Sie sind auf Seite 1von 8

Prinsip-Prinsip Termodinamika

Penerapan prinsip-prinsip termodinamika yang meliputi Mekanika, Panas dan Kalkulus


Diferensial pada ilmu pengetahuan lain ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 2 menunjukkan bahwa penyelesaian suatu masalah/problema secara termodinamika


dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu:

 Formulasi problem ke dalam besaran & bentuk termodinamika. Hal ini yang dikatakan sebagai
mengubah bahasa dalam problem ke dalam bahasa termodinamika, kemudian merumuskannya
dengan menggunakan besaran-besaran termodinamika.
 Evaluasi sifat dan fungsi termodinamika, berarti melakukan analisis terhadap formulasi yang
telah disusun pada langkah pertama (1). Tahap ini membutuhkan pemahaman pengetahuan
termodinamika yang memadai agar tidak terjadi kesalahan persepsi terhadap arah atau tujuan
problema tersebut.
 Penyelesaian problem termodinamika. Pada tahap ini dibutuhkan dukungan pengetahuan
matematika/kalkulus (deferensial, integral) sehingga dapat diperoleh jawaban yang valid atau
bisa dipertanggungjawabkan.
Ketiga langkah penyelesaian termodinamika tersebut harus berpijak pada dalil-dalil atau kaidah-
kaidah dalam termodinamika.
Intinya, prinsip termodinamika sebenarnya yaitu hal alami yang terjadi dalam kehidupan sehari-
hari. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, termodinamika direkayasa
sedemikian rupa sehingga menjadi suatu bentuk mekanisme yang bisa membantu manusia
dalam kegiatannya. Aplikasi termodinamika yang begitu luas dimungkinkan karena adanya
perkembangan ilmu termodinamika sejak abad 17. Pengembangan ilmu termodinamika dimulai
dengan pendekatan makroskopik yakni perilaku umum partikel zat yang menjadi media
pembawa energi.

Sistem Termodinamika

Sistem termodinamika adalah bagian dari jagat raya yang diperhitungkan. Sebuah batasan
yang nyata atau imajinasi memisahkan sistem dengan jagat raya, yang disebut lingkungan.
Klasifikasi sistem termodinamika berdasarkan pada sifat batas sistem-lingkungan dan
perpindahan materi, kalor dan entropi antara sistem dan lingkungan.

Ada tiga jenis sistem berdasarkan jenis pertukaran yang terjadi antara sistem dan lingkungan:
Sistem tertutup

Terjadi pertukaran energi (panas dan kerja) tetapi tidak terjadi pertukaran benda dengan
lingkungan. Rumah hijau adalah contoh dari sistem tertutup di mana terjadi pertukaran panas
tetapi tidak terjadi pertukaran kerja dengan lingkungan. Apakah suatu sistem terjadi pertukaran
panas, kerja atau keduanya biasanya dipertimbangkan sebagai sifat pembatasnya:

 Pembatas Adiabatik: tidak memperbolehkan pertukaran panas


Pembatas Rigid: tidak memperbolehkan pertukaran kerja.


 Sistem terisolasi

Tak terjadi pertukaran panas, benda atau kerja dengan lingkungan. Contoh dari sistem
terisolasi adalah wadah terisolasi, seperti tabung gas terisolasi.
Sistem terbuka
Terjadi pertukaran energi (panas dan kerja) dan benda dengan lingkungannya. Sebuah
pembatas memperbolehkan pertukaran benda disebut permeabel. Samudra merupakan contoh
dari sistem terbuka.
Dalam kenyataan, sebuah sistem tidak dapat terisolasi sepenuhnya dari lingkungan, karena
pasti ada terjadi sedikit pencampuran, meskipun hanya penerimaan sedikit penarikan gravitasi.
Dalam analisis sistem terisolasi, energi yang masuk ke sistem sama dengan energi yang keluar
dari sistem.

Keadaan Termodinamika

Ketika sistem dalam keadaan seimbang dalam kondisi yang ditentukan, ini disebut dalam
keadaan pasti (atau keadaan sistem).
Untuk keadaan termodinamika tertentu, banyak sifat dari sistem dispesifikasikan. Properti yang
tidak tergantung dengan jalur di mana sistem itu membentuk keadaan tersebut, disebut fungsi
keadaan dari sistem. Bagian selanjutnya dalam seksi ini hanya mempertimbangkan properti,
yang merupakan fungsi keadaan.
Jumlah properti minimal yang harus dispesifikasikan untuk menjelaskan keadaan dari sistem
tertentu ditentukan oleh Hukum fase Gibbs. Biasanya seseorang berhadapan dengan properti
sistem yang lebih besar, dari jumlah minimal tersebut.
Pengembangan hubungan antara properti dari keadaan yang berlainan dimungkinkan.
Persamaan keadaan adalah contoh dari hubungan tersebut.

