Sie sind auf Seite 1von 83

DISTRIBUSI MOMEN

MENJELASKAN HAND-OUT
AS IV
(IR. KARDIYONO TJOKRODIMULJ,M.E.)
A. PENDAHULUAN
Cara distribusi momen (metode Cross) adalah
salah satu metode untuk menghitung momen-momen
pada: - balok dengan perletakkan menerus
- struktur portal

Ditemukan oleh Prof. Hardy Cross dari Universitas Illinois


pada tahun 1930.

Cara ini jika dibandingkan cara lain yang lebih eksak


memang tampak sedikit kurang teliti, namun karena
sederhana, mudah dipahami, maka menjadi sangat
populer (sebelum digunakan cara matrix yang dihitung
dengan bantuan komputer.
B. PRINSIP KERJA

Pada prinsipnya, cara ini menggunakan:


1. Keseimbangan momen pada suatu titik
buhul
2. Momen induksi terhadap titik buhul di
dekatnya
sebagaimana diuraikan sebagai berikut
Prinsip kerja (lanjutan)

Ditinjau struktur dengan 4 balok yang bertemu di titik


buhul A
C

Ma
B D
A

E
Dengan menganggap balok-balok tidak mengalami
perubahan panjang maka titik A tidak dapat berubah
tempat, kecuali hanya berotasi saja.
Prinsip kerja (lanjutan)

Apabila titik A diberikan momen luar ML,a maka titik buhul A


akan berotasi sebesar sudut θ sebagaimana tampak pada
gambar berikut.
C

θ
B D
A

E
Semua ujung batang di A berotasi sama besar.
Prinsip kerja (lanjutan)

Semua ujung batang A berotasi sama besar


sehingga
masing-masing balok menerima momen distribusi

Jumlah momen distribusi masing-masing balok


sama besar dengan momen luar di A

M L , a  M a ,b  M a , c  M a , d  M a , e
Prinsip kerja (lanjutan)

Momen distribusi masing-masing ujung balok dapat


dilihat pada gambar di bawah ini
Ma,c

Ma,b Ma,d

Ma,e

Besar momen distribusi di ujung-ujung balok sebanding


dengan kekakuan rotasinya.

M a ,b : M a , c : M a , d : M a , e  k a ,b : k a , c : k a , d : k a , e
Prinsip kerja (lanjutan)

Akibat rotasi di titik buhul A, batang-batang AB, AC, AD


dan AE berubah bentuk seperti pada gambar di bawah.
(contoh pada batang AD)

A Md,a
Ma,d M d ,a  D
θ
 
M d ,a  1 M a ,d
2
dari gambar di atas nampak bahwa:
akibat perubahan sudut sebesar θ di ujung A maka di
ujung lain akan timbul momen sebesar Md,a
Prinsip kerja (lanjutan)

Beberapa istilah yang digunakan dalam metode Cross


adalah sebagai berikut:
- Momen luar
Momen dari luar struktur yang berusaha memutar
titik buhul sehingga berotasi
- Momen distribusi
Momen di ujung-ujung balok yang bertemu di titik
buhul tersebut, sebagai akibat titik buhul itu
berotasi.
Besar momen distribusi pada masing-masing balok
sebanding dengan kekakuan masing-masing balok
tersebut
Prinsip kerja (lanjutan)

Beberapa istilah yang digunakan dalam metode Cross


adalah sebagai berikut:
- Momen distribusi
Jumlah momen distribusi dari semua ujung balok
harus sama dengan besar momen luar
- Momen induksi
Momen yang timbul di ujung balok yang lain.
Besar momen induksi pada suatu balok adalah
setengah dari besar momen distribusi.
C. Momen Distribusi, Kekakuan Batang, Faktor
Distribusi dan Momen Induksi

Ditinjau balok dengan perletakan rol-jepit sebagai berikut:

Ma,d
A
D Md,a
α
Rd

Balok dengan beban dan reaksi seperti di atas, unuk


menyelesaikannya dijadikan 2 tahap.
Momen Distribusi… (lanjutan)
Tahap 1
Balok dengan perletakan sendi rol akibat momen di A

