Sie sind auf Seite 1von 27

MODUL 3

A. Memiliki Wawasan Yang Luas


1. Hadist
a. Hadist Arba’in 5

‫ َقاَل َرُس وُل اِهلل صلى اهلل عليه‬: ‫َعْن ُأِّم ا ْؤ ِمِنَنْي ُأِّم َعْبِد اِهلل َعاِئَش َة رضي اهلل عنها َقاَلْت‬
‫ُمل‬
.‫ َمْن َأْح َدَث يِف َأْم ِر َنا هذا َم ا َلْيَس ِم ْنُه َفُه َو َر ُّد‬: ‫و سلم‬
Dari Ummul Mu’minin, Ummu ‘Abdillah, ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha, ia
berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Barangsiapa yang
mengada-adakan dalam urusan (agama) kami ini yang bukan berasal darinya,
maka amalan tersebut tertolak’.” (HR. Bukhari dan Muslim)
b. Hadist Arba’in 6
a) Pertemuan 1

‫ ِمَس ْعُت َرُس ْو َل اِهلل َص َّلى‬: ‫َعْن َأيِب َعْب ِد اِهلل الُّنْع َم ان ْبِن َبِش ٍرْي َر ِض َي اُهلل َعْنُه َم ا َق اَل‬
‫ِه ِلِه‬
‫ ِإَّن اَحلَالَل َبٌنِّي َو ِإَّن احَل َر اَم َبٌنِّي َو َبْيَنُه َم ا ُأُمْو ٌر ُمْش َتِبَه اٌت‬: ‫اُهلل َعَلْي َو آ َو َس َّلَم َيُقْو ُل‬
‫ِلِد ِنِه ِع ِض ِه‬ ‫ِت ِد‬ ‫ِث ِم‬
‫َال َيْع َلُم ُه َّن َك ْيٌر َن الَّناِس َفَم ِن اَّتَق ى الُّش ُبَه ا َفَق اْس َتْبَر َأ ْي َو ْر َو َمْن َو َق َع‬
‫يِف الُّش ُبَه اِت َو َق َع يِف اَحلَر اِم َك الَّر اِعي َيْر َعى َح ْو َل اِحلَم ى ُيْو ِش ُك َأْن َيْر َت َع ِفْي ِه َأَّال‬
…‫ِو ِإَّن ِلُك ِّل َم ِلٍك ًمِحى َأَال َو ِإَّن َمِحى اِهلل َحَماِر ُمُه‬
Dari Abu ‘Abdillah An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata
bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya yang halal itu jelas, sebagaimana yang haram pun jelas. Di
antara keduanya terdapat perkara syubhat–yang masih samar–yang tidak
diketahui oleh kebanyakan orang. Barangsiapa yang menghindarkan diri dari
perkara syubhat, maka ia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya.
Barangsiapa yang terjerumus ke dalam perkara syubhat, maka ia bisa
terjatuh pada perkara haram. Sebagaimana ada penggembala yang
menggembalakan ternaknya di sekitar tanah larangan yang hampir
menjerumuskannya. Ketahuilah, setiap raja memiliki tanah larangan dan
tanah larangan Allah di bumi ini adalah perkara-perkara yang diharamkan-
Nya.
b) Pertemuan 2

‫َأاَل َو ِإَّن يِف اَجلَس ِد ُمْض َغًة ِإَذا َص ُلَح ْت َص ُلَح اَجلَس ُد ُك ُّل ُه َو ِإَذا َفَس َد ْت َفَس َد اَجلَس ُد‬
‫ِل‬ ‫ِر‬ ‫ِه‬
‫ُك ُّلُه َأاَل َو َي الَق ْلُب – َرَو اُه الُبَخ ا ي َو ُمْس ٌم‬
“Ingatlah di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka seluruh
jasad akan ikut baik. Jika ia rusak, maka seluruh jasad akan ikut rusak.
Ingatlah segumpal daging itu adalah hati (jantung).” (HR. Bukhari dan
Muslim) [HR. Bukhari no. 2051 dan Muslim no. 1599]

B. Priode Mekah, Sembunyi-sembunyi, Terang-terangan


1. Sirah Nabawiyah
a. Priode dan Tahapan Dakwah
Kita bisa membagi masa dakwah Rasulullah saw. menjadi dua periode, yang
satu sama lain sangat berbeda, yaitu:
1) Periode Mekah, berjalan kira-kira selama 13 tahun
2) Periode Madinah, berjalan selama 10 tahun penuh
Setiap priode memiliki tapan-tahapan tersendiri, dengan kekhususannya
masing-masing, yang berbeda satu sama lain. Hal ini tampak jelas setelah
meneliti berbagai unsur yang menyertai dakwah itu selama dua priode secara
mendetail.
Periode Mekah dapat dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu:
1) Tahapan dakwah secara sembunyi-sembunyi, yang berjalan selama 3 tahun
2) Tahapan dakwah secara terang-terangan di tengah penduduk Mekah, yang
dimulai sejak tahun ke-4 dari Nubuwah hingga akhir tahun ke-10
3) Tahapan dakwah di luar Mekah dan penyebarannya, yang dimulai dari tahun
ke-10 dari nubuwah hingga hijrah ke Madinah.
b. Tahapan Pertama, Tiga Tahun Dakwah Secara Sembunyi-Sembunyi
Sebagaimana yang sudah diketahui, Mekah merupakan sentral agama bangsa
Arab. Di sana ada peribadatan Ka’bah dan penyembahan terhadap berhala dan
patung-patung yang disucikan seluruh bangsa Arab. Cita-cita untuk memperbaiki
keadaan mereka tentu bertambah sulit dan berat jika orang yang hendak
mengadakan perbaikan jauh dari lingkungan mereka. Hal ini membutuhkan
kemauan keras yang tidak bisa diguncang musibah dan kesulitan. Maka dalam
menghadapi kondisi seperti ini, tindakan yang paling bijaksana adalah tidak kaget
karena tiba-tiba menghadapi sesuatu yang menggusarkan mereka.
Diriwayatkan bahwa ketika turun perintah menyampaikan peringatan oleh
wahyu kedua ini, Nabi saw. menyampaikan kepada Khadijah bahwa masa serius
telah dimulai.
Memang perintah di sini belum ditujukan secara khusus kepada siapa pun.
Yang penting adalah memulai memberikan peringatan. Memulainya terserah
kepada Rasulullah saw. ditujukan kepada siapa saja. Namun dari perintah
“membersihkan pakaian” dapat dipahami bahwa yang pertama adalah “pakaian”
Nabi, dalam hal ini istri dan orang-orang di rumah beliau.
Sejarah memberitakan bahwa realisasi perintah itu dilaksanakan oleh
Rasulullah saw. dalam bentuk rahasia yang ditujukan kepada orang-orang
tertentu, baik keluarga beliau maupun teman-teman yang beliau anggap dapat
menerima ajaran Islam atau minimal tidak menimbulkan reaksi yang dapat
menghalangi lajunya dakwah.
c. Orang-orang Pertama yang Memeluk Islam
Sangat lumrah jika Rasulullah saw. menampakkan Islam pada awal mulanya
kepada orang yang paling dekat dengan beliau, anggota keluarganya dan sahabat-
sahabat karib beliau. Beliau menyeru mereka kepada Islam, juga menyeru siapa
pun yang dirasa memiliki kebaikan, yang sudah beliau kenal secara baik dan
mereka pun mengenal beliau secara baik..
Dalam Tarikh Islam, mereka dikenal dengan sebutan As-Sabiqunal Awwalun
(yang terdahulu dan pertama-tama masuk Islam). Mereka adalah istri beliau,
Ummul Mukminin Khadijah binti Khuwailid, pembantu beliau, Zaid bin Haritsah
bin Syurahbil Al-Kalby, anak paman beliau, Ali bin Abu Thalib, yang saat itu
masih anak-anak dan hidup dalam asuhan beliau dan sahabat karib beliau, Abu
Bakar Ash-Shiddiq. Mereka ini masuk Islam pada hari pertama dimulainya
dakwah.
Kemudian Abu Bakar menyeru orang-orang dari kaumnya yang biasa duduk-
duduk bersamanya dan yang dapat dipercayai. Berkat seruannya, ada beberapa
orang yang masuk Islam, yaitu Utsman bin Affan Al-Umawi, Az-Zubair bin Al-
Awwam Al-Asadi, Abdurrahman bin ‘Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash Az-Zuhriyah
dan Thalhah bin Ubaidillah At-Taimi.
Kawanan lain yang juga lebih dahulu masuk Islam adalalah Bilal bin Rabbah
Al-Habsyi, Abu Ubaidillah Amir bin Al-Jarrah, Abu Salamah bin Abdul Asad,
Al-Arqam bin Abil-Arqam Al-Makhzumi dan masih banyak lagi. Mereka ini juga
disebut As-Sabiqunal Awwalun, yang semuanya berasal dari kabilah Quraisy.
Ibnu Hisyam menghitung jumlah mereka lebih dari 40 orang. Namun siapa-siapa
yang selain disebutkan di atas perlu diteliti lagi.
Mereka masuk Islam secara sembunyi-sembunyi. Rasulullah saw. menemui
mereka dan mengajarkan agama secara kucing-kucingan. Sebab, dakwah saat itu
dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan perorangan. Wahyu diturunkan sedikit
demi sedikit lalu berhenti setelah turunnya awal surat al-Muddatstsir. Ayat-ayat
dan potongan surat yang turun saat itu berupa ayat-ayat pendek.
d. Orang-orang Quraisy Mendengar Kabar Secara Global
Setelah melihat beberapa kejadian di sana-sini, ternyata dakwah Islam sudah
didengar orang-orang Quraisy pada tahapan ini, sekalipun dakwah itu masih
dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan perorangan. Namun merak tidak ambil
peduli.
Muhammad Al-Ghazali menuturkan, kabar tentang dakwah Islam ini sudah
mulai menyebar di kalangan orang-orang Quraisy, namun mereka tidak ambil
peduli. Sebab mereka mengira bahwa Muhammad hanya salah seorang di antara
mereka yang peduli terhadap urusan agama, yang suka berbicara tentang masalah
ketuhanan dan hak-haknya, seperti yang biasa dilakukan Umayyah bin Ash-
Shallat, Qus bin Sa’idah, Amr bin Nufail dan orang-orang yang lain. Tapi lama-
kelamaan ada pula perasaan khawatir yang mulai menghantui mereka karena
pengaruh tindakan beliau. Oleh karena itu mereka mulai menaruh perhatian
terhadap dakwah beliau.
Selama tiga tahun dakwah masih dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan
perorangan. Selama jangka waktu ini telah terbentuk sekelompok orang-orang
Mukmin yang senantiasa menguatkan hubungan persaudaraan dan saling bahu
membahu. Penyampaian dakwah terus dilakukan, hingga turun wahyu yang
mengharuskan Rasulullah saw. menampakkan dakwah kepada kaumnya,
menjelaskan kebatilan mereka dan menyerang berhala-berhala sesembahan
mereka.
e. Tahapan kedua, Dakwah Secara Terang-Terangan
Setelah sekian lama berdakwah secara tertutup dan rahasia, turun firman
Allah yang memerintahkan untuk memberi peringatan kepada keluarga besar
beliau yang terdekat:

