebagai sastra lisan. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (2008:210) cerita rakyat adalah sejarah kuno di kalangan
masyarakat dan telah diwariskan.
Cerita rakyat diklasifikasikan sebagai sastra tradisional. Seperti yang
dikatakan Nurgiyantoro (dalam Febrianti, 2018) sastra tradisional mencakup
berbagai jenis, seperti mitos, legenda, fabel, dongeng, lagu daerah, dan lain-lain.
Cerita rakyat menjadi bagian dari budaya milik masyarakat dan mencatat identitas
etnis daerah masing-masing. Cerita rakyat memiliki nilai budaya yang tinggi dan
perlu diwariskan kepada generasi penerus. Seperti yang ada di Provinsi Sumatera
Barat.
Sumatera Barat memiliki banyak adat istiadat dari negerinya, misalnya
saja pada adat yang berada di suku Minangkabau. Minangkabau merupakan suku
Sumatera Barat yang menganut adat budaya dan norma yang sangat kuat. Orang
Minangkabau sangat dikenal dengan bidang perniagaan dan bahasanya yang unik.
Minangkabau merupakan pewaris tradisi lama di kerajaan melayu dari Sriwijaya
yang gemar berdagang. Minangkabau juga sering disebut dengan orang minang.
Masyarakat minang kebanyakan memeluk agama Islam, jika ada yang keluar dari
agama islam (murtad) maka yang bersangkutan secara langsung dianggap keluar
dari masyarakat minang (dibuang sepanjang adat). Sistem adat Minagkabau ada
dua yaitu adat Koto Piliang dan adat Bodi Caniago yang dicetuskan oleh Datuk
Ketumanggungan dan Datuk Perpatih Nan Sebatang. Masyarakat Minangkabau
memiliki tiga pilar yang bertujuan membangun dan menjaga keutuhan budaya
adat istiadat. Ketiga pilar itu yaitu semua urusan masyarakat dimusyawarahkan
oleh ketiga unsur tersebut. Maka pada penelitian ini meneliti mengenai cerita
rakyat asal mula nama nagari Minangkabau.
Penelitian yang serupa pernah dilakukan oleh penelitian lain. Penelitian
yang dilakukan oleh Nur Cahyo Wahyu Broto yang berjudul Aspek Moralitas dan
Nilai Budaya Cerita Bersambung “Janggrung” Karya Sri Sugiyanto (Suatu
Tinjauan Kritik Sastra Ekspresif). Persamaan penelitian ini dengan peneliti
lakukan ialah sama-sama meneliti mengenai aspek moralitas dan nilai budaya.
Perbedaan penelitian ini dengan peneliti lakukan ialah objek yang diteliti
penelitian ini mengenai cerita bersambung dan menggunakan pendekatan kritik
sastra, sedangkan objek dan pendekatan yang digunakan peneliti ialah cerita
rakyat dan pendekatan antropologi sastra. Hasil penelitian berupa unsur-unsur
pembangun seperti tema, alur, dan lain-lain, serta megungkapkan nilai moral dan
budaya. Penelitian lain yang serupa juga dilakukan oleh Emi yang berjudul Nilai
Moral dan Nilai Budaya dalam Novel Kelopak Cinta Kelabu Karya Suhairi
Rachmad dan Implikasinya dalam Pembelajaran Apresiasi Sastra di SMP.
Persamaan penelitian ini dengan peneliti ialah sama-sama meneliti mengenai nilai
moral dan nilai budaya. Perbedaannya terletak pada objek yang diteliti, penelitian
ini menggunakan novel sedangkan peneliti menggunakan cerita rakyat. Hasil
penelitian ini ialah memiliki 5 nilai moral dan 5 nilai budaya.
