Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Disusun oleh :
NAMA : YAFI BURHANUDDIN
NIM : C.411.17.0005
i
ii
iii
ABSTRAK
Petir adalah suatu bahaya dari peristiwa alamiah yang berupa peluahan
muatan listrik statis yang dibangkitkan oleh badai awan, bagian utama kilat petir
yang menimbulkan kerusakan adalah sambaran balik, bagian kilat yang berupa
muatan petir yang diluahkan ke bumi atau struktur bangunan. Besar arus yang
mengalir pada sambaran ini berkisar antara 2.000 sampai sekitar 200.000 A.
Mengingat adanya pembangunan bangunan baru seperti serambi depan dan 2 tower
masjid yang di bangun pada Masjid Al-Ahrom maka perlindungan terhadap
sambaran petir juga harus dirancang dengan maksimal karena menara yang akan
dibangun mencapai ketinggian 37 meter dan serambi masjid 27 meter, untuk
melindungi alat-alat elektronik yang terpasang dibangunan-bangunan tersebut.
Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah untuk menghitung kebutuhan area
proteksi petir pada Masjid Al-Ahrom, untuk mengetahui tingkat proteksi yang
dibutuhkan pada setiap bangunan, masjid Al-Ahrom dengan luas area 1412 𝑚2
dengan ketinggian menara 37 m membutuhkan sistem proteksi petir sesuai SNI 03-
7015-2004, menggunakan metode Rolling sphere tingkat IV, dengan 3 sistem
terminasi udara ditempatkan di tiga titik bangunan masjid yang menghasilkan sudut
lindung 22.54° pada bangunan menara, 36.86° pada bangunan utama,
menggunakan konduktor penurunan BCC 50 𝑚𝑚2 dengan counter, dan pada sistem
pentanahan menggunakan motode single rod, menggunakan rod dengan panjang 8
m dengan diameter 2.6 cm, dengan nilai tahanan tanah sebesar 0.16 Ω memenuhi
ketentuan PUIL 2011 yaitu tahanan pentanahan harus ≤ 5 Ω.
Kata kunci : penangkal petir, rolling sphere, single rod, sistem pentanahan,
sistem terminasi udara,
iv
ABSTRACT
Lightning is a hazard from natural events in the form of discharge of static
electricity generated by storm clouds, the main part of lightning lightning that
causes damage is a back strike, part of the lightning in the form of a lightning
charge that is released to the earth or building structure. The amount of current
that flows in this strike ranges from 2,000 to about 200,000 A. Given the
construction of new buildings such as the front porch and 2 mosque towers that
were built at the Al-Ahrom Mosque, protection against lightning strikes must also
be designed to the maximum because the tower to be built reaching a height of 37
meters and the porch of the mosque 27 meters, to protect the electronic devices
installed in these buildings.
The purpose of writing this final project is to calculate the need for a
lightning protection area at the Al-Ahrom Mosque, to determine the level of
protection needed for each building, the Al-Ahrom mosque with an area of 1412
𝑚2 with a tower height of 37 m requires a lightning protection system according
to SNI. 03-7015-2004, using the Rolling sphere level IV method, with 3 air
termination systems placed at three points of the mosque building which produces
a protection angle of 22.54° on the tower building, 36.86° on the main building,
using a BCC drop conductor 50 𝑚𝑚2 with a counter, and in the grounding system
using a single rod method, using a rod with a length of 8 m with a diameter of 2.6
cm, with a ground resistance value of 0.16 Ω. comply with the provisions of PUIL
2011 that is the detention detainee must be 5 Ω.
Keywords: lightning rod, rolling sphere, single rod, grounding system, air
termination system,
v
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala
penyusunan Tugas Akhir, Penulisan Tugas Akhir ini dimaksudkan guna memenuhi
salah satu syarat untuk menyelesaikan Jenjang Pendidikan Sarjana (S-1) Program
Dengan telah selesainya Laporan Tugas Akhir ini yang tidak terlepas dari
berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu
kepada :
2. Bapak Dr. Purwanto, S.T, M.T, sebagai Dekan Fakultas Teknik Universitas
Semarang.
3. Ibu Dr. Ari Endang Jayati, S.T, M.T, sebagai Ketua Jurusan Teknik Elektro
Universitas Semarang.