‫َعِش َتَك ٱۡل َأۡق ِبَني () ٱۡخ ِف ۡض َج َناَح َك ِل ِن ٱَّتَبَع َك ِم ٱۡل ۡؤ ِمِنَني () َف ِإۡن‬ ‫َو َأنِذۡر‬
‫َن ُم‬ ‫َم‬ ‫َو‬ ‫َر‬ ‫َري‬
)( ‫ َّمِّما َتۡع َم ُلوَن‬ٞ‫َفُقۡل ِإيِّن َبِر ٓي ء‬ ‫َعَص ۡو َك‬
214. Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat
215. Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu
orang-orang yang beriman
216. Jika mereka mendurhakaimu maka katakanlah: “sesungguhnya aku tidak
bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan”
Langkah pertama yang dilakukan Rasulullah saw. setelah turun ayat di atas
ialah mengundang Bani Hasyim. Mereka memenuhi undangan ini, yaitu beberapa
orang dari Bani Al-Muththalib bin Abdi Manaf, yang jumlahnya ada 45 orang.
Dalam pertemuan pertama ini Abu Lahab angkat bicara mendahului Rasulullah
saw. sehingga Rasulullah saw. hanya diam dan sama sekali tidak berbicara dalam
pertemuan itu.
Kemudian beliau mengundang mereka untuk yang kedua kalinya, dan dalam
pertemuan itu beliau bersabda, “segala puji bagi Allah dan aku memuji-Nya,
memohon pertolongan, percaya dan tawakkal kepada-Nya. Aku bersaksi bahwa
tiada Tuhan selain Allah semata yang tiada sekutu bagi-Nya.” Kemudian beliau
melanjutkan lagi, “Sesungguhnya seorang pemandu itu tidak akan mendustakan
keluarganya. Demi Allah yang tiada Tuhan selain Dia, sesungguhnya aku adalah
utusan Allah kepada kalian secara khusus dan kepada manusia secara umum.
Demi Allah, kalian benar-benar akan mati layaknya sedang tidur nyenyak dan
akan dibangkitkan lagi layaknya bangun tidur. Kalian akan benar-benar dihisab
terhadap apa pun yang kalian perbuat, lalu di sana ada surga yang abadi dan
neraka yang abadi pula.”
Abu Thalib berkata, “kami tidak suka menolongmu, menjadi penasehatmu
dan membenarkan perkataanmu. Orang-orang yang menjadi Bani bapakmu ini
sudah sepakat. Aku hanyalah segelintir orang di antara mereka. Namun akulah
orang yang pertama kali mendukung apa yang engkau sukai. Maka lanjutkan apa
yang diperintahkan kepada-Mu. Demi Allah, aku senantiasa akan menjaga dan
melindungimu, namun aku tidak mempunyai pilihan lain untuk meninggalkan
agama Bani Abdul Muththalib.”
Abu Lahab berkata, “Demi Allah, ini adalah kabar buruk. Ambillah tindakan
terhadap dirinya sebelum orang lain yang melakukannya.”
Abu Thalib menimpali, “Demi Allah kami akan tetap melindungi selagi kami
masih hidup.”
f. Ajakan kepada Masyarakat Mekah
Setelah Nabi saw. merasa yakin terhadap janji Abu Thalib untuk melindungi
dalam menyampaikan wahyu dari Allah, maka suatu hari beliau berdiri di atas
bukit Shafa, lalu berseru, “Wahai semua orang!” maka semua suku Quraisy
berkumpul memenuhi seruan beliau, lalu beliau mengajak mereka kepada tauhid
dan iman kepada risalah beliau serta iman kepada Hari Akhirat.
Al-Bukhari telah meriwayatkan sebagian dari kisah ini, dari Ibnu Abbas, dia
berkata, “Tatkala turun ayat, ‘dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu
yang terdekat”, maka Nabi saw. naik ke bukit Shafa, lalu berseru, ‘Wahai Bani
Fihr, Wahai Bani ‘Adi!’ yang ditujukan kepada semua suku Quraisy, hingga
mereka berkumpul semua. Jika ada seseorang yang berhalangan hadir, maka dia
mengirim utusan untuk melihat apa yang sedang terjadi. Abu Lahab beserta para
pemuka Quraisy juga ikut datang.
Beliau melanjutkan, “Apa pendapat kalian jika ku kabarkan bahwa di lembah
ini ada pasukan berkuda yang mengepung kalian, apakah kalian percaya
kepadaku?”
“Benar,” jawab mereka, “kami tidak pernah mempunyai pengalaman
bersama engkau kecuali kejujuran.”
Beliau bersabda, “Sesungguhnya aku memberi peringatan kepada kalian
sebelum datangnya adzab yang pedih.”
Abu Lahab berkata, “Celakalah engkau untuk selama-lamanya. Untuk inikah
engkau mengumpulkan kami?”
Lalu turun ayat:

‫َتَّبۡت َي َد ٓا َأيِب َهَلبٖ َو َتَّب () َم ٓا َأۡغ ٰىَن َعۡن ُه َم اُل ۥُه َو َم ا َك َس َب () َسَيۡص َلٰى َن ارٗا َذاَت‬
)( ‫ل ِّم ن َّم َس ِۢد‬ٞ ‫َهَلبٖ() َو ٱۡم َر َأُت ۥُه َّمَحاَلَة ٱۡل َح َطِب () يِف ِج يِدَه ا َح ۡب‬
1. Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia telah binasa
2. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan
3. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak
4. Dengan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar
5. Yang di lehernya ada tali dari sabut
g. Menyampaikan Kebenaran Secara Terang-terangan dan Menentang
Tindakan Orang-orang Musyrik
Seruan beliau terus bergema di seantero Mekah, hingga kemudian turun ayat:

