Sie sind auf Seite 1von 5

JAWABAN:

1. A. Bunyi surat Al Ankabut ayat 45 yang memuat tentang hukum syariat adalah sebagai


berikut:

َ‫صلَ ٰوةَ تَ ْنهَ ٰى ع َِن ْٱلفَحْ َشٓا ِء َو ْٱل ُمن َك ِر ۗ َولَ ِذ ْك ُر ٱهَّلل ِ َأ ْكبَ ُر ۗ َوٱهَّلل ُ يَ ْعلَ ُم َما تَصْ نَعُون‬ ِ َ‫ك ِمنَ ْٱل ِك ٰت‬
َّ ‫ب َوَأقِ ِم ٱل‬
َّ ‫صلَ ٰوةَ ۖ ِإ َّن ٱل‬ َ ‫ٱ ْت ُل َمٓا ُأو ِح َى ِإلَ ْي‬

Terjemah:

Bacalah Kitab (Al-Qur'an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan


laksanakanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar.
Dan (ketahuilah) mengingat Allah (salat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang
lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Pada ada ayat ini terdapat arti dari Syariat adalah memiliki arti segala ketentuan yang
berasal dari Allah swt melalui Rasul-Nya yang berisi perintah, larangan, dan anjuran
terdapat seluruh aspek kehidupan manusia yang diaturnya. Secara harfiah, syariat berarti
jalan, sedangkan syariat dalam istilah keislaman ialah dimensi hukum atau peraturan.
Pada ayat ini terdapat makna bagi manusia untuk selalu melaksanakan shalat, membaca
al- qur'an, senantiasa mengingat Allah lebih baik dan lebih besar keutamaanya. Allah juga
mengetahui apa yang dikerjakan oleh hambanya.

b. Sebutkan dan Jelaskan 5 Macam Hukum Islam:


1. Wajib Yang dikatakan wajib ialah sesuatu perbuatan yang apabila dikerjakan akan
mendapatkan pahala dan jika ditinggalkan akan mendapatkan dosa dan siksa. Secara
garis besarm, hukum wajib terbagi atas dua macam, yaitu: a. Wajib 'ain: kewajiban
perseorangan yang sudah balik, kewajiban tersebut dibebankan oleh Allah SWT.
Contoh wajib 'ain ialah kewajiban shalat lima waktu, pergi haji, membayar zakat,
berpuasa. dsb. b. Wajib kifayah kewajiban yang dibebankan pada seluruh ummat.
Seseorang tidak diwajibkan melaksanakan suatu tugas jika ada cukup orang dalam
kelompok masyarakat telah memenuhinya. Contoh wajib kifayah: mengurus jenazah
sesuai dengan syari'at Islam, melaksanakan adzan, mendirikan rumah sakit islam,
dsb.
2. 2. Sunnah (Mandub) Yang dikatakan sunnah ialah sesuatu perbuatan yang apabila
dikerjakan akan mendapatkan pahala dan jika ditinggalkan tidak akan mendapatkan
dosa dan siksa. Secara garis besarm, hukum sunnah terbagi atas dua macam, yaitu: a.
Sunnah muakad: sunnah yang ditekankan (hampir mendekati wajib), sering
dilakukan oleh Rasul dan jarang sekali ditinggalkan olehnya. contohnya seperti
Shalat Sunnah di hari raya, shalat tawaf, berkumur dalam wudhu,dsb. b. Sunnah
ghoiru muakad: sunnah yang dianjurkan namun tanpa penekanan. contohnya seperti
mengikuti apa jenis makanan yang disukai rasul, warna pakaiannya, shalat sunah
rawatib, dsb.
3. Haram Yang dikatakan haram ialah sesuatu perbuatan yang apabila dikerjakan akan
mendapatkan dosa juga siksa dan jika ditinggalkan maka akan mendapatkan pahala.
Contoh perbuatan haram adalah berzina, durhaka kepada orangtua, mabuk,
membunuh, dsb.
4. Makhruh Yang dikatakan makhruh ialah sesuatu perbuatan yang apabila dikerjakan
tidak akan mendapatkan dosa juga siksa dan jika ditinggalkan maka akan
mendapatkan pahala. Contoh perbuatan mahkruh adalah larangan menanyakan
sesuatu secara berlebihan, berwudhu dikamar mandi, makan/minum sambil berdiri,
dsb.
5. Mbah Yang dikatakan makhruh ialah sesuatu perbuatan yang apabila dikerjakan tidak
akan mendapatkan pahal dan jika ditinggal tidak akan mendapatkan dosa dan siksa.
Contoh perbuatan mubah adalah makan, minum, memilih warna baju, tertawa, dsb.
c. Sebutkan dan jelaskan tujuh macam prinsip-prinsip umum hukum Islam !
1. Prinsip Tauhid
Prinsip ini menegaskan bahwa seluruh bangunan hukum Islam adalah bermuara pada
mengesakan Tuhan, yaitu Allah SWT. Dengan prinsip tauhid, pelaksanaan suatu hukum akan
bermakana sebagai ibadah.
Allah SWT berfirman,
‫ْت بِ َربِّ ُك ْم ۖ قَالُوا بَلَ ٰى ۛ َش ِه ْدنَا ۛ َأ ْن تَقُولُوا يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة ِإنَّا‬
ُ ‫ُور ِه ْم ُذ ِّريَّتَهُ ْم َوَأ ْشهَ َدهُ ْم َعلَ ٰى َأ ْنفُ ِس ِه ْم َألَس‬ َ ُّ‫َوِإ ْذ َأخَ َذ َرب‬
ِ ‫ك ِم ْن بَنِي آ َد َم ِم ْن ظُه‬
َ ٰ
َ‫كنا ع َْن هَذا غَافِلِين‬ َّ ُ
Artinya, “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari
sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
"Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami
menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak
mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini
(keesaan Tuhan)",” (QS. Al-A’raf: 172)
2. Prinsip Keadilan
Prinsip keadilan memiliki makna bahwa hukum Islam yang mengatur persoalan manusia dari
berbagai aspek harus dilandaskan pada keadilan yang meliputi hubungan antara dirinya
sendiri, masyarakat, maupun dengan Allah SWT.
Allah SWT bersabda,
‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ُكونُوا قَوَّا ِمينَ هَّلِل ِ ُشهَدَا َء بِ ْالقِ ْس ِط ۖ َواَل يَجْ ِر َمنَّ ُك ْم َشنَآنُ قَوْ ٍم َعلَ ٰى َأاَّل تَ ْع ِدلُوا ۚ ا ْع ِدلُوا ه َُو َأ ْق َربُ لِلتَّ ْق َو ٰى ۖ َواتَّقُوا‬
َ‫هَّللا َ ۚ ِإ َّن هَّللا َ خَ بِي ٌر بِ َما تَ ْع َملُون‬
Artinya, “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali
kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku
adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Maidah: 8)