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah pada penelitian ini
yaitu bagaimana aspek moralitas dan nilai budaya dalam cerita rakyat asal mula
nama nagari Minangkabau dari Sumatera Barat. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mendeskripsikan aspek moralitas dan nilai budaya dalam cerita rakyat asal
mula nama nagari Minangkabau dari Sumatera Barat. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat dalam pengetahuan aspek moralitas dan nilai budaya
yang berperan dalam membentuk karakter seseorang menjadi lebih baik terutama
pada sikap sopan santun, serta selalu menjaga dan menghormati budaya adat
istiadat yang ada di Indonesia.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, artinya peneliti
hanya mendeskripsikan fenomena yang ada atau penelitian dilakukan dengan cara
meringkas dan menganalisis data, serta menyusun hasil penelitian secara umum.
Data dalam penelitian ini yaitu berupa kutipan aspek moralitas dan nilai budaya
dari cerita rakyat asal mula nama nagari Minangkabau. Sumber data penelitian
ini terbagi menjadi dua bagian yaitu data primer berupa cerita rakyat asal mula
nama nagari Minangkabau dan data sekunder yang berasal dari buku-buku yang
mendukung penelitian ini. Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah
pendekatan antropologi sastra.
Menurut Ratna (2015:252) pendekatan antropologi sastra adalah
pendekatan interdisiplin yang paling baru dalam ilmu sastra. Isi penelitian
antropologi sastra adalah sikap dan perilaku manusia yang bersumber dari fakta
sastra dan budaya. Antropologi adalah studi tentang manusia (anthropos) dan
manusia berarti sikap serta perilaku mereka. Menurut Haviland (dalam Ratna,
2015) antropologi adalah ilmu yang mempelajari manusia yang bertujuan untuk
merumuskan generalisasi (kesimpulan) yang berguna bagi manusia untuk
memandu perilaku masyarakat dan memahami keanekaragaman budaya.
Pandangan ini masih tergolong pandangan klasik. Oleh karena itu, peneliti
memilih pendekatan antropologi sastra pada penelitian ini, karena pada penelitian
ini lebih menekankan pada unsur kebudayaan yang ada di Minangkabau. Teknik
pengumpulan data pada penelitian ini yaitu peneliti menggunakan metode studi
pustaka, teknik simak, dan teknik catat.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Ringkasan Cerita Rakyat Asal Mula Nama Nagari Minangkabau
Dahulu, di Sumatera Barat, tersebutlah sebuah kerajaan bernama kerajaan
Pagaruyung. Kerajaan tersebut dipimpin oleh raja yang adil dan bijaksana.
Rakyatnya hidup aman, damai, dan tentram. Namun, ada kabar buruk bahwa
kerajaan Majapahit dari Pulau Jawa akan menyerang kerajaan mereka. Adanya
kabar buruk tersebut membuat ketentraman negeri itu terusik.
Raja tidak ingin adanya pertumpahan darah dalam perperangan tersebut.
Maka, raja, penasehat raja berunding dengan masyarakat lain untuk memecahkan
masalah tersebut. Penasehat raja mendapatkan masukan yaitu melakukan
pertandingan adu kerbau, agar tidak terjadinya pertumpahan darah dalam
perperangan tersebut.
Ketika pasukan Majapahit sampai di perbatasan, pasukan tersebut
disambut dengan baik oleh pasukkan Pagaruyung dengan memberi makanan.
Setelah pasukan Majapahit makan, mereka dipanggil raja untuk berunding
mengenai perperangan yang diganti dengan adu kerbau. Pasukan Majapahit pun
setuju.
Jika kerbau milik pasukan Pagaruyung kalah, maka kerajaan Pagaruyung
dinyatakan takluk. Tapi, jika kerbau milik pasukan Majapahit kalah, mereka akan
dibiarkan kembali ke Pulau Jawa dengan damai. Perperangan tersebut pun
dimenangkan oleh pasukan Pagarayung. Pasukan Majapahit pulang dengan damai.