)( ‫َفٱۡص َد ۡع َمِبا ُتۡؤ َم ُر َو َأۡع ِر ۡض َعِن ٱۡل ُم ۡش ِر ِكَني‬


94. Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang
diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik
Maka Rasulullah saw. langsung bangkit menyerang berbagai khurafat dan
kebohongan syirik, menyebutkan kedudukan berhala dan hakikatnya yang sama
sekali tidak memiliki nilai.
Mekah berpijar dengan api kemarahan, bergolak dengan keanehan dan
pengingkaran, tatkala mereka mendengar suara yang memperlihatkan kesesatan
orang-orang musyrik dan para penyembah berhala. Orang-orang Quraisy bangkit
untuk menghadang revolusi yang datang secara tak terduga ini, dan yang
dikhawatirkan akan merusak tradisi warisan mereka.
Mereka bangkit karena menyadari bahwa makna iman yang beliau serukan
adalah penafian terhadap uluhiyah selain Allah, bahwa makna iman kepada
risalah dan hari Akhirat adalah ketundukan dan kepasrahan secara total, sehingga
mereka tidak lagi mempunyai pilihan terhadap diri dan harta mereka, terlebih lagi
terhadap orang lain. Dengan kata lain, iman itu akan melumatkan kepemimpinan
dan keunggulan mereka di atas semua bangsa Arab, yang sebelum itu juga
menggunakan label agama.
h. Quraisy Mengirim Utusan kepada Abu Thalib
Setelah menguras pikiran, tidak ada jalan keluar bagi mereka kecuali
mendatangi paman beliau, Abu Thalib. Mereka meminta kepadanya agar
menghentikan segala apa pun yang dilakukan anak saudaranya.
Ibnu Ishaq menuturkan, beberapa pemuka Quraisy pergi ke tempat Abu
Thalib, lalu berkata, “Wahai Abu Thalib, sesungguhnya anak saudaramu telah
mencaci maki sesembahan kami, mencela agama kami, membodohkan harapan-
harapan kami dan menyesatkan nenek moyang kami. Engkau boleh mencegahnya
agar tidak mengganggu kami, atau biarkan antara dia dan kami, toh engkau juga
seperti kami, marilah menentangnya sehingga kita bisa mencegahnya.”
Dengan perkataan yang halus dan penolakan yang lembut Abu Thalib
menolak permintaan mereka. Maka mereka pun pulang dengan tangan hampa,
sehingga Rasulullah saw. bisa melanjutkan dakwah, menampakkan agama Allah
dan menyeru kepada-Nya.
i. Membuat Kesepakatan Bersama Melarang Orang-orang yang Menunaikan
Haji untuk Mendengarkan Dakwah Nabi Muhammad saw.
Selama masa-masa itu orang-orang Quraisy juga disibukkan urusan lain,
yaitu semakin dekatnya jarak antara dakwah secara terang-terangan dengan
musim haji. Mereka menyadari bahwa berbagai utusan dari seluruh Jazirah Arab
akan mendatangi mereka. Oleh karena itu mereka berpendapat untuk
mengeluarkan satu pernyataan resmi yang disampaikan kepada bangsa Arab
tentang status Muhammad, agar dakwah beliau tidak meninggalkan pengaruh di
dalam jiwa mereka. Mereka pun berkumpul di tempar Al-Walid bin Al-Mughirah,
memperbincangkan masalah ini.
Al-Walid berkata, “Ambil satu kesimpulan tentang masalah ini, dan jangan
sampai kalian saling berbeda pendapat, sehingga sebagian diantara kalian
mendustakan sebagian yang lain, sebagian menyanggah sebagian yang lain.”
“Pendapatmu sendiri bagaimana?” tanya mereka.
“Sampaikan dulu pendapat kalian, biar aku mendengarnya,” kara Al-Walid.
“Kita katakan saja bahwa dia adalah seorang dukun.”
“Tidak, demi Allah, dia bukanlah seorang dukun,” jawab Al-Walid, “toh kita
pernah melihat para dukun. Dia sama sekali tidak menggunakan sajak dan
mantera seperti dukun.”
“Kita katakan saja, dia orang sinting,” kata mereka.
“Dia bukanlah orang sinting,” kata Al-Walid, “toh kita sudah melihat orang-
orang sinting dan mengetahuinya. Dia tidak mengis tersedu-sedu, tidak bertindak
sekenanya dan tidak berbisik-bisik layaknya orang sinting.”
“Kita katakan saja dia seorang penyair,” kata mereka.
“Dia bukan penyair,” kata Al-Walid, “kita sudah mengetahui seluruh bentuk
syair, yang rajaz, qaridh, maqbudh, maupun mabsuth. Apa yang disampaikannya
itu bukanlah termasuk syair.”
“Kita katakan saja, dia seorang penyihir,” kata mereka.
“Dia bukanlah seorang penyihir, kata Al-Walid, “kita sudah melihat para
penyihir dan mengetahui sihir mereka. Dia tidak berkomat-kamit dan tidak
membuar buhul tali layaknya penyihir.”
“Klo begitu apa yang harus kita katakan?” mereka bertanya.
Al-Walid menjawab, “Demi Allah, perkataannya benar-benar manis
pangkalnya benar-benar cerdik, dan cabangnya benar-benar matang. Tidaklah
kalian mengucapkan sedikit saja dari perkataan tersebut melainkan dia
mengetahui bahwa itu bukanlah hal yang batil. Namun sebutan yang paling mirip
untuk dia, hendaklah kalian megatakan sebagai penyihir. Dia datang membawa
suatu perkataan menyerupai sihir yang bisa memisahkan antara seseoramg
dengan bapaknya. Dia datang membawa suatu perkataan menyerupai sihir yang
bisa memisahkan antar seseorang dengan bapaknya, seseorang dengan
saudaranya, seseorang dengan istrinya, seseorang dengan kerabat dekatnya,
sehingga kalian terpeca belah karenanya.”
Setelah semua orang yang hadir dalam pertemuan menyepakati ketetapan itu,
maka mereka memutuskannya untuk melaksanakannya. Untuk itu mereka duduk
di pinggir-pinggir jalan yang dilalui manusia tatkala datang, sehingga tak seorang
pun yang lewat melainkan mendapatkan peringatan tentang diri Muhammad dan
mereka juga menyebutkan keadaannya.
Yang mempelopori pelaksanaan ini adalah Abu Lahab. Ketika musim haji
benar-benar sudah tiba, Rasulullah saw. mendatangi manusia di tempat tinggal
mereka, di pasar Ukazh, Majannah, dan Dzil-Majaz, menyeru mereka kepada
Allah. Sementara itu, Abu Lahab menguntit di belakang beliau, sambil berkata,
“Janganlah kalian mematuhinya, karena dia orang yang keluar dari agama dan
seorang pendusta.”
Akibatnya, pada musim itu orang-orang Arab pulang ke tempat masing-
masing dengan membawa urusan Rasulullah saw. Nama beliau tersebar di seluruh
penjuru Arab.
j. Beberapa Cara Menghadang Dakwah
Tatkala orang-orang Quraisy tahu bahwa Muhammad saw. sama sekali tidak
menghentikan dakwahnya, maka mereka memeras pikirannya sekali lagi. Untuk
itu mereka memilih beberapa cara untuk membenamkan dakwah ini, yang bisa
disimpulkan dalam beberapa hal berikut ini:
1) Ejekan, penghinaan, olok-olok, dan penertawaan.
2) Menjelek-jelekkan ajaran beliau, membangkitkan keragu-raguan,
menyebarkan anggapan-anggapan yang menyangsikan ajaran-ajaran beliau
dan diri beliau.
3) Melawan Al-Qur’an dengan dongeng orang-orang dahulu dan menyibukkan
manusia dengan dongeng-dongeng itu, agar mereka meninggalkan Al-Qur’an.
4) Menyodorkan beberapa bentuk penawaran, sehingga dengan penawaran itu
mereka berusaha untuk mempertemukan Islam dan Jahiliyah di tengah jalan.
k. Berbagai Macam Tekanan