3. Prinsip Amar Makruf Nahi Munkar
Amar makruf nahi munkar memiliki arti hukum Islam yang ditegakkan untuk menjadikan
manusia dapat melaksanakan hal-hal secara baik dan benar sesuai yang dikehendaki Allah
SWT sehingga tidak terjadi keburukan dalam kehidupan bermasyarakat.
Seperti dalam firman Allah SWT,
ۚ ‫ب َل َكانَ خَ ْيرًا لَهُ ْم‬ ِ ‫اس تَْأ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬
ِ ‫ُوف َوتَ ْنهَوْ نَ ع َِن ْال ُم ْن َك ِر َوتُْؤ ِمنُونَ بِاهَّلل ِ ۗ َولَوْ آ َمنَ َأ ْه ُل ْال ِكتَا‬ ْ ‫ُك ْنتُ ْم خَ ْي َر ُأ َّم ٍة ُأ ْخ ِر َج‬
ِ َّ‫ت لِلن‬
َ‫اسقُون‬ ِ َ‫ِم ْنهُ ُم ْال ُمْؤ ِمنُونَ َوَأ ْكثَ ُرهُ ُم ْالف‬
Artinya, “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli
Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan
kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”
4. Prinsip al-Hurriyah (Kemerdekaan dan Kebebasan)
Prinsip ini mengandung makna bahwa hukum Islam tidak ada paksaan. Artinya, manusia
dapat menolak dan menerima hukum Islam namun tetap harus bertanggung jawab akan
keputusannya.
Allah SWT bersabda,
َ ِ‫ك بِ ْالعُرْ َو ِة ْال ُو ْثقَ ٰى اَل ا ْنف‬
ُ ‫صا َم لَهَا ۗ َوهَّللا‬ ِ ‫اَل ِإ ْك َراهَ فِي الدِّي ِن ۖ قَ ْد تَبَيَّنَ الرُّ ْش ُد ِمنَ ْال َغ ِّي ۚ فَ َم ْن يَ ْكفُرْ بِالطَّا ُغو‬
َ ‫ت َويُْؤ ِم ْن بِاهَّلل ِ فَقَ ِد ا ْستَ ْم َس‬
‫َس ِمي ٌع َعلِي ٌم‬
Artinya, “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan
yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan
beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat
kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-
Baqarah: 256)
5. Prinsip Musawah (Persamaan)
Hukum dalam agama Islam tidak membedakan derajat, suku, ataupun fisik dengan manusia
lainnya. Semua manusia di hadapan Allah SWT adalah sama. Adapun yang membedakannya
adalah ketakwaan.
Sebagaimana yang dijelaskan dalam sebuah ayat,
‫يَا َأيُّهَا النَّاسُ ِإنَّا َخلَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن َذ َك ٍر َوُأ ْنثَ ٰى َو َج َع ْلنَا ُك ْم ُشعُوبًا َوقَبَاِئ َل لِتَ َعا َرفُوا ۚ ِإ َّن َأ ْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد هَّللا ِ َأ ْتقَا ُك ْم ۚ ِإ َّن هَّللا َ َعلِي ٌم خَ بِي ٌر‬
Artinya, “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujurat: 13)
6. Prinsip Al-Ta’awun (Tolong Menolong) dan Al-Shura (Musyawarah)
Prisip ini menjelaskan dalam menjalani hidup ini, sesama manusia hendaknya saling tolong-
menolong, saling bahu-membahu baik dalam ranah sosial, hukum, dan lainnya. Dalam
melakukan ijtihad (penggalian hukum Islam), sebaiknya dilakukan secara jama'i (kolektif)
dengan melibatkan setiap pihak yang kompeten dalam bidangnya, serta bidang-bidang yang
ada keterkaitan dengan permasalhan yang akan dikaji status hukumnya.
Allah SWT bersabda,
ِ ‫اونُوا َعلَى ْالبِ ِّر َوالتَّ ْق َو ٰى ۖ َواَل تَ َعا َونُوا َعلَى اِإْل ْث ِم َو ْال ُع ْد َوا ِن ۚ َواتَّقُوا هَّللا َ ۖ ِإ َّن هَّللا َ َش ِدي ُد ْال ِعقَا‬
‫ب‬ َ ‫َوتَ َع‬
Artinya, “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada
Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS. Al-Maidah: 2)
7. Prinsip Al-Tasamuh (Toleransi)
Prinsip toleransi menegaskan bahwa pebedaan pandangan dalam melihat sebuah hukum,
karena perbedaan teori, metode dan pendekatan yang dipakai dalam penggalian hukum Islam
hendaknya masing-masing berlapang dada menerimanya sebagai keniscayaan dalam realitas
kehidupan yang plural.
Allah SWT berfirman,
ِ ‫َات ۚ َوُأو ٰلَِئكَ لَهُ ْم َع َذابٌ ع‬
‫َظي ٌم‬ ُ ‫اختَلَفُوا ِم ْن بَ ْع ِد َما َجا َءهُ ُم ْالبَيِّن‬
ْ ‫َواَل تَ ُكونُوا َكالَّ ِذينَ تَفَ َّرقُوا َو‬
Artinya, “Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih
sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang
mendapat siksa yang berat.” (QS. Ali Imran: 105)
d. Surat An-Nisa ayat 59 berisi perintah supaya umat Muslim yang beriman taat kepada
Allah SWT dan Rasulullah, bertindak sesuai dengan hukum Islam. Dalam ayat tersebut
Allah SWT berfirman:
َ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اَ ِط ْيعُوا هّٰللا َ َواَ ِط ْيعُوا ال َّرسُوْ َل َواُولِى ااْل َ ْم ِر ِم ْن ُك ۚ ْم فَا ِ ْن تَنَا َز ْعتُ ْم فِ ْي َش ْي ٍء فَ ُر ُّدوْ هُ اِلَى هّٰللا ِ َوال َّرسُوْ ِل اِ ْن ُك ْنتُ ْم تُْؤ ِمنُوْ ن‬
‫ࣖ بِاهّٰلل ِ َو ْاليَوْ ِم ااْل ٰ ِخ ۗ ِر ٰذلِكَ خَ ْي ٌر َّواَحْ َسنُ تَْأ ِو ْياًل‬
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad),
dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat
tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika
kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan
lebih baik akibatnya.”
2. a. Jelaskan sumber moral dan akhlak menurut isi kandungan QS. An-Nahl/16:125!
‫إلى سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة وجادلهم بالتي هي َأحْ َسنُ ِإ َّن َربَّكَ هُ َو َأ ْعلَ ُم بِ َمل مثل أدع ع َْن َسبِ ْيلِ ِه َوه َُو َأ ْعلَ ُم‬
َ‫– بِ ْال ُم ْهتَ ِدين‬
Terjemah: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang
baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu,
Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui siapa yang mendapat petunjuk. sumber moral dan akhlak menurut isi
kandungan QS. An-Nahl/16:125
Berdasarkan kandungan ayat tersebut sumber moral dan akhlaknya adalah menjelaskan
mengenai etika dalam berdakwah, bagaimana cara akita mengajak manusia menuju jalan
yang benar dengan cara yang hikmah.
Tiga metode dakwah diantaranya hikmah, mauidhah hasanah (pengajaran yang baik) dan
jidal (debat) dengan cara baik. Kita diperintahkan untuk bersikap, berperilaku, dan
berbicara kepada orang lain dengan cara yang baik, santun, lemah lembut. Kita harus
mengetahui cara berkomunikasi sesuai dengan karakteristik orang yang kita ajak bicara
namun tetap dengan cara santun dan baik. Kita harus bisa menyampaikan dakwah tanpa
menyakiti perasaan orang yang kita dakwahin, dakwah hendaklah dilakukan sesuai
dengan tahapan-tahapannya dan disesuaikan dengan objeknya. Apabila ada orang yang
menolak dakwah kita juga dilarang untuk bersedih dan kecewa.
b. QS. Al-Ahzab/33:21
٢٠ ‫لَقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِي َرسُول هَّللا ِ َأس َْوةٌ َح َسنَةٌ ِل َمن كانَ يَرْ جُوا هللا َو ْاليَوْ َم اآْل ِخر وذكر هللا كثيرا‬
Terjemah : Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan
yang banyak mengingat Allah.
Pada ayat ini, Allah memperingatkan orang-orang munafik bahwa sebenarnya mereka
dap memperoleh teladan yang baik dari Nabi saw. Rasulullah saw adalah seorang yang
kuat imannya, berani, sabar, dan tabah menghadapi segala macam cobaan, percaya
sepenuhnya kepada segala ketentuan Allah, dan mempunyai akhlak yang mulia. Jika
mereka bercita-cita ingin menjadi manusia yang baik, berbahagia hidup di dunia dan di
akhirat, tentulah mereka akan mencontoh dan mengikutinya. Akan tetapi, perbuatan dan
tingkah laku mereka menunjukkan bahwa mereka tidak mengharapkan keridaan Allah
dan segala macam bentuk kebahagiaan hakiki itu.

3. Pergaulan sosial di era modern pada saat ini sangat berpengaruh pada akhlak, etika dan
moral manusia, agama yang merupakan sumber akhlak, etika dan moral mulai dijauhi
oleh manusia sehingga ajaran agama tidak lagi digunakan dalam kehidupan sehari-hari,
bagaimana menurut anda tentang hal tersebut, berikan contoh nyata yang terjadi terkait
pernyataan tersebut!
Contoh nyata terkait pernyataan tersebut antara lain adalah seorang anak yang
membentak orang tuanya karena tidak memiliki ilmu pengetahuan agama Banyak anak
muda yang tidak mau peduli dengan ajaran agama yang cenderung terjerumus dengan
pergaulan bebas dan perbuatan criminal Penjelasan: Agama islam merupakan agama
yang Allah ridhai kepada umat manusia. Agama islam banyak menjelasakan tentang
akhlak dan perilaku manusia yang baik. Sehingga seseorang yang beraktifitas sesuai
dengan ajaran islam sudah pasti dalam kehidupan sehari-hari ia akan selalu memiliki
perilaku dan etika yang baik

Das könnte Ihnen auch gefallen