Sie sind auf Seite 1von 11

TUGAS: LITERATUR BATUAN BEKU

Disusun oleh.
Nama : KELINTON WABOLGO
Kelas : XIII
Jurusan : GT
Mapel : MINERALOGI

Jayapura,10 mei 2023

Pengertian Batuan Beku: Tekstur, Struktur, Komposisi Mineral, dan Klasifikasinya

Pengertian Batuan Beku


Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, “api”) adalah jenis batuan
yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses
kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas
permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Magma ini dapat berasal dari batuan setengah
cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di mantel ataupun kerak bumi.
Umumnya, proses pelelehan terjadi oleh salah satu dari proses-proses berikut: kenaikan
temperatur, penurunan tekanan, atau perubahan komposisi. Lebih dari 700 tipe batuan beku
telah berhasil dideskripsikan, sebagian besar terbentuk di bawah permukaan kerak bumi.

Menurut para ahli seperti Turner dan Verhoogen (1960), F. F Groun (1947), Takeda
(1970), magma didefinisikan sebagai cairan silikat kental yang pijar terbentuk secara
alamiah, bertemperatur tinggi antara 1.500–2.500 °C dan bersifat mobile (dapat bergerak)
serta terdapat pada kerak bumi bagian bawah.
Dalam magma tersebut terdapat beberapa bahan terlarut yang bersifat volatil (air,
karbon dioksida, klorin, fluorin, besi, belerang, dan lain-lain) yang merupakan penyebab
mobilitas magma, dan non-volatil (non-gas) yang merupakan pembentuk mineral yang lazim
dijumpai dalam batuan beku.

Saat magma mengalami penurunan suhu dalam perjalanan naik ke permukaan bumi,
mineral-mineral akan terbentuk. Peristiwa tersebut dikenal dengan peristiwa penghabluran.
Berdasarkan penghabluran mineral-mineral silikat (magma), oleh NL. Bowen disusun suatu
seri yang dikenal dengan seri reaksi Bowen. Dalam mengidentifikasi batuan beku, sangat
perlu untuk mengetahui karakteristik batuan beku yang meliputi sifat fisik dan komposisi
mineral batuan beku.

Signifikansi Geologi
Batuan beku dan metamorf membentuk sekira 90–95% volume bagian atas kerak bumi
atau sedalam 15 kilometer. Batuan beku penting secara geologi karena:

 Mineral-mineral dan kimia globalnya memberikan informasi tentang komposisi dari


mantel, di mana batuan beku tersebut ter-ekstraksi, serta temperatur dan tekanan yang
memungkinkan terjadinya ekstraksi ini, dan atau batuan asal yang mencai
 Umur absolut dapat diperoleh dengan berbagai jenis penanggalan radiometrik dengan
demikian dapat dibandingkan dengan strata geologi yang berdekatan, sehingga urutan
waktu kejadian dapat ditentukan.
 Fitur-fitur mereka merupakan karakteristik lingkungan-lingkungan tektonik tertentu,
sehingga memungkinkan rekonstruksi tektonik (lihat tektonika lempeng).
 Di beberapa situasi tertentu, batuan beku merupakan tempat keberadaan endapan bijih:
Seperti contoh, tungsten, timah, dan uranium biasanya diasosiasikan dengan granit dan
diorit, sedangkan bijih kromium dan platinum biasanya diasosiasikan dengan gabro.

Morfologi dan Seting

pembentukan batuan beku

Dalam hal keterbentukannya, batuan beku dibagi menjadi tiga: intrusif (plutonik),
ekstrusif (vulkanik), dan hipabisal.
1. Intrusif

batuan beku intrusif adalah batuan beku yang membeku dan membatu di bawah
permukaan atau di dalam kerak bumi, dikelilingi oleh batuan asal (biasa disebut country
rock). Magma mendingin secara perlahan, dan sebagai hasilnya, batuan beku ini
berbutir kasar.