Orang-orang musyrik menerapkan cara-cara yang disebutkan di atas sedikit
demi sedikit, untuk menghentikan dakwah setelah disebarkan secara terang-
terangan sejak permulaan tahun keempat dari nubuwah. Mereka bertahan dengan
cara-cara tersebut selama beberapa bulan setelah itu, tidak berani beralih ke cara
penekanan dan penyiksaan. Tetapi tatkala mereka tahu bahwa cara ini sama sekali
tidak efektif dalam menghintikan dakwah Islam, maka mereka berkumpul lagi,
dan bahkan membentuk sebuah panitia khusus yang beranggotakan 25 orang yang
terdiri dari pemuka Quraisy, dipimpin Abu Lahab, paman Rasulullah saw.
Mereka mengambil keputusan ini dan sangat antusias melaksanakannya.
Tidak terlalu sulit untuk menghadapi orang-orang Muslim yang lemah. Tetapi
dalam menghadapi Rasulullah saw. beliau adalah orang yang cerdik, pemberani,
tegar, dan memiliki kepribadian yang kuat.
Menurut Ibnu Ishaq, orang-orang yang biasa menyakiti Rasulullah saw.
selagi di dalam rumah adalah Abu Lahab, Al-Hakam bin Abul Ash bin Umayyah,
Uqbah bin Abu Mu’ith, Adi bin Hamra’ Ats-Tsaqafi, Ibnul Ashda’ Al-Hudzali,
yang semuanya merupakan tetangga beliau. Tak seorang pun di antara mereka
yang masuk Islam selain Al-Hakam bin Abul Ash.
l. Darul Arqam
Langkah bijaksana yang diambil Rasulullah saw. dalam menghadapi
berbagai tekanan itu, beliau melarang orang-orang Muslim menampakkan
keIslamannya, baik berupa perkataan maupun perbuatan. Beliau tidak menemui
mereka kecuali dengan cara sembunyi-sembunyi. Sebab jika sampai diketahui
beliau bertemu mereka, tentu orang-orang musyrik berusaha menghalangi usaha
beliau untuk mensucikan jiwa orang-orang Muslim dan mengajarkan Al-Kitab.
Bahkan tidak menutup kemungkinan yang menjurus kepada bentrokan fisik
antara kedua belah pihak. Hal ini benar-benar terjadi, tepatnya pada tahun
keempat dari nubuwah. Saat itu para sahabat beliau sedang berkumpul di tengah
perkampungan dan mendirikan shalat. Sekalipun mereka melakukan secara
sembunyi-sembunyi, toh masih diketahui kelompok orang-orang kafir Quraisy.
Orang-orang kafir itu mencaci maki dan menyerang mereka, hingga Sa’ad bin
Abi Waqqash bisa menikam salah seorang kafir hingga darahnya tertumpah.
Jika bentrokan fisik ini terjadi berulang-ulang dan berlarut-larut, tentu bisa
menghancurkan orang-orang Muslim sendiri. Maka langkah yang paling
bijaksana ialah dengan menyembunyikan keislaman mereka. Tempat tinggal Al-
Arqam bin Abil-Arqam Al-Makhzumi yang berada di atas bukit Shafa dan
terpencil dari pengintaian mata-mata Quraisy, menjadi maraks dakwah beliau dan
sekaligus menjadi tempat pertemuan orang-orang Muslim semenjak tahun kelima
dari nubuwah.
m. Hijrah ke Habasyah Petama
Pada bulan Rajab tahun kelima dari nubuwah, sekelompok sahabat hijrah
yang pertama kali ke Habasyah, terdiri dari 12 orang laki-laki dan 4 orang wanita,
yang dipimpin Utsman bin Affan. Dalam rombongan ini ikut pula Sayyidah
Ruqayyah, putri Rasulullah saw. Beliau bersabda tentang keduanya, “Mereka
berdua adalah penduduk Baitul-Haram pertama yang hijrah di jalan Allah setelah
Ibrahim dan Luth.”
n. Hijrah ke Habasyah Kedua
Cerita tentang Gharaniq dan sujudnya orang-orang musyrik ini didengar para
Muhajirin di Habasyah, tetapi dengan versi yang berbeda jauh dengan gambaran
yang hakiki. Ceritanya bahwa orang-orang Quraisy sudah masuk Islam. Oleh
karena itu mereka pulang ke Mekah pada bulan Syawwal pada tahun yang sama.
Hampir mendekati Mekah sebelum tengah hari, mereka pun tahu apa yang
sebenarnya terjadi. Sebagian di antara mereka ada yang kembali lagi ke
Habasyah, sedangkan mereka yang hendak pulang ke Mekah, masuk ke sana
dengan cara sembunyi-sembunyi, atau dengan cara meminta perlindungan kepada
salah seorang Quraisy.
Setelah itu siksaan dan penindasan yang ditimpakan orang-orang Quraisy
terhadap orang-orang Muslim semakin menjadi-jadi terutama lewat suku masing-
masing. Nabi saw. tidak melihat cara lain kecuali memerintahkan mereka hijrah
untuk kedua kalinya ke Habasyah. Hijrah kali ini lebih sulit daripada hijrah yang
pertama. Sebab orang-orang Quraisy meningkatkan kewaspadaan dan
menetapkan untuk menggagalkan jalan bagi mereka untuk pergi ke Habasyah,
sebelum orang-orang Quraisy mengetahuinya.
Kali ini yang hijrah berjumlah 83 orang laki-laki dan 18 atau 19 wanita.
Al-‘Allamah Muhammad Sulaiman Al-Manshurfuri menetapkan yang pertama
(18 Wanita).
o. Tipu Muslihat Quraisy dalam Menghadapi Orang-orang Muslim yang
Hijrah ke Habasyah
Orang-orang musyrik sangat meradang ketika orang-orang Muslim itu
memperoleh tempat yang aman bagi diri dan agama mereka. Untuk itu mereka
memilih dua orang yang cukup terpandang dan cerdik, yaitu Amr bin Al-Ash dan
Abdullah bin Abu Rabi’ah, sebelum keduanya masuk Islam. Mereka mengirim
dua orang ini sambil membawa berbagai macam hadiah untuk dipersembahkan
kepada raja Najasyi dan para uskup di sana.
Singkat cerita Amr bin Al-Ash dan Abdullah bin Abu Rabi’ah dibantu oleh
para uskup yang sudah disogok menghadap raja Najasyi. Mereka menjelek-
jelekkan orang-orang Muslim dan meminta agar orang-orang Muslim
dikembalikan ke tangan mereka, akan tetapi Raja Najasyi menganggap perlu
untuk meneliti secara detail masalah ini dan mendengarkan dari masing-masing
kedua belah pihak. Maka Raja Najasyi memanggil orang-orang Muslim yang
berhijrah ke negaranya.
Ja’far bin Abu Thalib menjadi juru bicara bagi kaum Muslim. Menjelaskan
kepada raja Najasyi tentang agama yang sedang berkembang di kota Mekah yaitu
agama Isalam, menjelaskan sosok Nabi yang membawa agama tersebut. Setelah
Ja’far bin Abu Thalib menjelaskan panjang lebar agama Islam apa adanya dan
membacakan sepenggal ayat Al-Qur’an. Raja Najasyi berkata “Sesungguhnya ini
dan yang dibawa Isa benar-benar keluar dari satu misykat.” Kemudian Raja
Najasyi mengusir kedua utusan musyrik Mekah tersebut dan berjanji akan
melindungi orang-orang Isalam.
Maka keduanya beranjak pergi dari hadapan Najasyi. Amr bin Al-Ash
berkata kepada Abdullah bin Rabi’ah, “Demi Allah, besok aku benar-benar akan
mendatangi mereka dengan sesuatu seperti yang bisa memusnahkan tanaman
mereka.”
Besok harinya Amr bin Al-Ash kembali lagi menghadap raja dengan siasat
baru. Raja Najasyi kemudian mengutus orang untuk memanggil kaum Muslim.
Sekali lagi kaum Muslim datang dan Ja’far bin Abu Thalib bertindak sebagai juru
bicara.
Setelah Ja’far bin Abu Thalib berada di hadapan Raja Najasyi. Kemudian
Raja Najasyi bertanya tentang pendapat Islam terhadap Nabi Isa. Lalu Ja’far bin
Abu Thalib menjawab sesuai dengan yang diajarkan oleh Nabi Muhammad dan