Melihat kejadian itu, penonton dari pihak Pagaruyung pun bersorak-sorak
gembira dengan menyebut “Manang kabau…., Manang kabau….,”. Hal tersebut
menjadi pembicaraan dimana-mana, lama-lama kata “manang” berubah menjadi
kata “minang”. Sejak saat itu, tempat tersebut dinamanakn “Nagari
Minangkabau”. Sebagai upaya untuk mengenang peristiwa tersebut, penduduk
Pagaruyung merancang sebuah rumah rangkiang (loteng) yang atapnya
menyerupai bentuk tanduk kerbau.

Aspek Moralitas
Berdasarkan pendapat para ahli Zubair, Kohberg, dan Simanjuntak (dalam
Broto, 2009) aspek moralitas terdiri dari: (1) keinginan untuk bertanggung jawab,
(2) keinginan untuk mendapatkan keadilan, (3) keinginan untuk mengikuti
peraturan, (4) keinginan untuk menyelesaikan tugas. Berikut aspek moralitas
dalam
cerita rakyat asal mula nama nagari Minangkabau dari Sumatera Barat.
Data 1
Kerajaan itu dipimpin oleh seorang raja yang adil dan bijaksana. Rakyatnya
senantiasa hidup aman, damai, dan tentram.
Penjelasan:
Pada kutipan cerita rakyat asal mula nama nagari Minangkabau tersebut
memiliki aspek moralitas berupa keinginan untuk bertanggung jawab dan
mendapatkan keadilan. Pada kutipan tersebut mendeskripsikan raja yang adil dan
bijaksana terhadap rakyatnya. Keinginan bertanggung jawab dan keadilan berarti
sang raja sudah menentukan, memastikan, bahwa perbuatanya tersebut telah
sesuai dengan tuntutan kodratnya sebagai raja yang dibuktikan dengan kehidupan
rakyatnya yang aman, damai, dan tentram. Pesan moral yang terkandung dalam
kutipan cerita rakyat asal mula nama nagari Minangkabau dari Sumatera Barat
yaitu pemimpin yang baik akan membuat bawahannya menjadi baik pula, maka
sebaliknya pemimpin yang tidak baik akan membuat bawahannya menjadi tidak
baik pula. Maka lakukanlah semua hal dengan cara yang baik, agar semua
berjalan dengan baik pula.

Data 2
“Ampun peduka Raja. Untuk menghindari terjadinya pertumpahan darah,
alangkah baiknya jika musuh kita ajak berunding. Kita sambut mereka di
perbatasan kemudian berunding dengan mereka. Jika mereka adu kerbau,” ungkap
Penasehat Raja.
Penjelasan:
Pada kutipan cerita rakyat asal mula nama nagari Minangkabau tersebut
memiliki aspek moralitas berupa keinginan untuk menyelesaikan tugas. Terdapat
penyelesaian tugas berupa masalah yang sedang dihadapi dengan kerajaan lain
yang ingin menyerang istananya dengan cara berunding, karena raja tidak ingin
adanya pertumpahan darah. Pada kutipan tersebut terdapat pesan moral yang
terkandung dalam kutipan cerita rakyat asal mula nama nagari Minangkabau dari
Sumatera Barat yaitu penyelesaian sebuah masalah tidak harus selalu diakhiri
dengan kekerasan, karena masih banyak jalan lain yang dapat ditempuh salah
satunya dengan cara berunding.

Data 3
“Oh, begitu,” jawab sang raja sambil tersenyum, “Kami memahami tugas Tuan.
Tapi, bagaimana kalau peperangan ini kita ganti dengan adu kerbau. Tujuannya
adalah untuk menghindari pertumpahan darah di antara pasukan kita.”
Pemimpin pasukan Majapahit itu terdiam. Setelah berpikir sejenak,
akhirnya ia pun menyetujui usulan sang Raja.
“Baiklah, Paduka Raja. Kami menerima tawaran Paduka,” jawab pemimpin itu.
Akhirnya, kedua belah pihak bersepakat untuk beradu kerbau. Jika kerbau milik
sang Raja kalah, maka kerajaan Pagaruyung dinyatakan takluk. Tapi, jika kerbau
milik Majapahit kalah, mereka akan dibiarkan Kembali ke Pulau Jawa dengan
damai.