Butiran mineral di batuan ini dapat dengan mudah diidentifikasi dengan mata
telanjang. Batuan intrusi juga dapat diklasifikasikan sesuai dengan bentuk dan ukuran
tubuh intrusi dan hubungannya dengan formasi lain yang diintrusinya. Formasi intrusi
yang khas adalah batolit, stok, lakolit, sill dan dike. Ketika magma membeku di dalam
kerak bumi, magma mendingin perlahan membentuk batuan bertekstur kasar, seperti
granit, gabro, atau diorit.

Lubang inti dari pegunungan utama terdiri dari batuan beku intrusif, biasanya
granit. Ketika terkena oleh erosi, inti atau core tersebut (disebut batolit) dapat
menempati area besar dari permukaan bumi. Batuan beku intrusif berbutir kasar yang
terbentuk pada kedalaman di dalam kerak yang disebut sebagai abisal; batuan beku
intrusif yang terbentuk di dekat permukaan F 121 18 088 yang disebut hipabisal.

2. Ekstrusif
Batuan beku ekstrusif, juga dikenal sebagai batuan vulkanik, terbentuk di
permukaan kerak sebagai akibat dari pencairan sebagian batuan dalam mantel dan
kerak. Batuan beku ekstrusif dingin dan mengeras lebih cepat daripada batuan beku
intrusif. Mereka dibentuk oleh pendinginan magma cair di permukaan bumi.
Magma, yang dibawa ke permukaan melalui celah atau letusan gunung berapi,
membeku pada tingkat yang lebih cepat. Oleh karena batu batuan jenis ini halus,
kristalin dan berbutir halus. Basalt adalah batuan beku ekstrusif umum dan
membentuk aliran lava (lava flow), lembar lava (sheeting lava) dan dataran tinggi lava
(lava plateau). Beberapa jenis basalt membantu membentuk kolom poligonal lama.
Giant’s Causeway di Antrim, Irlandia Utara adalah salah satu contohnya.
Batuan cair, dengan atau tanpa kristal ditangguhkan dan gelembung gas, disebut
magma. magma naik keatas karena densitas yang lebih rendah dibanding batuan yang
mereka ciptakan. Ketika magma mencapai permukaan dari bawah air atau udara,
magma disebut lava. Letusan gunung berapi ke udara yang disebut subaerial,
sedangkan yang terjadi di bawah laut yang disebut submarin. Black smokers dan
pematang tengah samudera merupakan contoh dari aktivitas gunung berapi bawah
laut.

Volume batuan ekstrusif meletus setiap tahun oleh gunung berapi bervariasi sesuai
dengan setting tektonik lempeng. Batuan ekstrusif diproduksi dalam proporsi sebagai berikut:

 Batas divergen: 73%.


 Batas konvergen (zona subduksi): 15%.
 Hotspot: 12%.
Magma yang meletus dari sebuah gunung berapi berperilaku sesuai dengan viskositas,
ditentukan oleh temperatur, komposisi, dan konten kristal. Magma suhu tinggi, yang sebagian
besar komposisinya adalah basaltik, berperilaku dalam cara yang mirip dengan minyak tebal
dan, ketika mendingin, seperti karamel. Aliran basalt yang panjang dan tipis dengan
permukaan pahoehoe sangat umum terbentuk pada magma jenis ini.

Komposisi intermediet magma, seperti andesit, cenderung membentuk cerobong


kerucut yang terdiri atas campuran abu, tuf dan lava, dan mungkin memiliki viskositas yang
sama dengan molase tebal dan dingin atau bahkan karet saat meletus. Magma felsik, seperti
riolit, biasanya meletus pada suhu rendah dan 10.000 kali lebih kental dibandingkan basalt.
Gunung berapi dengan magma riolitik umumnya meletus eksplosif, dan aliran lava riolitik
biasanya terbatas dalam luasan dan memiliki lereng yang curam, karena magma yang begitu
kental.

