Sie sind auf Seite 1von 6

Tersedia secara online Ghancaran: Jurnal Pendidikan

http://ejournal.iainmadura.ac.id/ghancaran
Bahasa dan Sastra Indonesia
Volume 3, Nomor 2, 2022
Halaman:

GHÂNCARAN: JURNAL
PENDIDIKAN BAHASA DAN
SASTRA INDONESIA
http://ejournal.iainmadura.ac.id/ghancaran
E-ISSN : 2715-9132 ; P-ISSN: 2714-8955
DOI

ANALISIS KESANTUNAN BERBAHASA SISWA KELAS VIII SMP


NAHDLIYATUL ISLAMIYAH MENURUT PRANOWO
Shohibul Imron, Milati
Tadris Bahasa Indonesia, IAIN Madura
Alamat surel: sohibulimron@gmail.com, milatirohmah@gmail.com

Abstract
Keywords: Language and life cannot be separated, language is also used to
Kesantunan;
communicate or interact in speech, language is also considered a
berbahasa;
Menurut reflection of a person in the sense that speaking politely will
Pranowo. determine that person. This time the researcher in this article is
interested in researching language politeness used by class VIII
students at MTs. Nahdliyatul Islamiyah. In this research, the
researcher examines students' speech when communicating with
their interlocutors. This research uses descriptive qualitative
research methods with data collection techniques, there are two
categories, the first is observation techniques, then the second uses
skilled involvement techniques. Based on the research results, the
research object this time dominates in several indicators, including
considering feelings, empathy, appropriate to the situation, humility,
respectful attitude and polite attitude.
Abstrak:
Kata Kunci: Bahasa dan kehidupan memang tidak bisa dipisahkan, Bahasa juga
Kesantunan;
digunakan untuk berkomunikasi ataupun berinteraksi dalam suatu
berbahasa;
Menurut Pranowo. tuturan, berbahasa juga dinilai sebagai cerminan seseorang dalam
artian berbahasa dengan santun akan menentukan seseorang
tersebut. Kali ini peneliti dalam artikel ini tertarik dalam meneliti
kesantunan berbahasa yang digunakan oleh siswa kelas VIII di
MTs. Nahdliyatul Islamiyah. Dalam penelitian kali ini peneliti
meneliti terkait tuturan siswa saat berkomunikasi dengan lawan
tuturnya, penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif
deskriptif dengan Teknik pengambilan data ada dua kategori yang
pertama yaitu Teknik observasi kemudian yang kedua
menggunakan Teknik libat cakap. Berdasarkan hasil penelitian
objek penelitian kali ini lebih mendominasi dalam beberapa
indikator diantaranya Menimbang rasa, berempati, sesuai situasi,
rendah hati, sikap hormat dan tepak salera.

Terkirim : ; Revisi: ; Diterima:


©Ghâncaran: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Tadris Bahasa Indonesia
Institut Agama Islam Negeri Madura, Indonesia

PENDAHULUAN
Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang dilakukan antar manusia
Ketika berinteraksi dimana Bahasa ini berupa bunyi ujar yang dihasilkan oleh alat ucap
manusia. Bahasa dalam fungsinya sebagai alat komunikasi keberadaannya sangat
penting di Masyarakat. Menurut Devitt & Hanley (2006:1); menjelaskan bahwa Bahasa