seperti yang tertera di dalam Al-Qur’an. Setelah Raja Najasyi mendengar
jawaban Ja’far bin Abu Thalib tentang Nabi Isa bin Maryam, Najasyi memungut
potongan dahan dari tanah, kemudain berkata “Demi Allah, Isa bin Maryam tak
berbeda jauh dengan apa yang engkau katakan, seperti potongan dahan ini.
Pergilah, kalian aman di negeriku. Siapa yang mencaci kalian adalah orang yang
tidak waras. Sekalipun aku mempunyai gunung emas, aku tidak suka jika
menyakiti salah seorang di antara kalian.”
p. Bani Quraisy Mengancam Abu Thalib
Para pembesar Quraisy mendatangi Abu Thalib dan mereka berkata
kepadanya, “Wahai Abu Thalib, engkau adalah orang yang paling tua, terhormat,
dan berkedudukan di tengah kami. Kami sudah pernah memintamu untuk
menghentikan anak saudaramu, namun engkau tidak melakukannya. Demi Allah,
kami sudah tidak sabar lagi menghadapi masalah ini. Siapa yang mengumpat
bapak-bapak kami, membodohkan harapan-harapan kami dan mencela
sesembahan kami, maka hentikanlah dia, atau kami menganggapmu dalam pihak
dia, hingga salah satu dari kedua belah pihak di antara kita binasa.”
Ancaman ini cukup menggetarkan Abu Thalib. Maka dia mengirim utusan
untuk menemui Rasulullah saw. yang berkata kepada beliau, “Wahai anak
saudaraku, sesungguhnya kaummu telah mendatangiku, lalu mereka berkata
begini dan begitu kepadaku. Maka hentikanlah demi diriku dan dirimu sendiri.
Janganlah engkau membebaniku sesuatu di luar kesanggupanku.”
Rasulullah saw. mengira pamannya akan menelantarkan dan sudah tidak mau
lagi mendukungnya. Maka beliau bersabda. “Wahai pamanku, demi Allah,
andaikan mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan
kiriku, agar aku meninggalkan agama ini, hingga Allah memenangkannya atau
aku ikut binasa karenanya, maka aku tidak akan meninggalkannya.”
Mendengar itu mata Abu Thalib mengucurkan air mata lalu bangkit. Tatkala
beliau hendak beranjak, Abu Thalib memanggil beliau, lalu berkata, “Pergilah
wahai anak saudaraku dan katakanlah apa pun yang engkau sukai. Demi Allah,
aku tidak akan menyerahkan dirimu kepada siapa pun.”
q. Bani Quraisy Mendatangi Abu Thalib kedua kali
Tatkala Quraisy melihat Rasulullah saw. tetap menjalankan aktivitasnya dan
mereka tahu bahwa Abu Thalib tidak mau menelantarkan belaiu, dan dia juga
sudah menyatakan kesanggupannya untuk berpisah dengan mereka dan bahkan
memusuhi mereka, maka mereka mendatangi Abu Thalib sekali lagi, sambil
membawa Ammarah bin Al-Walid bin Al-Mughirah.
“Wahai Abu Thalib,” kata mereka, “ini adalah pemuda Quraisy yang paling
bagus dan tampan. Ambillah dia dan apa yang ada pada dirinya menjadi milikmu.
Ambillah dia sebagai anakmu dan dia menjadi milikmu. Lalu serahkanlah anak
saudaramu kepada kami, yang telah menentang agamamu dan agama bapak-
bapakmu, memecah belah persatuan kaummu serta membodoh-bodohkan harapan
mereka, agar kami bisa membunuhnya. Penukaran ini sudah impas, satu orang
dengan satu orang.”
“Demi Allah, apa yang kalian tawarkan kepadaku ini benar-benar sangat
menjijikkan. Adakah kalian menyerahkan anak kalian kepadaku untuk ku beri
makan demi kepentingan kalian, lalu ku berikan anakku untuk kalian bunuh?
Demi Allah, ini sama sekali tidak akan ku lakukan,” kata Abu Thalib.
“Demi Allah, kalian tidak berbuat adil kepadaku. Rupanya engkau telah
bersekongkol untuk melecehkan aku dan mempengaruhi mereka untuk
memusuhiku. Berbuatlah semaumu!”
r. Ide untuk Menghabisi Nabi
Setelah orang-orang Quraisy mengalami kegagalan dalam dua kali
kedatangan mereka untuk mempengaruhi Abu Thalib, maka mereka kembali
bersikap keras dan bengis, bahkan jauh lebih keras dari sebelumnya. Pada hari-
hari itu, tiba-tiba muncul ide di kepala para thaghut mereka untuk menghabisi
Nabi saw. dengan cara lain. Tetapi justru kebengisan dan munculnya ide
semacam itu yang semakin mengokohkan posisi Islam, dengan masuknya dua
pahlawan Mekah yaitu Hamzah bin Abdul Muththalib dan Umar bin Al-
Khaththab.
Ibnu Ishaq meriwayatkan dari Abdullah bin Amru bin Al-Ash, dia berkata,
“Aku mendatangi mereka yang sedang berkumpul di Hijir. Mereka
membicarakan Rasulullah saw, lalu berkata, “Kami tidak pernah bersabar seperti
kesabaran kami menghadapi urusan orang ini. Kami benar-benar telah bersabar
menghadapinya karena suatu urusan yang besar.”
Selagi mereka dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba beliau muncul dan berjalan
hingga tiba di dekat Hajar Aswad dan mengusapnya. Kemudian beliau melewati
mereka dalam keadaan Thawaf mengelilingi Ka’bah. Mereka memberondong
beliau dengan kata-kata penghinaan. Aku bisa melihat yang demikian itu di wajah
beliau. Tatkala lewat untuk kedua kalinya, mereka melakukan hal yang sama lagi.
Aku bisa mengetahui yang demikian itu di wajah beliau. Kemudian tatkala beliau
lewat untuk ketiga kalinya, mereka melakukan hal yang sama lagi. Saat itu beliau
berdiri kemudian bersabda, “Adakah kalian mendengar wahai semua orang
Quraisy? Demi diriku ada di Tangan-Nya, aku telah datang kepada kalian sambil
membawa sembelihan.”
Kata-kata beliau ini terus mengiang-ngiang di dalam diri mereka, hingga
masing-masing di antara mereka merasa di atas kepalanya ada burung yang akan
menyambar. Hingga ada di antara mereka yang berusaha menghibur diri dari rasa
takutnya dengan cara yang dianggap paling baik, lalu berkata, “Pergilah wahai
Abu Al-Qasim. Demi Allah, engkau bukanlah orang yang asing.”
Besoknya mereka berkumpul lagi, dan selagi beliau muncul, mereka
berembug. Akhirnya secara serentak mereka mengepung beliau. Kulihat seorang
di antara mereka memegang jubah beliau. Abu Bakar berdiri di samping beliau,
sambil menangis dia berkata, “Apakah kalian tega membunuh seseorang yang
berkata, ‘Rabb-ku adalah Allah?” Kemudian mereka beranjak pergi
meninggalkan beliau.
Ibnu Amru berkata, “Itulah kondisi paling keras yang dilakukan Quraisy,
yang pernah ku lihat.”
Dalam riwayat Al-Bukhari dari Urwah bin Az-Zubair, dia berkata, “Aku
berkata kepada Ibnu Amru bin Al-Ash, ‘Sampaikanlah padaku keadaan paling
keras yang dilakukan Quraisy terhadap Nabi saw.”
Dia menjawab, “Tatkala Nabi saw. shalat di dalam Ka’bah, tiba-tiba muncul
Uqbah bin Abu Mu’aith, lalu dia melingkarkan pakaiannya di leher beliau, lalu
menjerat beliau dengan tarikan yang keras. Lalu Abu Bakar tiba dan langsung
mencengkeram pundaknya serta menyingkirkan dari sisi beliau, seraya berkata,
“Apakah kalian tega membunuh seorang yang mengatakan, ‘Rabb-ku adalah
Allah’?”
Mari membaca berulang-ulang nasab Nabi Muhammad saw. 5 saja selama 3 bulan / 5
persetengah semester !!