6. Ibu Titik Nurhayati, S.T, M.Eng, sebagai Dosen Pembimbing ke dua Teknik
7. Orang tua dan keluarga serta orang tercinta yang telah memberikan bantuan
vi
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis menyadari masih jauh dari kata
sempurna dan banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis menerima kritik dan
Semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat untuk semua pihak terutama
Penyusun
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................i
ABSTRAK .......................................................................................... iv
ABSTRACT .......................................................................................... v
DAFTAR TABEL.............................................................................xiii
viii
2.1.2 Macam-macam petir...................................................................................... 9
ix
3.4.3 Langkah penelitian dan perancangan sistem .............................................. 49
lindung). ............................................................................................................... 60
4.3.2 Gambar Hasil Metode Rolling Sphere, Sudut Proteksi dan Area Terproteksi
.............................................................................................................................. 72
5.2 Saran.................................................................................................................... 77
LAMPIRAN ....................................................................................... 79
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.2 Proses ionisasi petir dan jenis petir berdasarkan arah sambaran ......... 8
Gambar 4.6 Detail gambar Splitzer Terminasi Udara Bagian Kubah ................... 70
Gambar 4.7 Detail gambar Splitzer Terminasi Udara Bagian Menara ................. 70
xi
Gambar 4.8 Detail Gambar Sistem Pentanahan .................................................... 71
SketchUpPro ......................................................................................................... 73
Gambar 4.12 Area lindung tampak samping kanan dengan menggunakan aplikasi
SketchUpPro ......................................................................................................... 73
Gambar 4.13 Area lindung tampak samping kiri dengan menggunakan aplikasi
SketchUpPro ......................................................................................................... 74
SketchUpPro ......................................................................................................... 74
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Indeks A PUIPP Bahaya Berdasarkan Penggunaan dan isi bangunan.. 18
Tabel 2.8 Kaitan Parameter Arus Petir dengan Tingkat Proteksi ......................... 22
Tabel 2.10 Penempatan terminasi udara sesuai dengan tingkat proteksi .............. 31
Tabel 2.11 Dimensi minimum bahan SPP untuk penggunaan terminasi udara,
Tabel 4.5 Rincian biaya untuk pembuatan sistem proteksi petir .......................... 75
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
buah tower dan kubah yang berada di tengah dengan tinggi ± 37 meter dan 24
meter. Hari guruh di wilayah sekitar Kabupaten Demak seperti Kota Semarang
yang dikatakan sedang yaitu 148 hari/tahun, maka Masjid Al-Ahrom cukup
rentan akan sambaran petir. Oleh karena itu untuk menghindari dampak dari
Metode yang digunakan dalam penentuan proteksi petir adalah metode bola
metode single rod dan multiple rod. Dalam prakteknya, pemasangan grounding
untuk instalasi penangkal petir eksternal paling besar yaitu < 5 ohm sesuai
Sistem Proteksi Petir (SPP) bertujuan untuk melindungi bangunan dari sambaran
langsung petir maupun sambaran petir tidak langsung. Sistem proteksi terhadap
sambaran petir secara umum terbagi atas dua bagian, yaitu sistem proteksi internal dan
sistem proteksi eksternal. Sistem proteksi internal petir merupakan instalasi alat-alat
[12]
Badan standarisasi Nasional,´”Peraturan Umum Instalasi Listrik(PUIL 2011)”(Jakarta: Yayasan
PUIL, 2011),hal.36
1
2
dan elektronik dari bahaya gelombang petir dan radiasi elektromagnetik akibat
petir.[10]
Arus dari sambaran petir yang terjadi diamankan dengan cara menyalurkan
arus petir ke tanah dan dihilangkan arusnya dengan waktu yang singkat dengan
syarat penyaluran arus petir ini harus ditunjang dengan sistem isolasi dan
pentanahan yang baik. Jadi pada saat dilewati arus petir tidak terjadi kebocoran
1. Bagaimana menentukan area proteksi pada bangunan dan tower Masjid Al-
Ahrom?
[10]
RENDY TRIAS PRIBADI, Skripsi : Analisa dan perancangan daerah perlindungan penangkal petir pada
gedung islamic Center ( Riau : UIN Suska 2017) hal.1
3
Agar pembahasan Tugas Akhir ini tidak terlalu luas, maka akan dibatasi
rod.
1.5 Manfaat
sebagai berikut:
1. Terpasangnya sistem penangkal petir pada bangunan dan tower pada Masjid
Al-Ahrom.
1. Metode Observasi
2. Metode Interview
4
rekan senior dan pada orang yang sudah berpengalaman agar dapat saling
3. Metode Literatur
yang dibutuhkan bisa dari buku, jurnal, artikel dan pencarian informasi
melalui internet.
4. Metode Analisa
BAB I Pendahuluan
Pada bab ini berisi tentang gambaran umum alat dan bahan
BAB V Penutup
2.1 Petir
Petir adalah suatu bahaya dari peristiwa alamiah, yakni peluahan muatan
listrik statis yang dibangkitkan oleh badai awan, bagian utama kilat petir yang
menimbulkan kerusakan adalah sambaran balik, ini adalah bagian kilat, yang
berupa muatan petir yang diluahkan ke bumi atau struktur bangunan . Besar
arus yang mengalir pada sambaran ini berkisar antara 2.000 sampai sekitar
200.000 A.
Pada kebanyakan kilat ke tanah arus yang terjadi berbentuk muatan negatif
yang terdapat di dalam awan-guruh dan, oleh karena itu, arus atau sambaran
kilat merupakan aliran muatan negatif dari awan menuju ke tanah, sambaran
dari bagian awan positif juga terjadi dengan frekuensi yang lebih jarang.