1
Nama Penulis

juga merupakan pesan yang disampaikan dalam bentuk ekspresi sebagai salah satu
alat komunikasi pada situasi tertentu dalam berbagai aktivitas. Dalam hal ini ekspresi
berkaitan dengan unsur-unsur segmental dan suprasegmental baik itu secara lisan atau
tulisan sehingga sebuah kalimat akan bisa berfungsi sebagai alat komunikasi dengan
pesan yang berbeda apabila digunakan dengan ekspresi yang berbeda. Bahasa juga
berupa sistem, berbentuk lambang, berbentuk bunyi, bersifat arbitrer, bermakna,
konfensional dan juga berfungsi sebagai identitas penutur.
Manusia menggunakan bahasa untuk berinteraksi dan bersosialisasi
denganharapan terjadi keharmonisan dalam masyarakat. Akan tetapi penggunaan
bahasa ini tidak semudah yang dibayangkan. Hal ini terjadi karena dalam
berkomunikasi harus memperhatikan mitra tutur dan situasi tuturan agar tujuan dari
komunikasi dapat tersampaikan dengan baik. Masyarakat harus memperhatikan sopan
santun dalam berbicara jangan sampai mengeluarkan kata-kata yang menyinggung
perasaan atau kehormatan orang lain.
Kesantunan, kesopan santunan atau etika adalah salah satu tata cara bagi
Masyarakat baik dalam berinteraksi. Kesantunan juga dijadikan sebagai aturan yang
telah ditetapkan oleh Masyarakat, kesantunan juga dijadikan sebagai prasyarat yang
telah disepakati oleh perilaku sosial. Beberapa pakar telah mengungkapkan bahwa
kesantunan dibagi menjadi tiga pengelompokan, yaitu kesantunan berpakaian,
kesantunan perbuatan, dan yang terakhir yaitu kesantunan dalam bertutur atau
berbahasa.

Salah satu kesantunan yang perlu diperhatikan dalam berinteraksi dengan


masyarakat yaitu kesantunan dalam berbahasa, Ketika berkomunikasi dengan orang
lain kesantunan berbahasa perlu diperhatikan. Etika atau kesantunan berbahasa itu
sendiri erat kaitanya dengan norma-norma yang berlaku dalam Masyarakat, etika
berbahasa ini antara lain juga mengatur apa yang harus dikatakan pada waktu dan
keadaan tertentu dan dalam ragam Bahasa apa yang harus digunakan dalam situasi
tertentu. Kesantunan berbahasa dapat dipandang juga sebagai usaha untuk
menghindari konflik antara penutur dan lawan tutur, selain itu faktor konteks juga
memyebabkan kesantunan berbahasa perlu diterapkan baik dalam suasana formal atau
non formal dimana sangat menekankan kesantunan berbahasa tersebut. Menurut
Brown dan levinson kesantunan berbahasa dimaknai sebagai usaha penutur untuk
menjaga harga diri atau wajah baik penutur atau mitra tutur.

Ghâncaran: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia; Vol. 2 No.1, 2020
2
Nama Penulis

Kesantunan berbahasa harus dimiliki semua orang dan harus ditekuni dengan baik.
Karena dengan berbahasa secara santun maka orang akan mudah di hargai dan di
hormati oleh orang lain. Berbahasa secara baik, benar, dan santun dapat menjadi
kebiasaan dan dapat membentuk perilaku seseorang menjadi lebih baik. Setiap daerah
memungkinkan mempunyai definisi operasional tersendiri mengenai kesantunan
berbahasa yakni kapan tuturan tersebut dikatakan sopan ataupun sebaliknya.

Tidak hanya dalam berinterkasi dalam Masyarakat biasa kesantunan berbahasa


juga perlu diperhatikan dalam lingkungan sekolah selama pembelajaran berlangsung,
dimana kesantunan berbahasa menjadi salah satu aspek kebahasaan yang daopat
mengembangkan atau meningkatkan emosional siswa dalam berinterkasi dengan
lawan tuturnya. Kesantunan berbahasa yang dinilai yaitu bagaimana mereka berbahasa
yang baik dan benar baik secara lisan atau tulisan. Sekolah merupakan lingkungan
yang memiliki fungsi dan peran strategis dalam melahirkan generasi – generasi masa
depan yang terampil berbahasa Indonesia secara baik, benar, dan santun. Guru
bahasa Indonesia harus mampu mengajarkan aspek keterampilan berbicara melalui
interaksi belajar mengajar.

Dalam penelitian kali ini, peneliti memfokuskan tentang bentuk-bentuk pematuhan


kesantunan berbahasa yang digunakan oleh siswa MTs. Nahdliyatul Islamiyah kelas
VIII dalam kegiatan pembelajaran berlangsung. Adapun penemuan dalam penelitian ini
berupa kesantunan berbahasa yang digunakan oleh penutur untuk berkomunikasi
dengan mitra tutur. Penelitian ini mengacu pada indicator kesantunan berbahasa
menurut Pranowo yang memiliki 6 indikator kesantunan yaitu angon rasa, adu rasa,
empan papan, sifat rendah hati, sikap hormat, tepa selira.