1. Muhammad saw. bin 2. Abdullah bin 3. Abdul Muththalib (yang namanya


Syaibah) bin 4. Hasyim (yang namanya Amru) bin 5. Abdu Manaf (yang namanya
Al-Mughirah) bin 6. Qushay (yang namanya Zaid) bin 7. Kilab bin Murrah bin 8.
Ka’ab bin 9. Lu’ay bin 10. Ghalib bin 11. Fihr (yang berjuluk Quraisy dan menjadi
cikal balak nama kabilah) bin 12. Malik bin 13. An-Nadhir (yang namanya Qais) bin
14. Kinanah bin 15. Khuzaimah bin 16. Mudrikah (yang namanya Amir) bin 17. Ilyas
bin 18. Mudhar bin 19. Nizar bin 20. Ma’ad bin 21. Adnan bin 22. Udad bin 23.
Hamaisa’ bin 24. Salaman bin 25. Aush bin 26. Bauz bin 27. Qimwal bin 28. Ubay
bin 29. Awwam bin 30. Nasyid bin 31. Haza bin 32. Baldas bin 33. Yadlaf bin 34.
Thabikh bin 35. Jahim bin 36. Nahisy bin 37. Makhi bin 38. Aidh bin 39. Abqar bin
40. Ubaid bin Ad-Da’a bin Hamdan bin Sinbar bin Yatsribi bin Yahzan bin Yalhan bin
Ar’awy bin Aid bin Daisyan bin Aishar bin Afnad bin Aiham bin Muqshir bin Nahits bin
Zarih bin Sumay bin Muzay bin Iwadhah bin Aram bin Qaidar bin Ismail bin Ibrahim

C. Wawasan Para Nabi Dan Rasul


1. Nabi Ishak A.S
a. Selalu mengikuti ayahnya Nabi Ibrahim saat berdakwah.
b. Memiliki ilmu, akhlak, dan karakter yang baik hingga menghasilkan keturunan
yang juga sholeh.
2. Nabi Yakub A.S
a. Punya nama lain Israil karena merupakan sosok yang mengawali sejarah Bani
Israil.
b. Memiliki karakter dan keimanan yang sangat baik, hingga menjelang wafat
berpesan pada anak-anaknya untuk terus menjaga ketakwaan.
3. Nabi Yusuf A.S
a. Seorang nabi yang sangat rupawan.
b. Mampu menafsirkan mimpi.
4. Nabi Ayyub A.S
a. Nabi dengan kekayaan luar biasa dengan akhlak dan keturunan yang baik.
b. Diuji Allah dengan penyakit kulit namun dihadapi dengan sangat sabar.
c. Mengel uarkan air dari tanah yang mampu menyembuhkan penyakitnya.
D. Berkepribadian Matang dan Berakhlak Mulia
1. Menerapkan Akhlak yang baik terhadap lingkungan dan membuang sampah pada
tempatnya

‫الُّط و َش ْط اِإْل َمياِن‬


‫ُه ُر ُر‬
"Kesucian itu sebagian dari iman." (HR. Ahmad, Muslim, dan Tirmidzi)
Dari hadis diatas dijelaskan bahwa Nabi Muhammad saw. mengajarkan
umatnya untuk menjaga kebersihan, mulai dari kebersihan tubuh hingga lingkungan.
Kebersihan lingkungan dapat kita lakukan dengan cara membuang sampah
pada tempatnya. Dengan kita membuang sampah pada tempatnya akan tercipta
lingkungan bersih, sehat dan nyaman, terutama kebersihan di dalam kelas. Dengan
lingkungan kelas yang bersih dan sehat akan membuat kita belajar dengan nyaman.
2. Belajar dan berlatih menjenguk dan mendoakan orang yang terkena musibah
(Perwakilan menjenguk dari siswa) sahabat peduli

‫ ِإْن َش اَء اُهلل‬, ‫َال َبْأَس َطُه ْو ٌر‬


"Tidak mengapa, semoga sakitmu ini membersihkan dosamu, insya allah."
Menjenguk orang sakit merupakan kewajiban setiap muslim (fardhu kifayah).
Menjenguk orang sakit termasuk amal shalih yang paling utama dan dapat
mendekatkan diri kita kepada Allah SWT. Serta mendapat pahala yang sangat besar.
Adab menjenguk orang sakit:
a. Niat karena Allah SWT
b. Menghibur orang yang sakit dengan hal-hal yang baik
c. Mendoakan
d. Menunjukkan kepudulian (membawa buah tangan)
3. Terbiasa mengucapkan Kata Permisi, Maaf, Tolong dan Terimakasih
Terbiasa mengucapkan kata tolong saat ingin meminta bantuan, terbiasa
meminta dan memberi maaf dengan tulus ketika melakukan kesalahan,
mengucapkan terimakasih ketika memperoleh sesuatu dari orang lain, serta terbiasa
mengetuk pintu dulu dan mengucapkan permisi saat masuk ke dalam ruangan atau
melewati orang yang lebih tua.
4. Mengetahui dan menerapkan Adab terhadap Guru
Adab terhadap guru ketika menuntut ilmu:
a. Mendoakan kebaikan untuk guru
b. Menghormati guru
c. Bersikap sopan santun terhadap guru
d. Duduk, bertanya, dan mendengarkan dengan baik
e. Jika bertemu guru mengucapkan salam
f. Berbicara dengan lembut

5. Mengetahui dan Menerapkan Adab Terhadap Sesama Saudara dan Teman


a. Adab terhadap sesama saudara dan teman:
- Tidak mengejek teman
- Berkata baik
- Saling membantu, menghargai
- Toleransi
- Saling menasihati
- Rukun
- Tidak membeda-bedakan teman
- Mencintai teman karena Allah
- Tidak boleh marah dengan teman lebih dari 3 hari

Firman Allah dalam surat Al-Hujurat ayat 12:

‫َو اَل َجَتَّس ُس وا َو اَل َيْغَتب َّبْع ُضُك م َبْع ًض ا‬


“Janganlah kalian saling mencari-cari kesalahan di antara kalian dan
janganlah saling mengghībah diantara kalian.”
QS. Al-Hujurat ayat 11:
‫ِّم ن ٍم‬
‫ال َيْس َخ ْر َقْو ٌم َقْو‬
“Janganlah sebuah kaum menghina kaum yang lain.”
6. Mengetahui dan menerapkan Adab berpakaian menutup aurat dan berhias
a. Memakai pakaian yang bersih
b. Pakaian harus menutup aurat
c. Membaca doa sebelum berpakaian
d. Tidak menyerupai lawan jenis
e. Memakai pakaian dari sebelah kanan, membuka pakaian dari sebelah kiri
f. Tidak memakai parfum dan pakaian mencolok
g. Tidak memakai pakaian yang menerawang dan membentuk lekuk tubuh

Allah Swt. berfirman dalam QS. al-A'raf ayat 26 yang berbunyi: “Hai anak
Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup
auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling
baik.”
7. Mengetahui dan menerapkan Adab berdoa sebelum makan, minum dan tidak berdiri

‫َال َيْش َر َبَّن َأَح ٌد ِم ْنُك ْم َقاِئًم ا‬


"Janganlah sekali-kali salah seorang di antara kalian minum sambil berdiri…” (HR.
Muslim)
8. Adab Makan dan minum:
a. Makanan dan minuman halal
b. Mencuci tangan
c. Membaca basmalah
d. Membaca doa sebelum dan sesudah makan
e. Makan dengan tangan kanan
f. Duduk tawadhu
g. Tidak boleh berbicara
h. Makanan harus dihabiskan

