Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Gempa Maulana
Zainal Azwar
E-Mail : gempamaulana04@gmail.com
zainalazwar@uinib.ac.id
Abstract
Pembahasan ini tentang penerapan kaidah al – 'aslu finnahi littahrim
Mengenai hukum istinbath, artikel ini dilatarbelakangi oleh banyaknya kata-kata
terlarang (nahi) dalam Al-Qur'an dan hadits yang dijadikan rujukan sumber
hukum Islam. Larangan-larangan tersebut sering dijadikan sebagai bukti untuk
menentukan keharaman suatu perkara. Maka melalui tulisan ini penulis mencoba
menjelaskan bagaimana kaidah al – 'aslu finnahi littahrim dalam menentukan
hukum. Kajian ini diarahkan pada penelitian kepustakaan (library research) dan
pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi yang bersumber dari
dokumen-dokumen yang relevan dengan tulisan ini. Kesimpulan penelitian ini
BAB I
PENDAHULAN
Latar Belakang
1
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Nahi
1
Muhammad Al-KhudariBiek, Ushul Fiqh, terj : Faiz El-Muttaqin, (Ushul Fiqh),
(Jakarta : Pustaka Amani, 2007), hal. 442
2
Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqh, terj. Saefullah Ma`shum, dkk, (Ushul Fikih),
(Jakarta :Pustaka Firdaus, 2016), cet-9, hal. 293
3
Muhammad Ma’sum Zein Zudbah, Ushul Fiqh, (JawaTimur : Darul Hikmah, 2008),
hal. 64
4
Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, terj. Moh Zuhri dan Ahmad Qarib, (Ilmu
Ushul Fiqh), Semarang : Dina Utama, 1994), hal. 308
5
Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh,..., hal. 308-309
2
Dengan demikian bentuk larangan tersebut bukanlah sesuatu yang mesti
ditinggalkan. Karena doa tersebut merupakan permintaan hamba kepada
tuhannya.
Dalam konteks kajian ushulfiqh, larangan (nahi) bersumber dari Syari`
kepada manusia sebagai hamba-Nya. Dalam hal ini Allah adalah pihak yang
tinggi dan yang menuntut agar larangan tersebut dipatuhi. Sedangkan manusia
sebagai mukallaf adalah pihak yang rendah dan meninggalkan perbuatan yang
dilarang.
Macam-macam bentuk lafaz Nahi
َيَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َو َذرُوا َما بَقِ َي ِمنَ ال ِّربَا ِإ ْن ُك ْنتُ ْم ُمْؤ ِمنِين
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan
sisa-sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman”
3
واNُادًا َأ ْن يُقَتَّلNض فَ َس
ِ ْ َعوْ نَ فِي اَأْلرNولَهُ َويَ ْسNاربُونَ هَّللا َ َو َر ُس ِ ِإنَّ َما َجزَا ُء الَّ ِذينَ ي َُح
ِ ْف َأوْ يُ ْنفَوْ ا ِمنَ اَأْلر
ض ٍ ُصلَّبُوا َأوْ تُقَطَّ َع َأ ْي ِدي ِه ْم َوَأرْ ُجلُهُ ْم ِم ْن ِخاَل
َ َأوْ ي
“Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah
dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, adalah mereka
dibunuh, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan menyilang, atau
dibuang dari negeri (tempat kediaman)
َ ق اَأْل ْر
ض َولَنْ تَ ْبلُ َغ ا ْل ِجبَا َل طُواًل ِ فِي اَأْل ْر ش
َ ض َم َر ًحا ِإنَّكَ لَنْ ت َْخ ِر ِ َواَل تَ ْم
Artinya: Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena
sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-
kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.
6
Abd Rahman Dahlan, Ushul Fiqh, (Jakarta : Hamzah, 2014), hal. 255-256
7
Ahmad Qoys Jamalallail, “Makna- Makna Shighat Nahi (Larangan) dalam Al-Quran,” Tafsir Al
Quran | Referensi Tafsir di Indonesia (blog), 31 Maret 2021, https://tafsiralquran.id/makna-makna-
shighat-nahi-larangan-dalam-al-quran/.