Arus mengalir searah dan untuk kilat negatif, kuat arusnya meningkat
kurang dari 10 μdet (tetapi untuk kilat positif jauh lebih lama), beberapa kilat
terdiri dari dua atau lebih sambaran, yang karakteristik masing-masing sesuai
dengan karakteristik sambaran tunggal, akan tetapi dapat memiliki jarak waktu
50 mdet sampai 100 mdet.
Walaupun sambaran balik adalah pulsa sambaran petir yang paling penting,
proses yang terjadi sebelumnya perlu diketahui agar dapat dimengerti mengapa
struktur yang tinggi lebih rentan dibanding dengan yang rendah. Sambaran
petir mulai setahap demi setahap turun dari awan berupa sambaran pelopor
bergerak sekitar puluhan meter setiap waktu. Jika pada tahap akhir ujung
pelopor sudah cukup dekat dengan bumi, sambaran ke atas akan datang dari
bumi menyambut ujung dari pelopor arah ke bawah.
Awal dari sambaran ke atas ini tergantung pada besarnya kuat medan kritis
yang melampaui titik emisi bumi dan merupakan fungsi muatan yang tersisa
karena pelopor ke bawah dan ditambah dengan medan yang disebabkan bentuk
geometry bumi.
6
7
Sambaran ke atas akan lebih panjang untuk muatan yang lebih besar dan
karena itu kilat dengan arus yang besar akan lebih mudah muncul dari struktur
yang tinggi, karena memiliki medan tambahan yang lebih kuat.[9]
potensial antara awan dan bumi atau dengan awan lainya. Proses
lainya sehingga muatan negatif akan berkumpul pada salah satu sisi (atas
udara. Saat elektron mampu menembus ambang batas isolasi udara inilah
terjadi ledakan suara. Petir lebih sering terjadi pada musim hujan, karena
[9]
SNI 03-7015-2004, Sistem proteksi petir pada bangunan gedung, (2004), hal.94
[1]
DEHN + SOHN, Ligthing Protection Guid 3rd Updeted Edition (Neumarkt : DEHN,2014), hal.15
[11]
ZAINAL HAKIM, Jurnal : Perancangan Sistem Proteksi Petir Masjid Raya Mujahidin Menggunakan
Metode Bola Bergulir (Pontianak : Universitas Tanjungpura, 2013) hal.2
8
pada keadaan tersebut udara mengandung kadar air yang lebih tinggi
sehingga daya isolasinya turun dan pelapasan muatan akan lebih mudah
1. Proses Ionisasi
perubahan bentuk air mulai dari cair menjadi gas atau sebaliknya,
yang disebut petir. Proses ionisasi terjadinya petir lihat gambar berikut
Gambar 2.2 Proses ionisasi petir dan jenis petir berdasarkan arah sambaran
Sumber gambar : DEHN + SOHN, Ligthing Protection Guid 3rd Updeted Edition (2014:16&17)[1]
[1]
DEHN + SOHN, Ligthing Protection Guid 3rd Updeted Edition (Neumarkt : DEHN,2014), hal.16-17
9
penggaris ini akan mampu menarik potongan kertas. Ketika awan ini
muatan di awan begitu banyak dan tak pasti serta di tambah dengan
petir bisa juga berbeda-beda, misalkan muatan yang terjadi tidak terpisah
a. Muatan positif
[6]
SNI 03-7015-2004, Sistem proteksi petir pada bangunan gedung, (2004), hal.94
10
b. Muatan negatif
jantung. Hal itu memberikan efek rangsangan dan panas akibat arus
besar dimana muatan itu akan menyebar di dalam tanah dengan arah
radial. [3]
a. Tegangan sentuh
[3]
GILBERT FERNANDO LASUT, Skripsi: Perencanaan Sistem Penangkal Petir Pada Laboratorium Sistem
Tenaga dan Bengkel Jurusan ( Manado : Politeknik Negeri Manado, 2015), hal.10
11
c. Sambarang langsung
d. Side Flash
e. Tegangan langkah
perangkat elektrik atau elektronik, bahkan korban jiwa, maka dari itu
[3]
GILBERT FERNANDO LASUT, Skripsi: Perencanaan Sistem Penangkal Petir Pada Laboratorium Sistem
Tenaga dan Bengkel Jurusan ( Manado : Politeknik Negeri Manado, 2015), hal.10
12
bilamana ada petir yang menyambar pada kabel terbuka ini maka arus
Bahaya sambaran petir jenis ini hampir serupa dengan yang ke-2
yang koneksinya melalui jaringan telepon maka alat ini juga dapat
dari sistem proteksi petir atau instalasi penangkal petir, tentunya harus
sistem proteksi petir yang dapat melindungi semua bagian dari suatu
1. Efek listrik
bumi. Arus petir ini juga menimbulkan gradien tegangan yang tinggi
[9]
SNI 03-7015-2004, Sistem proteksi petir pada bangunan gedung, (2004), hal.94
14
tembus ini terjadi maka sebagian arus petir akan merambat melalui
bagian internal struktur logam seperti pipa besi dan kawat. Tegangan
tembus ini dapat menyebabkan resiko yang sangat berbahaya bagi isi
3. Efek termal
1 derajat celcius.