METODE
Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu menggunakan metode deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif kualitatif adalah metode paparan hasil
temuan berdasarkan fakta yang diperoleh berdasarkan data yang dikumpulkan
dilapangan, dan data yang dikumpulkan dari penelitian ini yaitu dari hasil observasi
dilapangan secara langsung. Menurut Tohirin (2013:3) penelitian kualitatif adalah
penelitian yang memahami berbagai fenomena yang dialami oleh subjek penelitian dan
dapat dideskripsikan menggunakan kat-kata sedangkan penelitian deskriptif adalah
penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi, atau hal-hal lain yang
sudah disebutkan yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. Penelitian

Ghâncaran: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia; Vol. 2 No.1, 2020 3
Nama Penulis

ini dilakukan disekolah Mts. Nahdliyatul Islamiyah, dengan sampel penelitian ini kurang
lebih sebanyak 20 responden.
Kajian penelitian ini memfokuskan pada tuturan yang terkait dalam kesantunan
berbahasa yang dilakukan oleh siswa kelas VIII terhadap guru. Teknik dalam
pengambilan data yang diambil oleh peneliti yakni melalui beberapa Langkah, yang
pertama Teknik observasi dimana Teknik ini dilakukan dengan mengamati objek
penelitian yang telah ditentukan . kemudian Teknik kedua yaitu Teknik Simak libat
cakap, teknik penelitian ini yaitu peneliti juga ikut terlibat dalam percakapan dengan
objek penelitian tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan penelitian ini membahas tentang bentuk-bentuk pematuhan serta
penggunaan kesantunan berbahasa yang dilakukan siswa kelas VIII MTs. Nahdliyatul
Islamiyah pada proses pembelajaran. Adapun indikator kesantunan berbahasa menurut
Pranowo dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. Angon rasa (menimbang rasa) sebanyak 3 data, yaitu komunikasi yang
dilakukan penutur dengan menjaga perasaan mitra tutur sehingga ketika
bertutur dapat membuat hati mitra tutur berkenan. Seperti tuturan berikut:
Data 3 : “Ngereng pak abdhina se noleseh ke papan, niser sampean lessoh
ampon deri ghellek se ngajher”
(Mari pak saya aja yang nulis ke papan, kasian bapak sudah cape
ngajar dari tadi)
Tuturan pada data 3 tersebut memperlihatkan pemahaman dan pengertian
penutur (murid) terhadap mitra tutur (guru) yang sudah cape mengajar dari tadi.
sehingga penutur (murid) meminta sendiri untuk menulisnya ke papan karena kasihan
terhadap mitra tutur (guru).
b. Adu rasa (berempati) sebanyak 2 data, artinya penutur mempertemukan
perasaanya dengan perasaan mitra tutur sehingga isi komunikasi sama-sama
dikehendaki karena sama-sama diinginkan. Seperti tuturan berikut:
Data 2: “kammah pak kaulah se ngapuseh”
(Mana pak saya aja yang ngehapus)
Tuturan di atas tersebut menunjukkan adu rasa (berempati) penutur terhadap
mitra tutur. Waktu itu mitra tutur (guru) sedang menghapus papan sendiri
kemudian penutur (murid) langsung meminta terhadap mitra tutur untuk

Ghâncaran: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia; Vol. 2 No.1, 2020
4
Nama Penulis