L
Ma A D
θad,1 θda,1
Ra,1 Rd,1

Momen di A mengakibatkan perubahan sudut θad,1 di


ujung A dan perubahan sudut θda,1 di ujung D
Hubungan antara momen di A, perubahan sudut di A dan
perubahan sudut di D dapat dihitung dengan cara luas
diagram momen.
Momen Distribusi… (lanjutan)

Perhitungan luas diagram momen tersebut adalah sebagai


berikut:
L

Ma

(2/3) L

1 .M .L.2 .L


 ad ,1  2
a 3  M .L
a

L.E.I 3.E.I

1 .M .L.1 .L


 da,1  2
a 3  M .L
a

L.E.I 6.E.I
Momen Distribusi… (lanjutan)

Tahap 2
Balok dengan perletakan sendi rol dengan momen di D
agar perubahan sudut di D menjadi nol lagi.

θad,2 θda,2
A D Md

Ra,2 Rd,2
L
Momen Distribusi… (lanjutan)

Perhitungan luas diagram momen tersebut adalah sebagai


berikut:

(2/3)L

Md

1 .M .L.1 .L 1 .M .L.2 .L


 ad , 2  2
d 3  M .L
d
 da, 2  2
d 3  M .L
d
L.E.I 6.E.I L.E.I 3.E.I
Momen Distribusi… (lanjutan)

Tahap I dan tahap II menghasilkan rotasi di D kembali


menjadi nol, sehingga:
 da ,1   da , 2

M a .L M d .L

6.E.I 3.E.I

M a  2.M d atau  
Md  1 Ma
2
Momen Distribusi… (lanjutan)

Jadi, akibat rotasi sebesar θ di A maka timbul momen di


ujung A balok AD sebesar:
M a .L M d .L
 ad   ad ,1   ad , 2  
3.E.I 6.E.I

M a .L 1 2 .M a .L 4.M a .L 1.M a .L


 ad    
3.E.I 6.E.I 12.E.I 12.E.I

3.M a .L
 ad 
12.E.I

1.M a .L
 ad 
4.E.I

M a   a ,d .4.EI / L 
Momen Distribusi… (lanjutan)

Ditinjau kembali titik buhul tempat bertemunya beberapa


balok.
C
θac
Balok 2

θab Balok 3
B D
Balok 1 A θad
Balok 4

θae
E

Momen luar di titik buhul A mengakibatkan buhul berrotasi


sebesar θ.
Momen Distribusi… (lanjutan)

Besar rotasi setiap batang tersebut sama besar sehingga


besar momen di masing-masing ujung batang adalah
sebagai berikut:

M 1   ab .4.E1 I1 L1  M 2   ab .4.E2 I 2 L2 

M 3   ab .4.E3 I 3 L3  M 4   ab .4.E4 I 4 L4 

Jumlah momen ujung pada semua batang akan sama


dengan momen luar.

M 1  M 2  M 3  M 4  M Luar
Momen Distribusi… (lanjutan)

M 1   ab .
M 1   ab .4.E1 L1 L1 

M 3   ad .4.E3 L3 L3 
M 2   ac .4.E2 L2 L2 

M 4   ae .4.E4 L4 L4 

Karena besar sudut sama maka proporsi besarnya M1,


M2, M3 dan M4 harus sebanding dengan EI/L masing-
masing batang, atau dapat ditulis sebagai berikut:
E1.I1 E2 .I 2 E3 .I 3 E4 .I 4
M1 : M 2 : M 3 : M 4  : : :
L1 L2 L3 L4
M 1 : M 2 : M 3 : M 4  k1 : k 2 : k3 : k 4

dengan k adalah nilai kekakuan rotasi


Momen Distribusi… (lanjutan)

Besar momen yang terjadi di ujung batang yang lain


adalah sebagai berikut:

 
M '1  1 .M 1
2  
M '3  1 .M 3
2

 
M '2  1 .M 2
2
 
M '4  1 .M 4
2
Momen Distribusi… (lanjutan)