4. Efek mekanis
energi yang timbul akan meningkatkan sekitar ratusan kali dan energi
dilindungi.
dari proses pemuatan lain. Proses netralisasi muatan berakhir dan jalur
benda yang terisolir dari kontak langsung secara listrik dengan bumi,
dan pada bahan bukan konduktor seperti bahan yang mudah terbakar.
𝑁𝑑 = 𝑁𝑔×𝐴𝑒×10−6 ...........................................................................(2.1)
Keterangan :
𝑁𝑔 = 0.04 𝑇𝑑1.25................................................................................(2.2)
Keterangan :
Td : adalah jumlah hari guruh per tahun yang diperoleh dari peta
Keterangan :
[9]
SNI 03-7015-2004, Sistem proteksi petir pada bangunan gedung, (2004), hal.8-9
17
yang ada disekitarnya apabila jarak benda tersebut kurang dari 3 (ℎ+ℎ𝑠)
sehingga area cakupan ekivalen akan saling tumpang tindih. Dalam hal
ini, maka jika jarak benda < 3 (ℎ+ℎ𝑠) area cakupan ekivalen dikurangi
nilai 𝑥𝑠.
d+3(hs−h)
𝑥𝑠 = ................................................................................(2.4)
2
Keterangan :
Suatu instalasi penangkal petir harus dapat melindungi semua bagian dari
struktur bangunan dan area di sekitarnya. Berikut ini adalah cara menentukan
standar, diantaranya:
dikelompokkan menjadi:
[9]
SNI 03-7015-2004, Sistem proteksi petir pada bangunan gedung, (2004), hal.10
18
Nilai indeks pada persamaan tersebut dapat dilihat pada tabel yang
Indeks
Penggunaan dan isi
A
Bangunan biasa yang tidak perlu diamankan baik bangunan
-10
maupun isinya
[2]
DIREKTORAT PENYELIDIKAN MASALAH BANGUNAN, Peraturan Umum Instalasi Penyalur Petir
(PUIPP) untuk Bangunan di Indonesia. ( Bandung : Departemen Pekerjaan Umum., 2004), hal.17
19
6 0
12 2
17 3
20
25 4
35 5
50 6
70 7
100 8
140 9
200 10
2 0
4 1
8 2
16 3
32 4
64 5
128 6
21
256 7
Keterangan :
𝐸 : Effisiensi
[9]
SNI 03-7015-2004, Sistem proteksi petir pada bangunan gedung, (2004), hal.13
[5]
MAULA SUKMAWIDJAJA et al., Jurnal, Analisis perancangan sistem proteksi bangunan the bellagio residence
terhadap sambaran petir, vol. 12, (Jakarta : Universitas Trisakti, 2017), hal.78
22
Bila nilai E dari tabel di atas lebih besar atau sama dengan nilai E hasil
petir tidaklah dapat mencegah terjadinya sambaran petir, akan tetapi suatu
sistem proteksi petir yang dirancang dan dipasang sesuai standar aturan yang
ada memang tidak menjamin proteksi terhadap bangunan gedung, manusia atau
sesuai dengan standar akan mengurangi secara nyata resiko kerusakan yang
rupa sehingga semua bagian dari bangunan beserta isinya, atau benda-benda
yang dilindunginya terhindar dari bahaya sambaran petir baik secara langsung
maupun tidak langsung. Terdapat dua jenis sistem instalasi penangkal petir
yaitu sistem penangkal petir eksternal dan sistem penangkal petir internal.
perlindungan dari sambaran petir secara langsung. Saat muatan listrik negatif
di bagian bawah awan sudah tercukupi, maka muatan positif di tanah akan
tertarik.
[9]
SNI 03-7015-2004, Sistem proteksi petir pada bangunan gedung, (2004), hal.1
[2]
DIREKTORAT PENYELIDIKAN MASALAH BANGUNAN, Peraturan Umum Instalasi Penyalur Petir
(PUIPP) untuk Bangunan di Indonesia. ( Bandung : Departemen Pekerjaan Umum., 2004), hal.2
24
aliran listrik, yang kemudian aliran listrik itu akan mengalir ke dalam tanah
melalui kabel konduktor penangkal petir dengan demikian sambaran petir tidak
mengenai bangunan yang terpasang penangkal petir. Dan untuk sistem proteksi
bangunan melalui kawat jaringan listrik. Agar tidak terjadi kerusakan akibat
pada dasarnya memiliki prinsip kerja utama yang sama pada setiap sistem-
1. Menangkap petir
yang dapat menyambut sambaran petir lebih cepat dari area di sekelilingnya,
sambaran petir.