memberikan penghapusnya, kemudian mitra tutur mengehendaki permintaan


penutur.
c. Empan papan (sesuai situasi) sebanyak 2 data, penutur dapat menjaga
tuturannya sehingga kapan suatu pokok masalah perlu disampaikan harus
diperhitungkan situasi dan kondisinya. Seperti tuturan berikut:
Data 1: “ambu jhak mirammi kanak niser bapak se ajellas aghi, jhak abhenta
dhibik”
(Sudah jangan rame teman-teman kasihan bapak yang menjelaskan,
jangan berbicara seenaknya).
Tuturan di atas tersebut menunjukkan bahwa penutur (murid) sangat
memperhatikan situasi yang sangat gaduh saat gurunya menjelaskan sehingga penutur
(murid) meminta teman-temannya untuk tidak gaduh dan berbicara seenaknya.
d. Rendah hati sebanyak 2 data, yaitu tuturan yang menunjukkan ketidakmampuan
penutur dihadapan mitra tutur. Seperti tuturan berikut:
Data 2: “nyuun saporah bu manabi nilai abdhina sakonik, kaentoh ampon usaha
abdhina”.
(Mohon maaf bu apabila nilai saya kecil, itu semua sudah usaha keras
saya)
Tuturan di atas menunjukkan penutur yang sangat rendah hati terhadap mitra
tutur yang mendapatkan nilai kecil.
e. Sikap hormat sebanyak 2 data, yaitu tuturan yang memperlihatkan mitra tutur
diposisikan pada tempat yang lebih tinggi. Seperti tuturan berikut:
Data 1: “abdhina nyuun izin pak ke jeddengah asenniyah”
( Saya izin pak ma uke kamar mandi buang air kecil)
Data 2: “Tak langkong ibu nyuuna lebet
(Mohon maaf izin lewat ibu)
Tuturan di atas menunjukkan penutur memiliki sikap hormat terhadap mitra tutur
yang menganggap keberadaan gurunya di depan sehingga meminta izin untuk
pergi ke kamar mandi. Juga, tuturan ke dua juga menunjukkan sikap hormat
penutur terhadap mitra tutur yang sedang berada di depan kelas sehingga
penutur memberikan sikap hormat ketika lewat di depan mitra tutur.
f. Tepa selira (empati) sebanyak 1 data, yaitu tuturan yang memperlihatkan bahwa
apa yang dikatakan kepada mitra tutur juga dirasakan oleh menutur. Seperti
tuturan berikut.

Ghâncaran: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia; Vol. 2 No.1, 2020 5
Nama Penulis

Data 1: “kaentoh pak aeng manis takok sampeyan arjheng niser la ampon
ajelassa aghi peghellek”
(Ini pak air manis untuk bapak, kasihan bapak takut haus karena dari
tadi menjelaskan)
Tuturan di atas menunjukkan tepa selira kepada mitra tutur yang
memperlihatkan rasa empati penutur terhadap mitra tutur, di mana penutur
merasakan apa yang dirasakan oleh mitra tutur waktu itu.

SIMPULAN
Kesantunan berbahasa yang terjadi pada siswa akan tampak saat menjalin
interaksi dengansiswa lain ataupun dengan guru baik dalam konteks pembelajaran
maupun diluar konteks pembelajaran. Dengan berdasarkan hasil pembahasan diatas
dapat disimpulkan bahwa kesantunan berbahasa yang digunakan oleh siswa kelas VIII
MTs Nahdliyatul Islamiyah lebih banyak mematuhi prinsip kesantunan berbahasa
menurut pranowo. Yakni Menimbang rasa, berempati, sesuai situasi, rendah hati, sikap
hormat dan tepak salera. Dan dalam pemerolehan data yang telah dianalisis
kesantunan berbahasa yang digunakan oleh siswa kelas VIII telah memenuhi capaian
yaitu bertutur dengan santun.

DAFTAR RUJUKAN
Brown, P. and Levinson, S. (1987). Politeness:some universals in language usage.
Cambridge: Cambridge university press
Devitt, M. & Hanley, R. (2006). The Blackwell guide to the philosophy of language. USA:
Blackwell publishing Ltd.

https://jurnal.umk.ac.id/index.php/kredo/article/download/2557/1479

Pranowo, (2021). Berbahasa dengan santun. Yogyakarta:Pustaka belajar cetakan ke-3

Tohirin, (1967). Metode penelitian kualitatif dalam Pendidikan dan bimbingan konseling.
Jakarta : Rajawali pers

Yusril, (2016). ilmu pragmatik dalam perspektif kesopanan berbahasa. Yogyakarta :


depublish.

Ghâncaran: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia; Vol. 2 No.1, 2020
6

Das könnte Ihnen auch gefallen