E. Menjadi Pribadi yang bersungguh-sungguh, disiplin dan mampu mengendalikan


diri
1. Membiasakan diri hadir di sekolah tepat waktu
a. Setiap hari siswa hadir pukul 07.00 untuk melaksanakan baris Afirmasi positif hadist
pendek atau yel yel kelas
b. Setiap hari siswa sholat dhuha murojaah di mulai pada pukul 07.20 WIB
c. Setiap hari pelajaran dimulai pada pukul 7.30 dan berakhir pada:
- Kelas 1 dan 2 pukul 13.00 WIB
- Kelas 3, 4, dan 5 pukul 14.45 WIB
- Kelas 6 pukul 14.45 WIB kecuali jika ada pendalaman materi.
- Hari Jum’at kegiatan belajar mengajar berakhir pada pukul 11.00
d. Bel masuk akan di bunyikan oleh guru piket pada pukul 07.00 WIB dengan ciri bel
berbunyi 3 kali dering.
e. Siswa yang berangkat sekolah dengan mengendarai sepeda, harap memarkir sepedanya di
parkiran yang sudah disediakan.
f. Siswa di dalam kelas membaca doa sebelum belajar, doa kedua orang tua, doa kebaikan
dunia akhirat, doa pembuka hati.
g. Sebelum pulang siswa membaca istigfar, surat al-ashr, doa kebaikan dunia dan akhirat,
doa keluar kelas dan doa penutup majlis.
h. Siswa wajib mengikuti upacara bendera yang di laksanakan setiap hari Senin dengan
menggunakan seragam lengkap (seragam merah putih, topi, dasi dan kaus kaki) serta
mengikuti ice breaking setiap hari.
i. Siswa yang datang setelah bel berbunyi dinyatakan terlambat dan tidak di perkenankan
langsung masuk kelas.
j. Siswa yang terlambat mengikuti upacara, berada di tempat khusus yang di sediakan oleh
guru.
k. Siswa yang di nyatakan terlambat harus menemui guru piket untuk kemudian diproses
sesuai ketentuan yang berlaku (liat point pelanggaran).
l. Siswa tidak diperbolehkan meninggalkan sekolah pada jam pelajaran berlangsung, kecuali
sakit atau ada keperluan yang sangat penting dan membawa surat keterangan dari orang
tua.
m. Siswa yang tidak dapat hadir karena sakit atau alasan lain wajib menyerahkan surat dokter
atau surat keterangan dari orang tua mengenai ketidakhadirannya maksimal sehari setelah
ketidakhadirannya kepada wali kelas.
n. Jumlah kehadiran siswa minimum adalah 75% dalam hari sekolah dalam satu semester.
o. Siswa yang absen tanpa alasan yang jelas lebih dari batas yang telah di tentukan akan
diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku (lihat point pelanggaran).
2. Membiasakan diri belajar dengan baik dan memanfaatkan waktu dengan maksimal

‫ َو َنْف ُس َك ِإْن َأْش َغْلَتَه ا ِباَحْلِّق َو ِإَّال اْش َتَغَلْتَك ِباْلَباِط ِل‬، ‫اْلَو ْقُت َس ْيٌف َفِإْن ْمَل َتْق َطْعُه َقَطَعَك‬
“Waktu ibarat pedang, jika engkau tidak menebasnya maka ialah yang akan menebas”

QS. Al-Asr
“Demi masa. Sesungguhnya manusia dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman
dan beramal shaleh serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk
kesabaran.”
3. Membiasakan hidup rapi teratur dan mampu menjaga barang miliknya
Menurut Bahasa rapi artinya bersih, indah untuk dilihat. Contohnya rapi dalam
berpakaian, meletakkan barang di tempatnya, menjaga barang milik sendiri, memakai
pakaian yang bersih, harum, dan tidak kusut.
Sebagaimana sabda Rasulullah saw.:

‫ِإَّن الَّلَه ِمَج يٌل ِحُي ُّب اَجْلَم اَل‬


“Sesungguhnya Allah Swt itu Maha-Indah dan menyukai keindahan.” (HR. Muslim)
Hidup teratur adalah suatu kebiasaan dalam melakukan sesuatu sesuai waktunya secara
terus menerus. Contohnya seperti bangun tidur di pagi hari, pergi ke sekolah, melaksanakan
sholat, tahu kapan waktunya belajar, dsb.
Manfaat hidup rapi dan teratur:
- Perasaan menjadi senang
- Menjadi lebih sehat
- Tidur lebih nyenyak
- Belajar dengan nyaman
Menjaga barang milik sendiri yaitu apabila kita memiliki suatu barang harus kita rawat
dengan baik, tidak meletakkan disembarang tempat, disimpan yang rapi agar tidak rusak,
digunakan sesuai fungsinya dan dibersihkan.
Tujuan menjaga barang milik sendiri:
- Sebagai bentuk rasa menghargai pemberian orang tua
- Sebagai bentuk tanggung jawab terhadap diri sendiri
4. Menjaga Adab Pergaulan Di Sekolah dan Lawan Jenis dalam Islam
Dalam surat Al Hujurat ayat 13, Allah SWT juga telah menjelaskan bahwa pergaulan
antara laki-laki dan perempuan harus berjalan dengan baik, sebab keduanya diciptakan agar
saling mengenal.
‫ْلَٰن ُك ُش و ا ٓاِئ ِل ا ُفٓو ۟ا ۚ ِإَّن َأْك ُك ِعنَد ٱلَّلِه‬ ‫ُأن‬ ‫ٍر‬ ‫َك‬‫َذ‬ ‫ن‬ ‫ِّم‬ ‫م‬ ‫ُك‬ ‫َٰن‬ ‫ْق‬‫َل‬ ‫َّنا‬‫ِإ‬ ‫َّنا‬‫ل‬ ‫ٱ‬ ‫ا‬ ‫ُّي‬‫َأ‬‫َٰٓي‬
‫َر َم ْم‬ ‫َثٰى‬
‫َو َو َجَع ْم ُع ًب َو َقَب َل َتَع َر‬ ‫َخ‬ ‫َه ُس‬
‫ِل‬ ‫ِإ‬
‫َأْتَق ٰى ُك ْم ۚ َّن ٱلَّلَه َع يٌم َخ ِبٌري‬
a. Dilarang berkhalwat (berduaan)
“Janganlah salah seorang diantara kalian berduaan dengan seorang wanita
(yang bukan mahramnya) karena setan adalah orang ketiganya, maka barangsiapa yang
bangga dengan kebaikannya dan sedih dengan keburukannya, maka dia adalah seorang
mukmin.” (HR. Ahmad)
b. Menjaga pandangan
Adab berikutnya yang perlu diterapkan oleh umat muslim yaitu menjaga
pandangan. Baik laki-laki maupun perempuan, hendaknya menjaga pandangan satu sama
lain terhadap bagian tubuh yang mampu mengundang syahwat.
Hal ini juga dijelaskan dalam hadits lainnya yang diriwayatkan oleh Thabrani
dengan bunyi sebagai berikut:
"Allah SWT menjanjikan surga bagi hamba-Nya yang menjaga pandangan,
yaitu: ...yang matanya tidak mau melihat hal-hal yang diharamkan Allah," (HR Ath-
Thabrani)
c. Menjaga Diri ketika Mengobrol
Dalam bergaul dengan lawan jenis, hendaknya setiap umat muslim mampu
menjaga diri ketika mengobrol dengan lawan jenis. Kita diperbolehkan berbicara dengan
lawan jenis, namun harus tetap berlandaskan pada akhlak Islam yang berarti tidak ada
sikap yang menunjukkan tindak asusila, saling bersentuhan, dan semacamnya. Selain itu,
hendaknya seseorang juga tetap dalam batasan yang wajar ketika mengobrol dengan
lawan jenis.
d. Menghindari Pembicaraan tentang Lawan Jenis
Hal berikutnya yang juga perlu diperhatikan dalam adab pergaulan yaitu
hendaknya menghindari pembicaraan tentang lawan jenis. Artinya, hindari berbicara
mengenai kecantikan wanita atau ketampanan pria, hal ini demi menjaga kesucian diri
dari khayalan yang berujung menggoda syahwat.
e. Berbusana Sopan dan Menutup Aurat
Adab dalam bergaul yang juga perlu diperhatikan adalah menggunakan busana
yang sopan dan menutup aurat. Hal ini dimaksudkan agar pakaian yang digunakan tidak
mengundang syahwat bagi lawan jenis.
5. Belajar Mengendalikan Emosi
Salah satu senjata setan untuk membinasakan manusia adalah dengan marah. Dengan
cara ini, setan bisa dengan sangat mudah mengendalikan manusia. Karena marah, orang bisa
dengan mudah mengucapkan kalimat kekafiran, menggugat takdir, ngomong jorok, mencaci
habis, bahkan sampai kalimat cerai yang membubarkan rumah tangganya.
Karena marah pula, manusia bisa merusak semua yang ada di sekitarnya. Dia bisa
banting piring, lempar gelas, pukul kanan-pukul kiri, bahkan sampai tindak pembunuhan. Di
saat itulah, misi setan untuk merusak menusia tercapai.
Cara mengendalikan emosi:
a. Segera memohon perlindungan Allah SWT dari godaan setan, dengan membaca
ta’awuz
b. Diam dan menjaga lisan
c. Mengambil posisi lebih rendah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menasehatkan, “Apabila kalian marah, dan
dia dalam posisi berdiri, hendaknya dia duduk. Karena dengan itu marahnya bisa
hilang. Jika belum juga hilang, hendak dia mengambil posisi tidur.” (HR. Ahmad)
d. Segera berwudhu atau mandi. Marah dari setan dan setan terbuat dari api.
Padamkan dengan air yang dingin. Dari Urwah As-Sa’di radhiyallahu ‘anhu, yang
mengatakan, “Sesungguhnya marah itu dari setan, dan setan diciptakan dari api,
dan api bisa dipadamkan dengan air. Apabila kalian marah, hendaknya dia
berwudhu.” (HR. Ahmad dan Abu Daud)