2. Menyalurkan petir
manusia.
3. Menampung petir
Arus petir yang dialirkan pada sistem pentanahan yang baik sehingga
Sistem proteksi eksternal terdiri dari 3 bagian yaitu sistem terminasi udara
(grounding).
Sistem terminasi udara merupakan salah satu bagian dari sistem proteksi
petir eksternal, yang berfungsi untuk mengetahui daerah proteksi petir dari
sambaran petir yang bisa merusak bangunan atau benda disekitarnya. Splitzer
bagian bangunan dan tidak ada area yang tidak terlindungi. Dalam
penempatannya splitzer diletakkan pada jarak 2-3 meter lebih tinggi dari
berbagai metode yaitu dengan metode sudut proteksi (Razevig), bola bergulir
[9]
SNI 03-7015-2004, Sistem proteksi petir pada bangunan gedung, (2004), hal.30
26
a. Metode sudut proteksi cocok untuk bangunan gedung atau bagian kecil
dari bangunan gedung yang lebih besar. Metode ini tidak cocok untuk
bangunan gedung yang lebih tinggi dari radius bola bergulir yang sesuai
c. Metode jala digunakan untuk keperluan umum dan khususnya cocok untuk
tidak dipergunakan untuk bangunan gedung yang lebih tinggi dari radius
[9]
SNI 03-7015-2004, Sistem proteksi petir pada bangunan gedung, (2004), hal.21
27
efisien dan optimal, yaitu Metode Bola Bergulir. Metode ini dapat
bentuk atapnya rumit. Dengan metode ini seolah-olah ada suatu bola
dengan radius (R) yang bergulir di atas tanah, sekeliling struktur dan di
atas struktur ke segala arah hingga bertemu dengan tanah atau struktur
penghantar. Titik sentuh bola bergulir pada struktur adalah titik yang dapat
disambar petir dan pada titik tersebut harus diproteksi oleh konduktor
terminasi udara. Semua petir yang berjarak (R) dari ujung penangkap petir
29
gedung.
Keterangan :
h : Tinggi bangunan
Dalam Metode Bola Bergulir harus mengetahui nilai arus puncak petir
(I). Besar nilai Radius Bola Bergulir (R) berhubungan dengan nilai arus
puncak petir (I). Nilai arus puncak petir dapat di lihat dari tabel berikut:
[9]
SNI 03-7015-2004, Sistem proteksi petir pada bangunan gedung, (2004), hal.21
30
2) Serambi atap
dari radius bola gulir yang relevan dengan tingkat proteksi yang
c. Dimensi jala pada jaringan terminasi udara tidak lebih dari harga
hingga arus petir akan slalu mengalir melalui dua lintasan logam
yang berbeda, tidak boleh ada instalasi logam menonjol keluar dari
dimungkinkan.
Tingkat ℎ(𝑚) 20 30 45 60
⁄𝑅(𝑚) Lebar mata jala (m)
proteksi 𝛼° 𝛼° 𝛼° 𝛼°
I 20 25 * * * 5
II 30 35 25 * * 10
III 45 45 35 25 * 10
IV 60 55 45 35 25 20
Sumber : SNI 03-7015-2004 ( 2004: 21)
sistem proteksi eksternal yang dimaksudkan untuk melewatkan arus petir dari
arus petir dibagi dalam beberapa penyalur, resiko serta loncatan kesamping dan
Reinforced)
Ukuran minimum bahan SPP dipakai dalam standar ini untuk penggunaan
pada sistem konduktor terdapat pada tabel 2.11 yang bersumber dari SNI 03-
7015, 2004.