Kesimpulan:
(a). Momen luar yang bekerja pada suatu titik buhul akan
didistribusikan di setiap ujung batang yang bertemu
pada titik buhul tersebut. Sesuai dengan prosesnya,
momen-momen dari hasil pendistribusian disebut juga
momen distribusi.
(b). Akibat momen distribusi pada suatu ujung batang,
ujung yang lain pada batang tersebut akan menerima
momen yang disebut dengan momen induksi.
(c). Jumlah semua momen distribusi sama dengan
momen luar.
(d). Faktor distribusi pada masing-masing ujung batang
besarnya sebanding dengan kekakuan rotasi masing-
masing batang.
Momen Distribusi… (lanjutan)

Kesimpulan:
(e). Momen induksi masing-masing batang, besarnya
sama dengan setengah momen distribusi (Minduksi =
(1/2).Momen distribusi)
Momen Distribusi… (lanjutan)

Keadaan khusus:
Apabila ujung batang yang jauh dari titik buhul tidak
terjepit, misalnya sendi atau rol, maka besar kekakuan
batangnya berbeda.
C

A ML D
B

LAD

E
Momen Distribusi… (lanjutan)

Keadaan khusus:
Apabila ujung batang yang jauh dari titik buhul tidak
terjepit, misalnya sendi atau rol, maka besar kekakuan
batangnya berbeda.
C

A ML D
B

LAD

E
Momen Distribusi… (lanjutan)

Dengan memperhatikan rumus pada uraian sebelumnya,


besar momen di ujung balok AD adalah sebagai berikut:
1 .M .L.2 .L
2 a 3 M .L
 ad ,1   a

L.E.I 3 .E .I


M a   ad ,1. 3.E.I
L

M a   ad ,1.k

dengan k  3.E.I L

Momen induksi ujung-ujung batang tidak terjepit


besarnya nol
D. Penerapan Teori Distribusi Momen Pada Balok Dengan
Perletakkan Menerus

Ditinjau balok tiga bentang dengan E dan I sama besar.

P P P
A B C D
L1 L2 L3
D. Penerapan Teori Distribusi Momen Pada Balok Dengan
Perletakkan Menerus

Penyelesaian dilakukan dengan langkah-langkah berikut:


I. Dihitung dulu titik buhul B
P P
A B
C
L1 L2

1. Dihitung kekakuan masing-masing batang yang bertemu


di titik B.
kbc = Ebc.Ibc/Lbc
kba = Eba.Iba/Lba
A B
C
Lab Lbc
Balok… (lanjutan)

2. Dihitung faktor distribusi masing-masing batang yang


bertemu di titik buhul B.
kba kbc
f b ,ba  f b ,bc 
kba  kbc kba  kbc
Penerapan… (lanjutan)

3. Dihitung momen luar (momen primer). Pada tahap ini


masing-masing balok dianggap terjepit pada kedua
perletakannya. Pada hitungan ini, momen primer adalah
momen yang diadakan oleh ujung batang akibat jepitan di
kanan dan kiri titik buhul. Tanda positif dan negatif sesuai
dengan arah jarum jam.

(pos) Pab (neg) (pos) Pab (neg)


A B
C
Mpab Mpba Mpbc Mpcb
Lab Lbc
Penerapan… (lanjutan)

4. Dihitung momen distribusi di ujung batang yang bertemu di


titik B.

M d ,ba   f d ,ba .M p ,ba  M p ,bc  M d ,bc   f d ,bc .M p ,ba  M p ,bc 

5. Dihitung momen induksi di ujung lain batang yang bertemu


di titik B.

 
M i ,ab  1 .M d ,ba
2
 
M i ,cb  1 .M d ,bc
2
Penerapan… (lanjutan)
II. Dihitung titik buhul C

Pbc Pcd
B C D
Lbc Lcd

1. Dihitung kekakuan masing-masing batang yang bertemu


di titik C.

kbc = Ebc.Ibc/Lbc kcd = Ecd.Icd/Lcd


Pbc Pcd
B C D
Lbc Lcd
Penerapan… (lanjutan)

2. Dihitung faktor distribusi masing-masing batang yang


bertemu di titik buhul C.
kcb kcd
f d ,cb  f d ,cd 
kcb  kcd kcb  kcd
Penerapan… (lanjutan)

3. Dihitung momen luar (momen primer). Seperti titik buhul


B, masing-masing balok dianggap terjepit pada kedua
perletakkannya. Momen primer batang BC sudah dihitung
pada tahap 1, sehingga tidak perlu dihitung lagi. Jadi
tinggal menghitung momen luar pada batang CD.