Magma felsik dan menengah yang meletus sering terjadi secara merusak, dengan
ledakan didorong oleh dikeluarkannya gas terlarut-biasanya uap air, juga karbon dioksida.
Material piroklastik yang meletus secara eksplosif disebut tefra dan termasuk tuf, aglomerat
dan Ignimbrit. Abu vulkanik halus juga meletus dan membentuk deposit abu tuf yang sering
dapat menutupi daerah yang luas.
Karena lava mendingin dan mengkristal dengan cepat, batuan ini berbutir halus. Jika
pendinginan begitu cepat sehingga mencegah pembentukan bahkan kristal-kristal kecil
setelah ekstrusi, batuan yang dihasilkan mungkin sebagian besar kaca/gelas (seperti batuan
obsidian). Jika pendinginan lava terjadi lebih lambat, batuan akan kasar.

Karena mineralnya sebagian besar halus, jauh lebih sulit untuk membedakan antara
berbagai jenis batuan beku ekstrusif dibandingkan antara berbagai jenis batuan beku intrusif.
Umumnya, konstituen mineral halus batuan beku ekstrusif hanya dapat ditentukan dengan
pemeriksaan sayatan tipis dari batuan di bawah mikroskop polarisasi, sehingga hanya
klasifikasi perkiraan yang dapat dibuat di lapangan.

3. Hipabisal
Batuan beku hipabisal terbentuk pada kedalaman di antara batuan plutonik dan vulkanik.
Batuan ini terbentuk karena pendinginan dan pembekuan yang dihasilkan dari naiknya
magma di bawah permukaan bumi. Batuan hipabisal kurang umum dibandingkan batuan
plutonik atau vulkanik dan sering membentuk dike, sill, lakolit, lopolit atau pakolit.

Tekstur Batuan Beku


Tekstur didefinisikan sebagai keadaan atau hubungan yang erat antar mineral-mineral
sebagai bagian dari batuan dan antara mineral-mineral dengan massa gelas yang membentuk
massa dasar dari batuan.

Tekstur pada batuan beku umumnya ditentukan oleh empat hal yang penting, yaitu

1. Kristalinitas
Kristalinitas adalah derajat kristalisasi dari suatu batuan beku pada waktu
terbentuknya batuan tersebut. Kristalinitas dalam fungsinya digunakan untuk
menunjukkan berapa banyak yang berbentuk kristal dan yang tidak berbentuk kristal,
selain itu juga dapat mencerminkan kecepatan pembekuan magma.
Apabila magma dalam pembekuannya berlangsung lambat maka kristalnya kasar,
sedangkan jika pembekuannya berlangsung cepat maka kristalnya akan halus, akan tetapi
jika pendinginannya berlangsung dengan cepat sekali maka kristalnya berbentuk amorf.
Dalam pembentukannnya dikenal tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu:
 Holokristalin, yaitu batuan beku di mana semuanya tersusun oleh kristal. Tekstur
holokristalin adalah karakteristik batuan plutonik, yaitu mikrokristalin yang telah
membeku di dekat permukaan.
 Hipokristalin, yaitu apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas dan sebagian lagi
terdiri dari massa kristal.
 Holohialin, yaitu batuan beku yang semuanya tersusun dari massa gelas. Tekstur
holohialin banyak terbentuk sebagai lava (obsidian), dike dan sill, atau sebagai fasies
yang lebih kecil dari tubuh batuan.

2. Granularitas
Granularitas didefinisikan sebagai besar butir (ukuran) pada batuan beku. Pada umumnya
dikenal dua kelompok tekstur ukuran butir, yaitu:
a. Fanerik/Fanerokristalin
Besar kristal-kristal dari golongan ini dapat dibedakan satu sama lain secara
megaskopis dengan mata biasa. Kristal-kristal jenis fanerik ini dapat dibedakan
menjadi:
 Halus (fine), apabila ukuran diameter butir kurang dari 1 mm.
 Sedang (medium), apabila ukuran diameter butir antara 1–5 mm.
 Kasar (coarse), apabila ukuran diameter butir antara 5–30 mm.
 Sangat kasar (very coarse), apabila ukuran diameter butir lebih dari 30 mm.