Penjelasan:
Pada kutipan cerita rakyat asal mula nama nagari Minangkabau tersebut
memiliki aspek moralitas berupa keinginan untuk mengikuti peraturan. Raja
membuat peraturan perperangan diganti dengan adu kerbau, agar tidak terjadi
pertumpahan darah. Pemimpin pasukan Majapahit pun menyetujui aturan tersebut
tanpa ada pertengkaran. Pada kutipan cerita rakyat asal mula nama nagari
Minangkabau dari Sumatera Barat tersebut memiliki pesan moral yaitu jika
peraturan yang dibuat menguntungkan semua pihak, maka jangan menolaknya,
karena penyelesaian masalah yang tidak merugikan orang merupakan tindakan
yang baik dan dapat ditiru oleh banyak orang. Pesan moral yang lain pada kutipan
tersebut ialah selesaikan masalah dengan pikiran yang tenang, dengan cara yang
baik, sehingga tidak menimbulkan perdebatan antara satu pihak dengan pihak
yang lain.

Nilai Budaya
Koentjaraningrat (dalam Tawaulu, 2017) nilai-nilai budaya yang
terkandung dalam bentuk-bentuk sastra adalah nilai budaya yang diangkat dari
unsur-unsur kebudayaan yang universal yang sekalian isi dari semua kebudayaan,
yaitu sistem religi dan keagamaan, sistem organisasi kemasyarakatan, sistem
pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian hidup, dan sistem
teknologi.

Data 1
Sang Raja segera memerintahkan kepada putri Datuk Tantejo Garhano untuk
menghiasi anak-anak gadisnya dan dayang-dayang istana yang cantik dengan
pakaian yang indah.
Penjelasan:
Pada kutipan cerita rakyat asal mula nama nagari Minangkabau tersebut
memiliki nilai budaya berupa bahasa. Pada kutipan cerita rakyat asal mula nama
nagari Minangkabau terdapat nilai budaya kata datuk yang digunakan adat
Minangkabau. Datuk dalam adat Minangkabau artinya kakek. Sumatera barat,
daerah Minangkabau memiliki ragam bahasa yang begitu unik seperti nama-nama
panggilan kepada orang, misal panggilan untuk orang tua; Panggilan Ibu terdiri
dari Mande, Bundo, Andeh, Amak, Biyai, dan Amai. Panggilan Ayah yaitu Apak.
Panggilan untuk Kakak-Adik; Uda (kakak laki-laki) dan Uni (kakak perempuan).
Panggilan untuk saudara kandung dari Ayah dan Ibu; Mak gadang (Mamak yang
tua), Mak Angah (Mamak yang tengah), Mak Etek (Mamak yang kecil/bungsu),
sama halnya dengan saudara Ayah yaitu Pak Gadang, Pak Angah, dan Pak Etek
atau Pak Uncu. Panggilan orang tua dari Ayah dan Ibu; panggilan nenek yaitu
anduang, enek dan inyiek. Panggilan kakek yaitu datuk.

Data 2
“Oh, begitu,” jawab sang Raja sambil tersenyum, “Kami memahami tugas Tuan.
Tapi, bagaimana kalau perperangan ini kita ganti dengan adu kerbau. Tujuannya
adalah untuk menghidari pertumpahan darah di antara pasukan kita.”
Penjelasan:
Pada kutipan cerita rakyat asal mula nama nagari Minangkabau tersebut
memiliki nilai budaya berupa kesenian. Pada kutipan cerita rakyat asal mula
nama nagari Minangkabau terdapat nilai budaya adu kerbau dalam adat
Minangkabau. Adu kerbau di Miangkabau merupakan tradisi turun-menurun
masyarakat Minangkabau, Sumatera Barat. Budaya warisan leluhur tersebut masih
dijaga dengan baik oleh masyarakat Minangkabau. Suku Minangkabau memiliki
keterkaitan erat dengan hewan ternak berkaki empat yang disebut kerbau. Hewan
kerbau menjadi salah satu hewan terfavorit di Provisi Sumatera Barat. Badan
kerbau yang besar dan kekar dianggap mampu membantu berbagai macam
pekerjaan manusia, seperti menggiling tebu. Hewan kerbau juga mengantarkan
kejayaan bagi masyarakat minang.