(pos)
(neg) (pos) (neg)
B C
D
Mpbc Mpcb Mpcd Mpdc
Lbc Lcd
Penerapan… (lanjutan)

4. Dihitung momen distribusi di ujung batang yang bertemu di


titik C.

M d ,cb   f d ,cb .M p ,cb  M p ,cd  M d ,cd   f d ,cd .M p ,cb  M p ,cd 

5. Dihitung momen induksi di ujung lain batang yang bertemu


di titik C.

 
M i ,bc  1 .M d ,cb
2
 
M i ,dc  1 .M d ,cd
2
Penerapan… (lanjutan)

III. Dihitung titik buhul B (ulangan, putaran ke-2)

Pada ulangan ini, sebagai momen luar (momen primer)


adalah momen induksi dari hitungan langkah II (karena
pada langkah I titik buhul B sudah seimbang).
1. Dihitung kekakuan masing-masing batang yang bertemu
di titik B.
2. Dihitung faktor distribusi masing-masing batang yang
bertemu di titik B.
Penerapan… (lanjutan)

3. Dihitung momen luar (momen induksi dari langkah II)


Mp,bc = Mi,bc= (1/2). Md,cb

A B
(pos)
C

Lab Lbc
4. Dihitung momen distribusi di ujung batang yang bertemu
di titik buhul B.
5. Dihitung momen induksi di ujung batang lain yang
bertemu di titik buhul B.
Keterangan : hitungan no 1 sampai 3 sudah dihitung pada
langkah 1, sehingga hanya hitungan nomor 4 dan 5 saja yang
dilakukan.
Penerapan… (lanjutan)

IV. Dihitung titik buhul C (ulangan, putaran ke-2)

Pada ulangan ini, sebagai momen luar (momen primer)


adalah momen induksi dari hitungan langkah III (karena
pada langkah I dan II titik buhul C sudah seimbang).
1. Dihitung kekakuan masing-masing batang yang bertemu
di titik B.
2. Dihitung faktor distribusi masing-masing batang yang
bertemu di titik C.
Penerapan… (lanjutan)

3. Dihitung momen luar (momen induksi dari langkah III)


Mp,cb = Mi,cb= (1/2). Md,bc

B C
D

Lab Lbc
4. Dihitung momen distribusi di ujung batang yang bertemu
di titik buhul C.
5. Dihitung momen induksi di ujung batang lain yang
bertemu di titik buhul C.
Penerapan… (lanjutan)

V. Dihitung titik buhul B (ulangan, putaran ke-3)


VI. Dihitung titik buhul C (ulangan, putaran ke-3)

Keterangan: Langkah V dan langkah VI dilakukan berulang-


ulang, sampai momen induksinya kecil. Makin banyak
ulangannya, hasil hitungan semakin teliti.
Penerapan… (lanjutan)

VII. Hitungan tahap akhir


Proses hitungan pada tahap akhir ini adalah
penjumlahan dari semua momen yang ada (momen luar,
momen distribusi dan momen induksi pada masing-
masing ujung batang dijumlahkan).
Penerapan… (lanjutan)

Misalnya akan dihitung Mbc akibat beban di atas:

Mpbc Mdbc
Mbc = + +
(dari langkah I) (dari langkah I)

Mibc Mibc
+ +
(dari langkah II) (dari langkah III)

Mibc
(dari langkah ke…)
Penerapan… (lanjutan)

Contoh 6.1.
Balok 2 bentang dengan tiga perletakkan sederhana (sendi-
rol), menerima beban terbagi rata. Balok mempunyai E dan
I sama sepanjang balok.

q = 10 kN/m’

A B C
L1 = 5 m L2 = 4 m
Penerapan… (lanjutan)
q = 10 kN/m’
Contoh 6.1.
A B C
L1 = 5 m L2 = 4 m
Langkah I
Kekakuan balok:  
k BA  3 . E.I
4 