4
Dalam Tafsir al-Mishbah karya M. Quraish Shihab dijelaskan bahwa
berjalan di muka bumi dengan lagak sombong termasuk salah satu hal yang
dibenci oleh Allah Swt. Hal ini juga senada dengan pendapat Imam Ibnu Kathir
bahwa berjalan dengan sombong termasuk hal yang dibenci (Makruh) dalam
agama islam.8
Sebuah larangan bisa juga bermakna doa dari orang yang derajatnya
lebih rendah kepada Dzat Yang Maha Tinggi. Contohnya terdapat dalam Q.S. Ali
Imran [3]: 8
Untuk Petunjuk
8
Mohammad Firdaus Hasmin dan Syamsul Azizul Marinsah, “KEARIFAN TEMPATAN
MASYARAKAT DUSUN DALAM PANTANG LARANG MEMASUKI KAWASAN HUTAN:
ANALISIS DARI PERSPEKTIF HUKUM ISLAM,” Journal of Islamic 7, no. 47 (2022): 309–23.
5
صلَّى ِ ُ َس ِم ْع:عن أبي هريرة عبد الرحمن بن صخر – رضي اهلل تعالى عنه – قال
َ ت َر ُس ْو َل اهلل
ِ ِ
ك ْ اجتَنُِب ْوهُ َو َما ََأم ْرتُ ُك ْم بِه فَْأُت ْوا م ْنهُ َما
َ َاستَطَ ْعتُ ْم فَِإ نَّ َما َْأهل َ :وسلَّم يقول
ْ َ“ما َن َه ْيتُ ُك ْم َع ْنهُ ف َ اهللُ عليه
(الَّ ِذيْ َن ِم ْن َق ْبلِ ُك ْم َك ْث َرةُ َم َساِئلِ ِه ْم َوا ْختِاَل ُف ُه ْم َعلَى َأنْبِيَاِئ ِه ْم )رواه البخاري ومسلم
6
)169( َأحيَاءٌ ِع ْن َد َربِّ ِه ْم ُي ْر َزقُو َن ِ ِ ِالَّ ِذين قُتِلُوا فِي سب واَل تَحسب َّن
ْ يل اللَّه َْأم َواتًا بَ ْل َ َ ََ ْ َ
Artinya: Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah
itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat
rezki.
Maksud ayat tersebut adalah akibat dari berjuang atau berjihad di jalan
Allah hingga gugur adalah kehidupan di sisi Allah, bukan kematian yang malah
mereka khawatirkan.
Artinya: Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika
Kami memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka taubat), niscaya
Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah
orang-orang yang selalu berbuat dosa.
Pertama, Oleh Muhammad ibn Ismail as-Shan’ani Dalam kitab Subul al-
Salam yang membahas tentang Hukum berdasarkan sabda Rasulullah SAW.
7
ان: ق ال رس ول اهلل صل اهلل علیھ ةسلم: عن معاویة بن الحكم رض ي اهلل عنھ ق ال
ھذه الص الة ال يص لح فيها ش يء من كالم الن اس انما ھو التس بیح والتكب یر وق رأة
رواه مسلم. القران
Artinya: Dari Muawiyah bin al-Hakam r.a. katanya, Rasulullah saw
bersbda; Sesungguhnya sembahyang tidak baik di dalamnya
sedikitpun dari perkataan manusia; ia hanya tasbih, takbir dan
bacaan al-Qur’an (H.R. Muslim).
Nَ ْ َو َم ْن يَّ ْف َعلْ ٰذلِكَ ُع ْد َوانًا َّوظُ ْل ًما فَ َسوNَواَل تَ ْقتُلُ ْٓوا اَ ْنفُ َس ُك ْم ۗ اِ َّن هّٰللا َ َكانَ بِ ُك ْم َر ِح ْي ًما
َانNNارًا َۗو َكNNَف نُصْ لِ ْي ِه ن
ك َعلَى هّٰللا ِ يَ ِس ْيرًا َ ِٰذل
Artinya: Janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu. Siapa yang berbuat demikian dengan cara
melanggar aturan dan berbuat zalim kelak Kami masukkan dia ke dalam
neraka. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
9
Nurliana Nurliana, “METODE ISTINBATH HUKUM MUHAMMAD IBN ISMAIL AL-
SHAN’ANI DALAM KITAB SUBUL AL-SALAM,” Al-Fikra : Jurnal Ilmiah Keislaman 5, no. 2
(28 Juli 2017): 132, https://doi.org/10.24014/af.v5i2.3772.