Hukum Dasar Termodinamika

Terdapat empat Hukum Dasar yang berlaku di dalam sistem termodinamika, yaitu:
Hukum Awal (Zeroth Law) Termodinamika
Hukum awal menyatakan bahwa dua sistem dalam keadaan setimbang dengan sistem ketiga,
maka ketiganya dalam saling setimbang satu dengan lainnya. Hukum ini dimasukkan setelah
hukum pertama.

Hukum Pertama Termodinamika


Hukum I Termodinamika menyatakan bahwa :
“Jumlah kalor pada suatu sistem ialah sama dengan perubahan energi di dalam sistem tersebut
ditambah dengan usaha yang dilakukan oleh sistem.”
Hubungan antar kalor dan lingkungan dalam hukum I Termodinamika seperti yang ditunjukkan
pada gambar 1.
Energi dalam sistem merupakan jumlah total semua energi molekul yang ada di dalam sistem.
Apabila sistem melakukan usaha atau sistem mendapatkan kalor dari lingkungan, maka energi
dalam sistem akan naik. Sebaliknya jika energi dalam sistem akan berkurang jika sistem
melakukan usaha terhadap lingkungan atau sistem memberi kalor pada lingkungan.
Dengan demikian dapat kita disimpulkan bahwa perubahan energi dalam pada sistem tertutup
ialah selisih kalor yang diterima dengan usaha yang dilakukan sistem.
Rumus Hukum I Termodinamika

Dari bunyi hukum I Termodinamika, maka rumus hukum I Termodinamika dapat dituliskan
sebagai berikut ini :
Q = ∆U + W ataupun ∆U = Q – W
Di mana :
∆U = Perubahan energi dalam sistem (J)
Q = Kalor yang diterima ataupun dilepas sistem (J)
W = Usaha (J)
Perjanjian pada hukum I Termodinamika

Rumus hukum I Termodinamika dipakai dengan perjanjian sebagai berikut ini :


1. Usaha (W) bernilai positif (+) jika sistem melakukan suatu usaha
2. Usaha (W) bernilai negatif (-) jika sistem menerima suatu usaha
3. Q bernilai negatif jika sistem melepaskan kalor
4. Q bernilai positif jika sistem menerima suatu kalor
Pengertian Siklus

Siklus merupakan serangkaian proses yang dimulai dari suatu keadaan awal dan berakhir pada
keadaan yang sama dengan keadaan awalnya. Agardapat melakukan usaha terus-menerus,
suatu sistem harus bekerja dalam satu siklus. Ada 2 macam siklus, yakni siklus reversibel
(siklus yang dapat balik) dan irreversibel (siklus yang tidak dapat balik).

Hukum yang sama juga terkait dengan kasus kekekalan energi. Hukum ini menyatakan
perubahan energi dalam dari suatu sistem termodinamika tertutup, sama dengan total dari
jumlah energi kalor yang disuplai ke dalam sistem dan kerja yang dilakukan terhadap sistem.
Hukum ini dapat diuraikan menjadi beberapa proses, yaitu proses dengan Isokhorik, Isotermik,
Isobarik, dan juga adiabatik.

 Hukum kedua Termodinamika


Hukum kedua termodinamika terkait dengan entropi. Tidak ada bunyi untuk hukum kedua
termodinamika yang ada hanyalah pernyataan kenyataan eksperimental yang dikeluarkan oleh
kelvin-plank dan clausius.
Pernyataan clausius: tidak mungkin suatu sistem apapun bekerja sedemikian rupa sehingga
hasil satu-satunya adalah perpindahan energi sebagai panas dari sistem dengan temperatur
tertentu ke sistem dengan temperatur yang lebih tinggi.
Pernyataan kelvin-planck: tidak mungkin suatu sistem beroperasi dalam siklus termodinamika
dan memberikan sejumlah netto kerja kesekeliling sambil menerima energi panas dari satu
reservoir termal.(sumber Fundamentals of engineering thermodynamics (Moran J., Shapiro
N.M. – 6th ed. – 2007 – Wiley) Bab5).
Total entropi dari suatu sistem termodinamika terisolasi cenderung untuk meningkat seiring
dengan meningkatnya waktu, mendekati nilai maksimumnya hal ini disebut dengan prinsip
kenaikan entropi” merupakan korolari dari kedua pernyataan diatas (analisis Hukum kedua
termodinamika untuk proses dengan menggunakan sifat entropi)(sumber Fundamentals of
engineering thermodynamics (Moran J., Shapiro N.M. – 6th ed. – 2007 – Wiley) Bab6).