  3 .E .I
LBA  20
  
k BC  3 . E.I
4 

  3.E.I
LBC  16

3EI 3EI 1 1 4 5
kba : kbc  :  :  :  4:5
20 16 5 4 20 20

Langkah II
Dihitung faktor distribusi masing-masing balok (disini hanya
ada satu titik buhul, B)
kba 4 4 kbc 5 5
d f ,ba    d f ,bc   
kba  kbc 4  5 9 kba  kbc 4  5 9
Penerapan… (lanjutan)
q = 10 kN/m’
Contoh 6.1.
A B C
L1 = 5 m L2 = 4 m
Langkah III
Dihitung momen luar (momen primer)
Pada balok ini, perletakan di A dan C karena di tepi tetap
berupa sendi rol, adapun perletakan di B karena di titik
buhul maka dianggap jepit dulu.
Mp,ba Mp,bc
(neg) (pos)
A C
B

  8
2
 
M p ,ba   1 .q.Lba   1 .10.52  31,25kN .m
8
 8
2
 
M p ,bc   1 .q.Lbc   1 .10.4 2  20kN .m
8
Penerapan… (lanjutan)
q = 10 kN/m’
Contoh 6.1.
A B C
L1 = 5 m L2 = 4 m

Langkah IV
Dihitung momen distribusi di buhul B
 
M d ,ba   4 . 31,25  20   5kN .m
9
 
M p ,bc   5 . 31,25  20  6,25kN .m
9

Langkah V
Dihitung momen induksi.
Karena ujung yang lain (semua) berupa sendi, maka tidak
ada momen induksi.
Penerapan… (lanjutan)
q = 10 kN/m’
Contoh 6.1.
A B C
L1 = 5 m L2 = 4 m
Langkah VI
Dijumlahkan semua momen-momen yang ada.
M ab  0

M ba  31,25  5  26,25kN .m

M bc  20  6,25  26,25kN .m

M cb  0
Penerapan… (lanjutan)
q = 10 kN/m’
Contoh 6.1.
A B C
L1 = 5 m L2 = 4 m

Momen di tengah bentang:


M ab  1 .10.52  31,25kN .m M bc  1 .10.4 2  20kN .m
8 8

Hasilnya digambar:

A B C

20 kN.m
-26,25 kN.m
31,25 kN.m
Penerapan… (lanjutan)
q = 10 kN/m’
Contoh 6.1.
A B C
L1 = 5 m L2 = 4 m

Gambar diagram momen dapat juga dibuat sebagai berikut:

-26,25 kN.m

A C
B
6,875 kN.m

18,125 kN.m
Penerapan… (lanjutan)

Contoh 6.2.
Balok menerus dengan tiga bentang dan beban-beban
seperti gambar berikut. Bila diketahui EI balok sama
disepanjang bentang, maka hitunglah momen-momen
akibat beban tersebut.

5 kN 10 kN 4 kN
3m 4m 5m 3m 5m 1m

A B C D
7m 8m 6m
Penerapan… (lanjutan)
5 kN 10 kN 4 kN
Contoh 6.2. 3m 4m 5m 3m 5m 1m

A B C D
7m 8m 6m

1. Dihitung momen luar


M p ,ba
 
  1 .a.b 
2 L
   
. 2 L  a . P   1 .4.3
2 2. 2.7  4 . 5
7
  2

M p ,ba
 6,122kN .m

M p ,bc
2
 L   5.3 .10 8   7,031kN .m
 a.b . P 2
2
2

M  a .b .P   5 .3.10   11,719kN .m


2 2

p ,cb
L 2
8 2

M  1 .a.b  . 2.6  5.4 


. 2 L  a .P   1 .5.1
p ,cd
2 L 2 2
6 2

M cd  1,944kN .m
Penerapan… (lanjutan)
5 kN 10 kN 4 kN
Contoh 6.2. 3m 4m 5m 3m 5m 1m

A B C D
7m 8m 6m

2. Dihitung kekakuan masing-masing balok


ba
4
       
k  3 EI  3 EI  3 EI 
L 4 7 28
k  EI   EI   1 EI 
bc
L 8 8
k  EI   EI   1 EI 
cb
L 8 8
k  3 EI   3 EI   3 EI 
ba
4 L 4 6 24
Penerapan… (lanjutan)
5 kN 10 kN 4 kN
Contoh 6.2. 3m 4m 5m 3m 5m 1m