b. Afanitik
Besar kristal-kristal dari golongan ini tidak dapat dibedakan dengan mata biasa
sehingga diperlukan bantuan mikroskop. Batuan dengan tekstur afanitik dapat
tersusun oleh kristal, gelas atau keduanya. Dalam analisis mikroskopis dapat
dibedakan:
 Mikrokristalin, apabila mineral-mineral pada batuan beku bisa diamati
dengan bantuan mikroskop dengan ukuran butiran sekitar 0,1 – 0,01 mm.
 Kriptokristalin, apabila mineral-mineral dalam batuan beku terlalu kecil
untuk diamati meskipun dengan bantuan mikroskop. Ukuran butiran berkisar
antara 0,01 – 0,002 mm.
 Amorf/glassy/hyaline, apabila batuan beku tersusun oleh gelas.
3. Bentuk Kristal
Bentuk kristal adalah sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi bukan sifat batuan secara
keseluruhan. Ditinjau dari pandangan dua dimensi dikenal tiga bentuk kristal, yaitu:
 Euhedral, apabila batas dari mineral adalah bentuk asli dari bidang kristal.
 Subhedral, apabila sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat lagi.
 Anhedral, apabila mineral sudah tidak mempunyai bidang kristal asli.
Ditinjau dari pandangan tiga dimensi, dikenal empat bentuk kristal, yaitu:

 Equidimensional, apabila bentuk kristal ketiga dimensinya sama panjang.


 Tabular, apabila bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu dimensi yang lain.
 Prismitik, apabila bentuk kristal satu dimensi lebih panjang dari dua dimensi yang lain.
 Irregular, apabila bentuk kristal tidak teratur.

4. Hubungan Antar Kristal


Hubungan antar kristal (relasi) didefinisikan sebagai hubungan antara kristal/mineral
yang satu dengan yang lain dalam suatu batuan. Secara garis besar, relasi dapat dibagi
menjadi dua:
a. Equigranular
Yaitu apabila secara relatif ukuran kristalnya yang membentuk batuan berukuran
sama besar. Berdasarkan keidealan kristal-kristalnya, maka equigranular dibagi
menjadi tiga, yaitu:
 Panidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya
terdiri dari mineral-mineral yang euhedral.
 Hipidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri
dari mineral-mineral yang subhedral.
 Allotriomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri
dari mineral-mineral yang anhedral.
b. Inequigranular
Yaitu apabila ukuran butir kristalnya sebagai pembentuk batuan tidak sama besar.
Mineral yang besar disebut fenokris dan yang lain (yang lebih kecil) disebut massa
dasar yang bisa berupa kristal atau gelas. Inequigranular dibagi menjadi tiga, yaitu:
 Faneroporfiritik, yaitu apabila kristal-kristal penyusun massa dasar dapat
terlihat jelas dengan mata atau lup.
 Porfiroafanitik, yaitu apabila kristal penyusun massa dasar tidak dapat terlihat
dengan mata atau lup.

Struktur Batuan Beku


Struktur adalah kenampakan batuan secara makro yang meliputi kedudukan lapisan
yang jelas/umum dari lapisan batuan. Struktur batuan beku sebagian besar hanya dapat dilihat
di lapangan saja, misalnya:

 Pillow lava atau lava bantal, yaitu struktur paling khas dari batuan vulkanik bawah laut,
membentuk struktur seperti bantal.
 Joint struktur, merupakan struktur yang ditandai adanya kekar-kekar yang tersusun
secara teratur tegak lurus arah aliran. Sedangkan struktur yang dapat dilihat pada contoh-
contoh batuan (hand speciment sample), yaitu: masif, yaitu apabila tidak menunjukkan
adanya sifat aliran, jejak gas (tidak menunjukkan adanya lubang-lubang) dan tidak
menunjukkan adanya fragmen lain yang tertanam dalam tubuh batuan beku; vesikuler,
yaitu struktur yang berlubang-lubang yang disebabkan oleh keluarnya gas pada waktu
pembekuan magma, lubang-lubang tersebut menunjukkan arah yang teratur; skoria, yaitu
struktur yang sama dengan struktur vesikuler, tetapi lubang-lubangnya besar dan
menunjukkan arah yang tidak teratur; amigdaloidal, yaitu struktur di mana lubang-
lubang gas telah terisi oleh mineral-mineral sekunder, biasanya mineral silikat atau
karbonat; xenolitis, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya fragmen/pecahan batuan
lain yang masuk dalam batuan yang mengintrusi.

Pada umumnya, batuan beku tanpa struktur (masif), sedangkan struktur-struktur yang
ada pada batuan beku dibentuk oleh kekar (joint) atau rekahan (fracture) dan pembekuan
magma, misalnya: columnar joint (kekar tiang), dan sheeting joint (kekar berlembar).

Komposisi Mineral Batuan Beku


Untuk menentukan komposisi mineral pada batuan beku, cukup dengan
mempergunakan indeks warna dari batuan kristal. Atas dasar warna, mineral sebagai
penyusun batuan beku dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

 Mineral felsik, yaitu mineral yang berwarna terang, terutama terdiri dari mineral kuarsa,
feldspar, feldspatoid dan muskovit.
 Mineral mafik, yaitu mineral yang berwarna gelap, terutama biotit, piroksen, amfibol
dan olivin.

Klasifikasi Batuan Beku


Batuan beku dapat diklasifikasikan berdasarkan cara terjadinya, kandungan SiO2, dan
indeks warna. Dengan demikian dapat ditentukan nama batuan yang berbeda-beda meskipun
dalam jenis batuan yang sama, menurut dasar klasifikasinya.

1. Klasifikasi Berdasarkan Cara Terjadinya

Menurut Rosenbusch (1877–1976) batuan beku dibagi menjadi:

 Effusive rock, untuk batuan beku yang terbentuk di permukaan.


 Dike rock, untuk batuan beku yang terbentuk dekat permukaan.
 Deep seated rock, untuk batuan beku yang jauh di dalam bumi. Oleh W.T. Huang
(1962), jenis batuan ini disebut plutonik, sedang batuan effusive disebut batuan
vulkanik.

2. Klasifikasi Berdasarkan Kandungan SiO2


Menurut C.L. Hugnes (1962), yaitu:

 Batuan beku asam, apabila kandungan SiO2 lebih dari 66%. Contohnya adalah riolit,
granit dan dasit.
 Batuan beku intermediate, apabila kandungan SiO2 antara 52%–66%. Contohnya
adalah andesit dan diorit.
 Batuan beku basa, apabila kandungan SiO2 antara 45%–52%. Contohnya adalah basalt
dan gabro.
 Batuan beku ultra basa, apabila kandungan SiO2 kurang dari 45%. Contohnya adalah
peridotit, dunit, dan komatiit.

3. Klasifikasi Berdasarkan Indeks Warna

Menurut S.J. Shand (1943), yaitu:


 Batuan leukokratik, apabila mengandung kurang dari 30% mineral mafik.
 Batuan mesokratik, apabila mengandung 30%–60% mineral mafik.
 Batuan melanokratik, apabila mengandung lebih dari 60% mineral mafik.
Adapun menurut S.J. Ellis (1948) juga membagi batuan beku berdasarkan indeks warnanya
sebagai berikut:

 Holofelsik, untuk batuan beku dengan indeks warna kurang dari 10%.
 Felsik, untuk batuan beku dengan indeks warna 10% sampai 40%.
 Mafelsik, untuk batuan beku dengan indeks warna 40% sampai 70%.
 Mafik, untuk batuan beku dengan indeks warna lebih dari 70%.

Das könnte Ihnen auch gefallen