Tabel 2.11 Dimensi minimum bahan SPP untuk penggunaan terminasi udara,
konduktor penyalur dan Sistem pentanahan
[9]
SNI 03-7015-2004, Sistem proteksi petir pada bangunan gedung, (2004), hal.30&58
[3]
GILBERT FERNANDO LASUT, Skripsi: Perencanaan Sistem Penangkal Petir Pada Laboratorium Sistem
Tenaga dan Bengkel Jurusan ( Manado : Politeknik Negeri Manado, 2015), hal.25
33
berbunyi:[11]
Jenis konduktor yang digunakan dalam instalasi proteksi petir eksternal bisa
menggunakan kabel terisolasi atau tanpa isolasi (telanjang). Beberapa faktor yang
pengaruh kimia atau korosi, konduktivitas tinggi, kekuatan tarik tinggi dan murah
1. Jika sistem terminasi-udara terdiri dari beberapa batang pada beberapa tiang
terpisah (atau satu tiang), maka paling sedikit diperlukan satu konduktor
penyalur untuks etiap tiang. Dalam kasus tiang terbuat dari logam atau baja
[11]
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesian, nomor: PER.02/MEN/1989, pengawasan instalasi
penyalur petir, (1998), hal.7
34
2. Jika sistem terminasi-udara terdiri dari kawat terentang (atau satu kawat), paling
3. Jika sistem terminasi-udara terdiri dari jala konduktor, paling sedikit diperlukan
digunakan dari pada sebuah konduktor tunggal yang panjang. Hal ini karena
menyalurkan arus petir ke bumi, maka arus petir akan tetap mengalir ke tanah
menghubungkan sistem, badan peralatan dan instalasi dengan bumi atau tanah
karena itu, fungsi utama dari sistem pentanahan atau sistem termiasi bumi
antara lain[9] :
[9]
SNI 03-7015-2004, Sistem proteksi petir pada bangunan gedung, (2004), hal.31
[9]
SNI 03-7015-2004, Sistem proteksi petir pada bangunan gedung, (2004), hal.63
35
meter. Faktor yang menentukan tahanan jenis tanah ini tidak hanya
berpengaruh bila di atas titik beku air). Tahanan jenis tanah bisa berbeda-
beda dari satu tempat dengan tempat yang lain tergantung dari sifat-sifat
yang dimilikinya[10]
[10]
Prih Sumardjati, dkk, Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik Jilid 1, (Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional, 2008) hal.170
36
pentanahan dalam suatu sistem tidak boleh lebih dari 5 Ohm. Seperti
1. Bentuk elektroda.
baik dan tahan terhadap sifat-sifat yang merusak dari tanah, seperti
dalam tanah
[10]
Prih Sumardjati, dkk, Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik Jilid 1, (Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional,2008) hal.167
37
lebih efektif ditanam secara dalam, namun ada pula yang cukup
5. Faktor-faktor alam.
d. suhu tanah: suhu akan berpengaruh bila mencapai suhu beku dan
masalah dengan suhu karena suhu tanah ada di atas titik beku.
sangat baik terhadap tanah. Berikut ini akan dibahas jenis-jenis elektroda
[7]
SPLN. 102, tentang elektroda bumi jenis batang bulat berlapis tembaga, (Jakarta: Dep. Pertamben &
PLN , 1993), hal 1.
38
1. Elektroda batang
Elektroda batang ialah elektroda dari pipa atau besi baja profil
Keterangan :
[4]
T.S Hutauruk, Pengetanahan Netral Sistem Tenaga dan Pengetanahan Peralatan, (Jakarta :
Erlangga, 1991), hal.145
40
Keterangan :
2. Elektroda pita
[4]
T.S Hutauruk, Pengetanahan Netral Sistem Tenaga dan Pengetanahan Peralatan, (Jakarta :
Erlangga, 1991), hal.145
41
dangkal.
[10]
Prih Sumardjati, dkk, Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik Jilid 1, (Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional, 2008 ) hal.169
42
3. Elektroda Pelat
Elektroda pelat ialah elektroda dari bahan pelat logam (utuh atau
[10]
Prih Sumardjati, dkk, Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik Jilid 1, (Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional, 2008 ) hal.169
43
jumlah sambaran petir yang terjadi, alat ini bisa di jadikan sebagai bahan
analisa berapa banyak sambaran di suatu daerah, alat ini dipasang pada kabel
arus 1500 ampere dalam 1.5 µ𝑠, dan dapat menghitung hingga 999,999 kali
[12}
ASEP DADAN HERMAWAN, Skripsi:Optimalisasi sistem penangkal petir eksternal menggunakan jenis early
streamer ( Depok : Universitas Indonesia, 2010), hal.37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Berikut kadaan Masjid Al-Ahrom yang di tunjukkan pada gambar 3.1 dan
pada gambar 3.2 adalah gambaran letak Masjid Al-Ahrom yang dilihat dari
44
45
Mulai
Masukan data :
- Data bangunan (tinggi, lebar dan panjang atap
gedung)
- Densitas rata-rata sambaran petir ke tanah (Ng)
-
TIDAK Apakah
Nd > Nc
YA
Menentukan tingkat
proteksi di setiap bangunan
A B C
46
A B C
Area radius
proteksi petir >
bangunan TIDAK
YA
- Pengolahan tanah
- Penambahan elektroda
Tahanan tanah
≤5Ω
YA
Selesai
jarak benda sekitar (Xs) dan frekuensi rata – rata sambaran petir ke
rata – rata sambaran petir ke bangunan 𝑘𝑚4 / tahun (Nd) lebih kecil dari
nilai fekuensi sambaran petir maksimum yang dibolehkan (Nc) dengan nilai
akan tetapi jika nilai (Nd) lebih besar dari (Nc) maka akan dilakukan
metode single rod atau multiple rod sampai didapatkan hasil atau target nilai
yaitu ≤ 5Ω,
Sub-bab ini berisi tentang daftar peralatan dan bahan yang digunakan
3. Satu set alat ukur pentanahan yaitu Digital Earth Resistance Tester merk
Kyoritsu dengan model KEW 4105 A, 2 buah pasak besi dan 3 buah kabel
4. Data rod dan densitas sambaran petir digunakan untuk mengetahui nilai
Metode ini dilakukan dengan mencari dan mengambil teori - teori dari
seluruh refrensi yang berkaitan dengan tugas akhir ini untuk mendapatkan data
masjid yang akan dilakukan penelitian yang meliputi panjang, lebar dan
kepada orang yang ahli atau yang berwenang dalam masalah yang berkaitan
tempat wudhu, dan data bangunan dapat di lihat pada tabel 3.1.