 Hukum ketiga Termodinamika


Hukum ketiga termodinamika terkait dengan temperatur nol absolut. Hukum ini menyatakan
bahwa pada saat suatu sistem mencapai temperatur nol absolut, semua proses akan berhenti
dan entropi sistem akan mendekati nilai minimum. Hukum ini juga menyatakan bahwa entropi
benda berstruktur kristal sempurna

Hukum I Termodinamika

Siklus Carnot

Siklus Carnot
Gambar diatas ialah gambar siklus mesin pemanas carnot. terdapat empat proses dalam siklus
Carnot, yakni :

 pemuaian dengan cara isotermik (a-b)


 pemuaian dengan cara adiabatik (b-c)
 pemampatan dengan cara isotermik (c-d)
 pemampatan dengan cara adiabatik (d-a)

Mesin Kalor Carnot


Proses dalam mesin kalor Carnot, perhatikanlah gambar siklus carnot diatas. Siklus dapat
dijelaskan sebagai berikut ini :

 Siklus a-b
Gas menyerap kalor Qt pada temperatur Tv Suhu sistem sama dengan suhu reservoir panas
sehingga dapat disebut proses isotermik. Gas memuai dan melakukan suatu usaha pada
pengisap. Oleh karena energi dalam tetap maka usaha yang dikerjakan pada sistem sama
dengan kalor yang diserap.
 Siklus b-c
Beban pengisap dikurangi sehingga menyebabkan gas memuai menurut proses adiabatik.
Terjadinya pengurangan energi dalam dan suhu sistem menurun sampai sama dengan suhu
pada reservoir dingin Tr
 Siklus c-d
Gas mengalami penyusutan dengan cara isotermik dengan membuang kalor Qrpada reservoir
dingin pada temperatur 7) sehingga usaha negatif (usaha dilakukan pada sistem).
 Siklus d-1
Beban pengisap ditambahkan sehingga gas menyusut menurut proses adiabatik. Terjadinya
penambahan energi dalam dan suhu naik sampai sama dengan suhu pada reservoir panasT.
Energi dalam suatu gas kembali seperti pada awal siklus.

Usaha pada mesin pemanas Carnot :

W = Qt – Qy

Karakteristik mesin kalor carnot dinyatakan dengan efisiensi mesin (η) yakni perbandingan
antara usaha yang dilakukan dengan kalor yang diserap. Secara matematis ditulis sebagai
berikut ini.

Sistematis
Efisiensi suatu mesin kalor jenis apapun selalu lebih kecil dari efisiensi mesin ideal atau mesin
Carnot.

Mesin Pendingin Carnot

Contoh dari mesin pendingin Carnot antaralain mesin pendingin ruangan dan lemari es. Siklus
mesin pendingin Carnot adalah kebalikan siklus mesin kalor Carnot karena siklusnya ialah
reversibel (dapat balik).
Usaha pada mesin pendingin Carnot dapat dituliskan sebagai berikut ini :

W= Qt — Qr

Karakteristik pada mesin pendingin dinyatakan dengan koefisien performansi atau koefisien
kinerja dengan simbol Kd. Koefisien kinerja didefinisikan sebagai perbandingan usaha antara
kalor yang dipindahkan dengan usaha yang dilakukan sistem.

Mesin Pemanas Carnot

Dari Gambar sebelumnya diatas dapat dijelaskan bahwa kalor yang diambil dipindahkan ke
dalam ruangan.
Karakteristik mesin pemanas dinyatakan dengan koefisien kerja dengan simbol Kp . Secara
matematis dapat dituliskan sebagai berikut ini :

Secara Sistematis
Hukum II Termodinamika

Hukum II Termodinamika menyatakan bahwa :

” Kalor mengalir secara alami dari benda yang panas kebenda yang dingin; kalor tidak akan
mengalir secara spontan dari benda dingin ke benda panas tan pa dilakukan usaha”.

Penjelasan hukum II Termodinamika ialah sebagai berikut ini :

 Tidaklah mungkin membuat mesin yang bekerja dalam satu siklus, menerima kalor dari satu
reservoir dan mengubah kalor seluruhnya menjadi usaha.
 Tidaklah mungkin membuat mesin yang bekerja dalam satu siklus dengan mengambil kalor dari
reservoir yang mempunyai suhu rendah dan memberikannya ke reservoir suhu tinggi tanpa
usaha dari luar.
 Mesin yang bekerja di antara reservoir suhu Tt dan reservoir suhu Tt(Tt > Tr), mempunyai
efisiensi maksimum.

Pengertian Entropi
Entropi dapat kita diartikan sebagai ukuran ketidakteraturan. Dalam sistem tertutup peningkatan
entropi disertai oleh penurunan jumlah energi yang tersedia. Semakin tinggi entropi, semakin
tinggi pula ketakteraturannya.

 Entropi pada Proses Temperatur Konstan


Jika suatu sistem pada suhu mutlak T mengalami proses reversibel dengan menyerap sejumlah
kalor Q maka kenaikan entropi ∆S dapat dituliskan sebagai berikut ini :

∆S = S2 – S1 = Q/T

Keterangan :
∆S : perubahan entropi (J/K)
S1 : entropi mula-mula (J/K)
S2 : entropi akhir (J/K)

 Entropi pada Proses Temperatur Berubah


Pada proses yang mengalami perubahan temperatur, entropi dituliskan sebagai berikut ini :

Entropi Pada Temperatur


Keterangan :
∆S : perubahan entropi (J/K)
S1 : entropi mula-mula (J/K)
S2 : entropi akhir (J/K)
c : kalor jenis (J/kg K)
m : massa (kg)
T1 : suhu mula-mula (K)
T2 : suhu akhir (K)

Das könnte Ihnen auch gefallen