8
Ketiga, Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang
Hukuman Bagi Produsen, Bandar, Pengedar, dan Penyalah Guna Narkoba.
Narkoba yang dimaksud disini jenis-jenis narkotika dan berbagai zat adiktif yang
menimbulkan ketergantungan serta merusak tubuh seperti saraf, otak, dan hati,
mempunyai dampak serius pada kerusakan moral dan sosial masyarakat,
khususnya generasi muda, sehingga mengancam masa depan bangsa dan
Negara.11
Dalam hal ini majelis ulama berpedoman pada dalil-dalil al-qur’an,
Hadist, dan kaedah fiqh, diantara dalil yang digunakan yaitu
َ ۛ اِ َّن هّٰللا َ يُ ِحبُّ ْال ُمحْ ِسنِ ْينNم اِلَى التَّ ْهلُ َك ِة ۛ َواَحْ ِسنُوْ اNْ َواَل تُ ْلقُوْ ا بِا َ ْي ِد ْي ُك
BAB III
PENUTUP
10
“allintitle: ‘10.-Terorisme.pdf’ - Google Scholar,” diakses 16 Maret 2023, https://mui.or.id/wp-
content/uploads/files/fatwa/10.-Terorisme.pdf.
11
“Hukuman-Bagi-Produsen-Bandar-Pengedar-dan-Penyalahguna-Narkoba.pdf,” t.t. di akses pada
tanggal 23 maret 2023 https://mui.or.id/wp-content/uploads/files/fatwa/Hukuman-Bagi-Produsen-
Bandar-Pengedar-dan-Penyalahguna-Narkoba.pdf
9
Kesimpulan
Demikianlah makalah ini kami susun. Apabila ada kekurangan kami selaku
penulis mohon maaf. Kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat
kami harapkan. Semoga makalah ini membantu pembaca dan khsususnya
pemakalah dalam proses memahami dilalah lafaz nahi.
10
DAFTAR PUSTAKA
Abd Rahman Dahlan, (2014), Ushul Fiqh, Jakarta : Hamzah.
Abdul Wahab Khallaf, (1994), Ilmu Ushul Fiqh, terj. Moh Zuhri dan Ahmad Qarib, Ilmu
Ushul Fiqh, Semarang : Dina Utama.
Muhammad Abu Zahrah,( 2016), Ushul Fiqh, terj. Saefullah Ma`shum, dkk, (Ushul Fikih),
Jakarta : Pustaka Firdaus.
Muhammad Al-KhudariBiek, (2007), Ushul Fiqh, terj : Faiz El-Muttaqin, Ushul Fiqh, Jakarta
: Pustaka Amani.
Muhammad Ma’sum Zein Zudbah, (2008) Ushul Fiqh, JawaTimur : Darul Hikmah.
“allintitle: ‘10.-Terorisme.pdf’ - Google Scholar.” Diakses 16 Maret 2023.
https://mui.or.id/wp-content/uploads/files/fatwa/10.-Terorisme.pdf.
Hasmin, Mohammad Firdaus, dan Syamsul Azizul Marinsah. “KEARIFAN TEMPATAN
MASYARAKAT DUSUN DALAM PANTANG LARANG MEMASUKI
KAWASAN HUTAN: ANALISIS DARI PERSPEKTIF HUKUM ISLAM.” Journal
of Islamic 7, no. 47 (2022): 309–23.
“Hukuman-Bagi-Produsen-Bandar-Pengedar-dan-Penyalahguna-Narkoba.pdf,” t.t.
Jamalallail, Ahmad Qoys. “Makna- Makna Shighat Nahi (Larangan) dalam Al-Quran.”
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia (blog), 31 Maret 2021.
https://tafsiralquran.id/makna-makna-shighat-nahi-larangan-dalam-al-quran/.
Nurliana, Nurliana. “METODE ISTINBATH HUKUM MUHAMMAD IBN ISMAIL AL-
SHAN’ANI DALAM KITAB SUBUL AL-SALAM.” Al-Fikra : Jurnal Ilmiah
Keislaman 5, no. 2 (28 Juli 2017): 132. https://doi.org/10.24014/af.v5i2.3772.