(Xs) dan frekuensi rata – rata sambaran petir ke bangunan 𝑘𝑚4 / tahun
penangkal petir.
(2.7).
petir, dan dapat dilihat pada gambar 3.6, 3.7, 3.8, 3.9, 3.10, 3.11,
penelitian ini kabel konduktor yang dipakai adalah kabel tembaga (Cu)
rumus (2.8)
pengukurannya:
1) Siapkan Earth tester yang telah diberikan batrai baru guna untuk
“press to test” lalu putar tombol kek kanan untuk mengunci nilai.
Hasil pengukuran dapat dilihat pada gambar 3.15 dengan nilai 0,160 Ω,
bangunan masjid yang dapat dilihat dari tabel dan gambar berikut.
55
56
Indeks Perkiraan
NO Bagunan Pengaman
A B C D E R Bahaya
Menara
1 3 2 5 0 6 16 Sangat Besar Sangat Perlu
Kanan
Menara
2 3 2 5 0 6 16 Sangat Besar Sangat Perlu
Kiri
Bangunan
3 3 2 3 0 6 13 Agak Besar Dianjurkan
Utama
Bangunan
4 3 2 3 0 6 13 Agak Besar Dianjurkan
Serambi
Tempat
Wanita
Tempat
pria
mencari nilai densitas sambaran petir pertahun, mencari nilai area ekivalen,
nilai frekuensi rata – rata sambaran petir ke bangunan, serta efisiensi untuk
Dari tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa dari keempat bangunan
bangunan menara kiri dan bangunan utama masjid. Pada bangunan menara
kiri dan kanan memiliki area cakupan ekivalen yang paling besar yaitu
ini yang menghasilkan nilai yang lebih kecil dari frekuensi maksimal
sambaran petir yang di perbolehkan (Nc) , dan pada bangunan serambi ini
Dari tabel 4.1 data bangunan masjid, tabel 4.2 dan tabel 4.3 hasil
yaitu pada bagian tengah bangunan utama di atas kubah, dan di bagian ujung
kedua menara masjid, dengan nilai radius yang digunakan adalah 60m
dengan nilai sudut proteksi yang dihasilkan adalah 36.86° pada bagian
60
utama masjid, dan 22.54° pada kedua bagian menara masjid. Dan hasilnya
dengan baik.
Diketahui : Td = 148
𝑁𝑔 = 0.04 𝑇𝑑1.25
𝑁𝑔 = 0.04 × 1481.25
𝑁𝑔 = 20.64 /𝑘𝑚2
𝐴𝑒 = ab + 6h (a+b)+ 9 𝜋ℎ2
𝐴𝑒 = 40389.58 𝑚2
Diketahui : d = 20.5 m hs = 37 m
d+3(hs−h)
𝑥𝑠 = 2
61
20.5 + 0
𝑥𝑠 = 2
𝑥𝑠 = 10.25 𝑚2
d+3(hs−h)
𝑥𝑠 = 2
20.5 + 52.5
𝑥𝑠 = 2
𝑥𝑠 = 32 𝑚2
= 40347.33 𝑚2
Nd = Ng × Ae × 10−6
Nd = 0.83276
e. Efisiensi (E)
0.1
E ≥ 1 − 0.83
E ≥ 1 − 0.12
62
E ≥ 0.88
berdasarkan Tabel 2.1 dan 2.2 pada bagian ini digunakan proteksi
f. Sudut Lindung
Diketahui : h = 37 m r = 60 m
ℎ
a° = 𝑠𝑖𝑛−1 (1- )
𝑟
37
a° = 𝑠𝑖𝑛−1 (1- 60 )
a° = 22.54°
𝐴𝑒 = ab + 6h (a+b)+ 9 𝜋ℎ2
𝐴𝑒 = 40389.58 𝑚2
Diketahui : d = 20.5 m hs = 37 m
d+3(hs−h)
𝑥𝑠 = 2
20.5 + 0
𝑥𝑠 = 2
𝑥𝑠 = 10.25 𝑚2
63
d+3(hs−h)
𝑥𝑠 = 2
20.5 + 52.5
𝑥𝑠 = 2
𝑥𝑠 = 32 𝑚2
= 40347.33 𝑚2
Nd = Ng × Ae × 10−6
Nd = 0.83276
e. Efisiensi (E)
0.1
E ≥ 1 − 0.83
E ≥ 1 − 0.12
E ≥ 0.88
berdasarkan Tabel 2.1 dan 2.2 pada bagian ini digunakan proteksi
f. Sudut Lindung
Diketahui : h = 37 m r = 60 m
ℎ
a° = 𝑠𝑖𝑛−1 (1- 𝑟 )
37
a° = 𝑠𝑖𝑛−1 (1- 60 )
a° = 22.54°
