Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
َقاَل َرُس وُل اِهلل صلى اهلل عليه: َعْن ُأِّم ا ْؤ ِمِنَنْي ُأِّم َعْبِد اِهلل َعاِئَش َة رضي اهلل عنها َقاَلْت
ُمل
. َمْن َأْح َدَث يِف َأْم ِر َنا هذا َم ا َلْيَس ِم ْنُه َفُه َو َر ُّد: و سلم
Dari Ummul Mu’minin, Ummu ‘Abdillah, ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha, ia
berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Barangsiapa yang
mengada-adakan dalam urusan (agama) kami ini yang bukan berasal darinya,
maka amalan tersebut tertolak’.” (HR. Bukhari dan Muslim)
b. Hadist Arba’in 6
a) Pertemuan 1
ِمَس ْعُت َرُس ْو َل اِهلل َص َّلى: َعْن َأيِب َعْب ِد اِهلل الُّنْع َم ان ْبِن َبِش ٍرْي َر ِض َي اُهلل َعْنُه َم ا َق اَل
ِه ِلِه
ِإَّن اَحلَالَل َبٌنِّي َو ِإَّن احَل َر اَم َبٌنِّي َو َبْيَنُه َم ا ُأُمْو ٌر ُمْش َتِبَه اٌت: اُهلل َعَلْي َو آ َو َس َّلَم َيُقْو ُل
ِلِد ِنِه ِع ِض ِه ِت ِد ِث ِم
َال َيْع َلُم ُه َّن َك ْيٌر َن الَّناِس َفَم ِن اَّتَق ى الُّش ُبَه ا َفَق اْس َتْبَر َأ ْي َو ْر َو َمْن َو َق َع
يِف الُّش ُبَه اِت َو َق َع يِف اَحلَر اِم َك الَّر اِعي َيْر َعى َح ْو َل اِحلَم ى ُيْو ِش ُك َأْن َيْر َت َع ِفْي ِه َأَّال
…ِو ِإَّن ِلُك ِّل َم ِلٍك ًمِحى َأَال َو ِإَّن َمِحى اِهلل َحَماِر ُمُه
Dari Abu ‘Abdillah An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata
bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya yang halal itu jelas, sebagaimana yang haram pun jelas. Di
antara keduanya terdapat perkara syubhat–yang masih samar–yang tidak
diketahui oleh kebanyakan orang. Barangsiapa yang menghindarkan diri dari
perkara syubhat, maka ia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya.
Barangsiapa yang terjerumus ke dalam perkara syubhat, maka ia bisa
terjatuh pada perkara haram. Sebagaimana ada penggembala yang
menggembalakan ternaknya di sekitar tanah larangan yang hampir
menjerumuskannya. Ketahuilah, setiap raja memiliki tanah larangan dan
tanah larangan Allah di bumi ini adalah perkara-perkara yang diharamkan-
Nya.
b) Pertemuan 2
َأاَل َو ِإَّن يِف اَجلَس ِد ُمْض َغًة ِإَذا َص ُلَح ْت َص ُلَح اَجلَس ُد ُك ُّل ُه َو ِإَذا َفَس َد ْت َفَس َد اَجلَس ُد
ِل ِر ِه
ُك ُّلُه َأاَل َو َي الَق ْلُب – َرَو اُه الُبَخ ا ي َو ُمْس ٌم
“Ingatlah di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka seluruh
jasad akan ikut baik. Jika ia rusak, maka seluruh jasad akan ikut rusak.
Ingatlah segumpal daging itu adalah hati (jantung).” (HR. Bukhari dan
Muslim) [HR. Bukhari no. 2051 dan Muslim no. 1599]
َعِش َتَك ٱۡل َأۡق ِبَني () ٱۡخ ِف ۡض َج َناَح َك ِل ِن ٱَّتَبَع َك ِم ٱۡل ۡؤ ِمِنَني () َف ِإۡن َو َأنِذۡر
َن ُم َم َو َر َري
)( َّمِّما َتۡع َم ُلوَنَٞفُقۡل ِإيِّن َبِر ٓي ء َعَص ۡو َك
214. Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat
215. Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu
orang-orang yang beriman
216. Jika mereka mendurhakaimu maka katakanlah: “sesungguhnya aku tidak
bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan”
Langkah pertama yang dilakukan Rasulullah saw. setelah turun ayat di atas
ialah mengundang Bani Hasyim. Mereka memenuhi undangan ini, yaitu beberapa
orang dari Bani Al-Muththalib bin Abdi Manaf, yang jumlahnya ada 45 orang.
Dalam pertemuan pertama ini Abu Lahab angkat bicara mendahului Rasulullah
saw. sehingga Rasulullah saw. hanya diam dan sama sekali tidak berbicara dalam
pertemuan itu.
Kemudian beliau mengundang mereka untuk yang kedua kalinya, dan dalam
pertemuan itu beliau bersabda, “segala puji bagi Allah dan aku memuji-Nya,
memohon pertolongan, percaya dan tawakkal kepada-Nya. Aku bersaksi bahwa
tiada Tuhan selain Allah semata yang tiada sekutu bagi-Nya.” Kemudian beliau
melanjutkan lagi, “Sesungguhnya seorang pemandu itu tidak akan mendustakan
keluarganya. Demi Allah yang tiada Tuhan selain Dia, sesungguhnya aku adalah
utusan Allah kepada kalian secara khusus dan kepada manusia secara umum.