6. Terbiasa hanya takut kepada Allah dan tidak menyekutukan Allah


7. Membiasakan mengucapkan kalimat thoyibah dalam kehidupan
8. Memahami dan berlatih ikhlas dalam beramal
9.

F. Wawasan Ilmu Bahasa Inggris


1. Pembukaan Kelas Perkenalan Nama Diri
Semester 1
Bersiap Attantion
Mari Berdo’a Lets Pray Together
Berdoa Di Mulai Pray Begin
Memberi Salam Greeting Together
Nama Saya My Name

Ayah My Father

Ibu My Mother

Adik Perempuan Saya My Sister

Adik Lak-Laki Saya My Brother

Dimana Kamu Tinggal Where Do You Live


Saya Tinggal Di I Live In
Apa Hobi Kamu What Are Your Hobbies
Hobi Saya Adalah My Hobby Is
Izin Pak/Ibu, Saya Mau Ke Permission Mr/Mrs, I Want To
Kamar Mandi Go To The Bathroom
Mencuci Tangan Washing Hands
Mengisi Air Minum Fill Dringking Water
Membuang Sampah Throw Garbage

G. Pembukaan Kelas Perkenalan Nama Diri Dalam Bahasa Arab


Semester 2
Bersiap ‫ِاْس ِتْع َد اًد‬
Mari Berdo’a ‫ُدَعاًء‬
Berdoa Di Mulai ‫َو اْبِتَداًء‬
Memberi Salam ‫َس اَل ًم ا َو اْح ِتَر اًم ا‬
Nama Saya ‫ِاْس ِمْي‬
Ayah ‫َأِبْي‬

Ibu ‫ُأِمْي‬

Adik Perempuan Saya ‫ُاْخ ِتْي‬

Adik Lak-Laki Saya ‫َأِخْي‬

Dimana Kamu Tinggal ‫َأْيَن َتْس ُك ُن‬


Saya Tinggal Di ‫َاَنا َاْس ُك ُن ِفْي‬

Apa Hobi Kamu ‫َم ا ِهَو َيُتَك‬


Hobi Saya Adalah ‫ِهَو َيِتْي‬
Izin Pak/Ibu, Saya Mau Ke ‫َع ْفًو ا َيا (ُأْسَتاْد \ُأْسَتاَد ْة) َاَنا َاْسَتْأِذ ْن ُاِرْيُد ِاَلى‬
Kamar Mandi ( ‫)َح َم اْم‬
Mencuci Tangan )‫ِاَلى (ُغ ْس ِل َيَد ْيِنى‬
Mengisi Air Minum )‫ِاَلى (َاْخ ِذ ْالَم اْء‬
Membuang Sampah )‫ِاَلى (َرْم َي ْالُقَم اَم ْة‬

H. Keterampilan Hidup (Life Skill)


1. Mencuci, Menjemur, dan Melipat Pakaian
a. Hal-hal dan alat yang dibutuhkan untuk mencuci
b. Baju
c. Deterjen
d. Pemutih
e. Pemutih khusus baju berwarna
f. Pelembut pakaian
g. Lembar pengering
h. Ember/bak wastafel
i. Area untuk menggantung baju basah
2. Cara mencuci baju dengan tangan, Menjemur, dan
Melipat
a. Pilah-pilah baju menjadi beberapa tumpukan.
b. Ketika mencuci baju, ada dua hal yang harus diperhatikan: apa warna baju
tersebut dan apa jenis bahan pembuat baju tersebut.
c. Pisahkan baju berwarna terang dengan berwarna gelap. Ketika mencuci baju,
apalagi baju baru, sebagian warna pada kainnya akan pudar (itulah mengapa baju
yang sudah lama warnanya lebih pudar daripada baju baru yang berwarna terang).
Baju yang berwarna putih, krem, atau warna pastel yang terang pucat harus
dikumpulkan ke dalam tumpukan baju “putih”. Sedangkan baju berwarna yang
lain dikumpulkan ke dalam tumpukan baju berwarna “gelap”. Jika Anda tidak
memisahkannya, kemeja baru yang berwarna biru terang bisa melunturkan baju
berwarna putih menjadi biru.
d. Ingat, handuk dan seprai tidak boleh dicuci bersama-sama.
e. Isilah air ke dalam ember.
f. Biasanya diperlukan sebuah ember yang
besar (yang bisa menampung 18,5 liter air)
untuk diisi dengan air sebanyak 7 liter.
g. Tambahkan deterjen lembut.
h. Deterjen jenis ini tidak sama dengan
deterjen yang digunakan untuk mesin cuci.
Deterjen biasa terlalu pekat dan akan
membuat baju yang dicuci tangan terasa
kotor. Kamu bisa membeli deterjen lembut
di bagian yang sama dengan deterjen biasa
di toko kelontong. Lihat botolnya untuk memastikan deterjen tersebut merupakan
deterjen lembut.

i. Rendam baju di dalam air.


j. Masukkan baju ke dalam air sehingga
benar-benar terendam. Kamu bisa
mendiamkannya beberapa saat agar bisa
menyerap deterjen secara penuh.
k. Sikat dan kucek baju.
l. Sikatlah baju hingga noda hilang/bersih. Kamu bisa gunakan sikat sesuai dengan
bahan baju yang dicuci.
m. Bilaslah baju.
n. Bilaslah baju dengan air bersih yang hangat.
Kamu bisa membilas beberapa baju sekaligus
di bawah keran yang Anda gunakan untuk
mengisi ember. Bilaslah pakaian sampai tidak
berbuih lagi dan air yang membilasnya bersih
tanpa busa.
3. Jemur Pakaian
a. Peras pakaian lalu balik pakaian (agar tidak pudar saat dijemur). Jemurlah
pakaian dibawah sinar matahari.
b. Mengangkat Pakaian.
c. Angkatlah pakaian yang sudah kering dan tidak dijemur lama (dapat membuat
pakaian menjadi pudar.
4. Melipat Pakaian
a. Lipatlah pakaian yang sudah kering.
5. Melipat Baju
a. Lipat baju menjadi dua secara horizontal, sehingga ujung bawah kemeja
menyentuh leher.
b. Haluskan lipatan.
6. Melipat Celana
a. Lipat bagian kaki sampai ke bagian atas saku atau sekitar 5-7,5 cm di bawah
pinggang jika tidak ada saku.
7. Membersihkan Toilet
Membersihkan toilet adalah tugas yang seringkali ditunda-tunda, tapi sangatlah
penting untuk menjaga toilet senantiasa bersih. Toilet kotor akan terlihat menjijikkan,
berbau busuk dan merupakan tempat bakteri berkembang biak. Namun sebagaimana
tugas-tugas lain dalam hidup yang kurang menyenangkan, membersihkan toilet
Anda sekarang, saat ini juga dapat menghindari sakit kepala di kemudian hari.
Dengan petunjuk-petunjuk di bawah ini, kamu akan melakukan tugas ini dengan cepat
dan efisien.
Ambil alat-alat pembersih
Anda. Jika kamu merasa jijik dengan ide
membersihkan toilet, kamu perlu
menyiapkan barang-barang yang
diperlukan sebelumnya supaya proses pembersihan dapat berlangsung secepat
mungkin. Ambil sarung tangan karet, alat yang paling penting, juga barang-barang
berikut jika Anda memilikinya: sikat toilet, tisu anti bakteri, sikat gigi bekas, kain
pembersih (atau kertas tisu), dan / atau bahan pembersih toilet.

Das könnte Ihnen auch gefallen