𝐴𝑒 = ab + 6h (a+b)+ 9 𝜋ℎ2
𝐴𝑒 = 23364 𝑚2
d+3(h−hs)
𝑥𝑠 = 2
14.5 + 30.9
𝑥𝑠 = 2
𝑥𝑠 = 22.7 𝑚2
Diketahui : d = 20 m hs = 19.5 m
d+3(h−hs)
𝑥𝑠 = 2
65
20 + 3 (24 −19.5)
𝑥𝑠 = 2
20 + 13.5
𝑥𝑠 = 2
𝑥𝑠 = 16.75 𝑚2
= 23324.55 𝑚2
Nd = Ng × Ae × 10−6
Nd = 0.4814
e. Efisiensi (E)
0.1
E ≥ 1 − 0.4814
E ≥ 1 − 0.207
E ≥ 0.793
menjadi 80% sehingga berdasarkan Tabel 2.1 dan 2.2 pada bagian ini
60m.
66
f. Sudut Lindung
Diketahui : h = 24 m r = 60 m
ℎ
a° = 𝑠𝑖𝑛−1 (1- 𝑟 )
24
a° = 𝑠𝑖𝑛−1 (1- 60 )
a° = 36.86°
dengan panjang rod 800 cm dan dengan ukuran diameter ¾” atau 2.6 cm,
67
menggunakan earth tester, nilai yang dapat dilihat di gambar 3.15 dan tabel
100 4 ×800
𝑅𝑝 = 2 ×3.14 × 800 [ ln ( ) - 1]
2.6
100
𝑅𝑝 = 5024 [ ln (7.115) - 1]
𝑅𝑝 = 0.019 × 6.115
𝑅𝑝 = 0.116 Ω
PUIL 2011 yaitu ≤ 5 Ω, Berikut ini isi kalimat yang menjadi rujukan
ntuk nilai tahanan penatahan yang ada dalam PUIL 2011 pada halaman
36 yang masih mengacu pada PUIL 2000. Ketentuan ini dapat dilihat
dari 3 buah Splitzer dengan panjang tiang penyangga galvanis 1,5 meter
untuk bagian kubah bangunan utama dan 4 meter pada bagian menara, kabel
menurut standar PUIPP 1983 dan SNI 03-7015-2004 dan dapat dilihat pada
4.3.2 Gambar Hasil Metode Rolling Sphere, Sudut Proteksi dan Area
Terproteksi
Pada gambar hasil 4.9 dan 4.10 adalah gambar yang menjelaskan hasil
dari penerapan metode Rolling Sphere dengan sudut lindung dan radius
yang dihasilkan dari perhitungan sesuai data dan aturan SNI 03-7015-2004,
pada gambar 4.11, 4.12, 4.13 dan 4.14 adalah gambar simulasi
Gambar 4.12 Area lindung tampak samping kanan dengan menggunakan aplikasi
SketchUpPro
74
Gambar 4.13 Area lindung tampak samping kiri dengan menggunakan aplikasi
SketchUpPro
penelitian dan observasi dangan menerapkan aturan yang telah di atur dalam
SNI 03-7015, 2004 : 53 mulai dari sistem terminasi udara, sistem konduktor
5.1 Kesimpulan
serta melalui perhitungan sesuai teori yang ada, maka diperoleh beberapa
1. Berdasarkan SNI 03-7015, 2004 dan PUIPP 1983, area proteksi terbaik
menunjukkan nilai efisiensi 88% dan termasuk dalam kategori roling shpere
tingkat IV.
1.5m lebih tinggi dari bangunan, menghasilkan sudut lindung 22.54° pada
bangunan menara dan 36.86° pada bangunan utama masjid. kabel konduktor
dengan panjang 8 meter dengan diameter ¾” atau 2.6 cm yang di tanam dari
tahanan pentanahan sebesar 0.16 Ω yang telah sesuai dengan aturan PUIL,
76
77
5.2 Saran
Dari kesimpulan yang diperoleh, maka saran yang bisa diberikan untuk
secara berkala.
DAFTAR PUSTAKA
78
LAMPIRAN
a. Tempat Penelitian
b. Alat ukur
79
c. Proses pengukuran bangunan dan sistem pentanahan
80
d. Hasil Pemasangan
81
e. Hasil Area proteksi menggunakan aplikasi SketchUpPro
82
83
84
85
86
87
88