Demi Allah, kalian benar-benar akan mati layaknya sedang tidur nyenyak dan
akan dibangkitkan lagi layaknya bangun tidur. Kalian akan benar-benar dihisab
terhadap apa pun yang kalian perbuat, lalu di sana ada surga yang abadi dan
neraka yang abadi pula.”
Abu Thalib berkata, “kami tidak suka menolongmu, menjadi penasehatmu
dan membenarkan perkataanmu. Orang-orang yang menjadi Bani bapakmu ini
sudah sepakat. Aku hanyalah segelintir orang di antara mereka. Namun akulah
orang yang pertama kali mendukung apa yang engkau sukai. Maka lanjutkan apa
yang diperintahkan kepada-Mu. Demi Allah, aku senantiasa akan menjaga dan
melindungimu, namun aku tidak mempunyai pilihan lain untuk meninggalkan
agama Bani Abdul Muththalib.”
Abu Lahab berkata, “Demi Allah, ini adalah kabar buruk. Ambillah tindakan
terhadap dirinya sebelum orang lain yang melakukannya.”
Abu Thalib menimpali, “Demi Allah kami akan tetap melindungi selagi kami
masih hidup.”
f. Ajakan kepada Masyarakat Mekah
Setelah Nabi saw. merasa yakin terhadap janji Abu Thalib untuk melindungi
dalam menyampaikan wahyu dari Allah, maka suatu hari beliau berdiri di atas
bukit Shafa, lalu berseru, “Wahai semua orang!” maka semua suku Quraisy
berkumpul memenuhi seruan beliau, lalu beliau mengajak mereka kepada tauhid
dan iman kepada risalah beliau serta iman kepada Hari Akhirat.
Al-Bukhari telah meriwayatkan sebagian dari kisah ini, dari Ibnu Abbas, dia
berkata, “Tatkala turun ayat, ‘dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu
yang terdekat”, maka Nabi saw. naik ke bukit Shafa, lalu berseru, ‘Wahai Bani
Fihr, Wahai Bani ‘Adi!’ yang ditujukan kepada semua suku Quraisy, hingga
mereka berkumpul semua. Jika ada seseorang yang berhalangan hadir, maka dia
mengirim utusan untuk melihat apa yang sedang terjadi. Abu Lahab beserta para
pemuka Quraisy juga ikut datang.
Beliau melanjutkan, “Apa pendapat kalian jika ku kabarkan bahwa di lembah
ini ada pasukan berkuda yang mengepung kalian, apakah kalian percaya
kepadaku?”
“Benar,” jawab mereka, “kami tidak pernah mempunyai pengalaman
bersama engkau kecuali kejujuran.”
Beliau bersabda, “Sesungguhnya aku memberi peringatan kepada kalian
sebelum datangnya adzab yang pedih.”
Abu Lahab berkata, “Celakalah engkau untuk selama-lamanya. Untuk inikah
engkau mengumpulkan kami?”
Lalu turun ayat:
َتَّبۡت َي َد ٓا َأيِب َهَلبٖ َو َتَّب () َم ٓا َأۡغ ٰىَن َعۡن ُه َم اُل ۥُه َو َم ا َك َس َب () َسَيۡص َلٰى َن ارٗا َذاَت
)( ل ِّم ن َّم َس ِۢدٞ َهَلبٖ() َو ٱۡم َر َأُت ۥُه َّمَحاَلَة ٱۡل َح َطِب () يِف ِج يِدَه ا َح ۡب
1. Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia telah binasa
2. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan
3. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak
4. Dengan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar
5. Yang di lehernya ada tali dari sabut
g. Menyampaikan Kebenaran Secara Terang-terangan dan Menentang
Tindakan Orang-orang Musyrik
Seruan beliau terus bergema di seantero Mekah, hingga kemudian turun ayat:
Allah Swt. berfirman dalam QS. al-A'raf ayat 26 yang berbunyi: “Hai anak
Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup
auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling
baik.”
7. Mengetahui dan menerapkan Adab berdoa sebelum makan, minum dan tidak berdiri
َو َنْف ُس َك ِإْن َأْش َغْلَتَه ا ِباَحْلِّق َو ِإَّال اْش َتَغَلْتَك ِباْلَباِط ِل، اْلَو ْقُت َس ْيٌف َفِإْن ْمَل َتْق َطْعُه َقَطَعَك
“Waktu ibarat pedang, jika engkau tidak menebasnya maka ialah yang akan menebas”
QS. Al-Asr
“Demi masa. Sesungguhnya manusia dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman
dan beramal shaleh serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk
kesabaran.”
3. Membiasakan hidup rapi teratur dan mampu menjaga barang miliknya
Menurut Bahasa rapi artinya bersih, indah untuk dilihat. Contohnya rapi dalam
berpakaian, meletakkan barang di tempatnya, menjaga barang milik sendiri, memakai
pakaian yang bersih, harum, dan tidak kusut.
Sebagaimana sabda Rasulullah saw.:
Ayah My Father
Ibu My Mother
Ibu ُأِمْي