Data 3
Sebagai upaya untuk mengenang peristiwa tersebut, penduduk negeri Pagaruyung
merancang sebuah rumah rangkiang (loteng) yang atapnya menyerupai bentuk
tanduk kerbau. Konon, rumah itu dibangun di perbatasan, tempat pasukan
Majapahit dijamu oleh para wanita-wanita cantik Pagaruyung.
Penjelasan:
Pada kutipan cerita rakyat asal mula nama nagari Minangkabau tersebut
memiliki nilai budaya berupa sistem keorganisasian kemasyarakatan. Nilai budaya
sistem keorganisasian kemasyarakatan berupa identitas atau ikon adat tersebut.
Pada kutipan cerita rakyat asal mula nama nagari Minangkabau terdapat nilai
budaya dalam rumah adat Minangkabau. Rumah adat Minangkabau yang unik
terdiri dari atap rumah yang menyerupai seperti tanduk kerbau, sama halnya
dengan pakaian wanita adat Minang yaitu baju Tanduak Kabau. Rumah adat
Minangkabau juga sering disebut dengan Rumah Gadang. Rumah adat tersebut
menjadi simbol atau ikon bagi masyarakat Minangkabau. Hampir seluruh kantor
pemerintahan di Sumatera Barat memakai desain rumah gadang dengan atap
tanduk kerbaua. Ikon tersebut juga digunakan di bagian depan rumah makan
Padang.
SIMPULAN
Aspek Moralitas pada penelitian ini terdapat tiga data yang pertama, aspek
moralitas keinginan untuk bertanggung jawab dan mendapatkan keadilan; kedua,
aspek moralitas keinginan untuk mengikuti peraturan, dan; ketiga, keinginan
untuk menyelesaikan tugas. Nilai budaya pada penelitian ini terdapat 3 data yang
pertama, nilai budaya kata datuk yang digunakan adat Minangkabau; kedua, nilai
budaya adu kerbau dalam adat Minangkabau dan; ketiga, nilai budaya dalam
rumah adat Minangkabau.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2017. Asal Mula Nama Nagari Minangkabau. Dikutip:
https://histori.id/asal-mula-nama-nagari-minangkabau/ Diakses pada
tanggal 19 November 2020, pukul 15.23.
Broto, Nur Cahyo Wahyu. 2009. Aspek Moralitas dan Nilai Budaya Cerita
Bersambung “Janggrung” Karya Sri Sugiyanto (Suatu Tinjauan Kritik
Sastra Ekspresif). Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Choirudin, M dan Indah Ika Ratnawati. 2018. Nilai Budaya dalam Buku Cerita
Rakyat Paser dan Berau. Balikpapan: Universitas Balikpapan.
Dapartemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Emi. 2017. Nilai Moral dan Nilai Budaya dalam Novel Kelopak Cinta Kelabu
Karya Suhairi Rachmad dan Implikasinya dalam Pembelajaran Apresiasi
Sastra di SMP. Palembang: Universitas PGRI.
Febrianti, Binar Kurniasari. 2018. Nilai-Nilai Budaya dalam Cerita Rakyat
Kalimantan Barat Burung Arue dan Burung Talokot. Pontianak: Balai
Bahasa Kalimantan Barat.
Ratna, Nyoman Kutha. 2015. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tawaulu, Abdul Karim. 2017. Analisis Nilai Budaya Legenda Wae Susu Mujualu
di Negeri Tehua. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Das könnte Ihnen auch gefallen