A B C D
7m 8m 6m

3. Dihitung faktor distribusi masing-masing balok pada titik


buhul B dan C
Titik buhul B 3.EI EI 3 1
kba : kbc  :  :  24 : 28
28 8 28 8

kba 24 24
f d ,ba     0,46
kba  kbc 24  28 52

k 28 28
f  
bc
  0,54
k k 24  28 52
d ,bc

ba bc
Penerapan… (lanjutan)
5 kN 10 kN 4 kN
Contoh 6.2. 3m 4m 5m 3m 5m 1m

A B C D
7m 8m 6m

3. Dihitung faktor distribusi masing-masing balok pada titik


buhul B dan C
EI EI
Titik buhul C kcb : k cd  :  1:1
2 2

kcb 1 1
f d ,cb     0,5
kcb  kcd 1  1 2

kcd 1 1
f d ,cd     0,5
kcb  kcd 1  1 2
Penerapan… (lanjutan)

Contoh 6.2. 5 kN 10 kN 4 kN
3m 4m 5m 3m 5m 1m

A B C D
7m 8m 6m

4. Dihitung momen distribusi, momen induksi serta momen


akhir pada masing-masing ujung balok. Biasanya, untuk
mempermudah hitungan dibuat tabel.
Buhul A B C D
Ujung btg AB BA BC CB CD DC
Fd 0,46 0,54 0,5 0,5

Mluar -6,122 +7,031 -11,719 +1,944

Mdistribusi -0,4195 -0,4895 +4,8875 +4,8875

Minduksi +2,4437 -0,2447

Mdistribusi -1,1278 -1,3158 +0,12235 +0,12235

Minduksi +0,06117 -0,6579

Mdistribusi -0,0282 -0,0329 +0,32895 +0,32895

Makhir -7,6975 +7,69767 -7,2828 7,2828


Penerapan… (lanjutan)

Contoh 6.2. 5 kN 10 kN 4 kN
3m 4m 5m 3m 5m 1m

A B C D
7m 8m 6m

5. Digambar diagram momen


Dihitung dulu momen di sepanjang bentang dengan
menganggap balok sendi rol.

M maks ,ab  P.a.b  5.3.4  8,57 kN .m


L 7

M maks ,bc  P.a.b  10.5.3  18,75kN .m


L 8

M maks ,cd  P.a.b  4.5.1  3,33kN .m


L 6
Penerapan… (lanjutan)

Contoh 6.2. Jadi gambar diagram momennya adalah

A B C D
8m 6m
3,33 kN.m
-7,28 kN.m
-7,70 kN.m
8,57 kN.m

18,75 kN.m
Penerapan… (lanjutan)

Contoh 6.2. 6. Digambar diagram gaya geser


Dihitung gaya reaksi tumpuan balok AB:

5 kN
3m 4m 7,6975 kN

RA RB

5.4 7,6975
RA    1,757 kN
7 7

5.3 7,6975
RB    3,243kN
7 7
Penerapan… (lanjutan)

Contoh 6.2. 6. Digambar diagram gaya geser


Dihitung gaya reaksi tumpuan balok BC:

10 kN
7,6975 kN 5m 3m 7,2828 kN

RB RC

10.3 7,6975 7,2828


RB     3,802kN
8 7 7

10.5 7,2828 7,6975


RC     6,198kN
8 8 8
Penerapan… (lanjutan)

Contoh 6.2. 6. Digambar diagram gaya geser


Dihitung gaya reaksi tumpuan balok CD:

4 kN
7,2828 kN 5m 1m

RC RD

4.1 7,2828
RC    1,881kN
6 6

4.5 7,2828
RD    2,119 kN
6 6
Penerapan… (lanjutan)

Contoh 6.2. 6. Digambar diagram gaya geser


Diagram gaya geser dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

3,802 kN
1,757 kN 1,881 kN

A B C D

2,119 kN
3,243 kN

6,198 kN
E. Penerapan Teori Distribusi Momen Pada Portal Tidak
Bergoyang
Portal adalah jenis struktur yang merupakan rangkaian
kolom dan balok seperti gambar berikut:

Balok atap
Kolom

Balok lantai
Kolom
Portal Tidak Bergoyang…(lanjutan)

Jenis portal:
1. Portal tidak bergoyang
2. Portal bergoyang

Yang termasuk portal yang tidak bergoyang adalah portal


yang:
1. Bentuk portal dan bebannya simetris
2. Portal yang ditahan goyangannya
misalnya ditahan oleh perletakan pada fondasi di lereng
bukit, portal dengan dinding geser, portal yang diberi
batang diagonal.
Portal Tidak Bergoyang…(lanjutan)

Bentuk portal dan


beban simetris,
sehingga tidak
terjadi goyangan
Portal Tidak Bergoyang…(lanjutan)

Portal tidak bergoyang karena ditahan oleh fondasi


di lereng bukit
Portal Tidak Bergoyang…(lanjutan)

Portal ditempelkan pada dinding geser, sehingga


goyangan ditahan dinding geser.
Portal dianggap tidak bergoyang.
Portal Tidak Bergoyang…(lanjutan)

Portal diberi batang diagonal, sehingga goyangan


menjadi kecil dan dianggap tidak bergoyang
Portal Tidak Bergoyang…(lanjutan)
Contoh 6.4.
Suatu portal yang menempel di dinding geser dengan
beban seperti gambar di bawah. Gambarlah diagram
momen, diagram gaya geser, dan diagram gaya normal
balok dan kolom akibat beban yang bekerja.
q = 10 kN/m’ q = 10 kN/m’
Balok atap: 300 × 500 mm
q = 5 kN/m’
Balok lantai: 400 × 700 mm
Kolom: 400 × 400 mm
A B C D
Modulus elastisitas beton:
12 kN 8 kN 8 kN 4 kN 4 m Es = 20000 MPa
2m 2m 2m 1,5 m

E F G H

4m

3m 5m 1,5 m
Portal Tidak Bergoyang…(lanjutan)

Contoh 6.4.
A B C D

E F G H

Mula-mula dihitung kekakuan batang-batang


Batang Lebar (b) Tinggi (h) Panjang (L) I=(1/12)bh3 K=I/L
AB 0,3 0,5 3
BC 0,3 0,5 5
EF 0,4 0,7 3
FG 0,4 0,7 5
KOLOM 0,4 0,4 4
Portal Tidak Bergoyang…(lanjutan)

Contoh 6.4.
A B C D

E F G H
I J

Dihitung faktor distribusi batang pada tiap titik buhul

Buhul B Batang BA, Batang BF, Batang BC


Buhul C Batang CB, Batang CG, Batang CD
Buhul F Batang FE, Batang FI, Batang FG, Batang FB
Buhul G Batang GF, Batang GC, Batang GH, Batang GJ
Portal Tidak Bergoyang…(lanjutan)

Contoh 6.4.
A B C D

E F G H
I J

Dihitung :
(a) Momen distribusi di tiap ujung balok yang bertemu di
titik buhul
(b) Momen induksi dari ujung balok yang jauh dari titik
buhul
(c) Momen akhir
Portal Tidak Bergoyang…(lanjutan)

A B B C C D

1,829 10,414 15,039 11,554 2,813

B 4,625 C
8,741

4,921
F G 9,969

E F F G G H
4,098 40,710 49,089 23,40 6
F G
3,458 7,424

I 1,693 J
3,712
Portal Tidak Bergoyang…(lanjutan)

Uraian gaya vertikal

A B B C C D
7,5 17,5 17,5 3,75
7,5
0,61 3,008 3,008
0,61
3,471 2,311 2,311
3,471

18,197 16,803
4,638 10,362
Portal Tidak Bergoyang…(lanjutan)

A B B C C D
18,197 16,803 3,75
4,638 10,362

28,559 20,553

B C

F G

28,559 20,553
Portal Tidak Bergoyang…(lanjutan)

F G
20,553
28,559

E F F G G H
4 8 8 8 4

1,366 9,818 9,818


1,366
4,68 4,68
13,57 13,57

13,138 2,862
10,936 22,936
Portal Tidak Bergoyang…(lanjutan)

F G
20,553
28,559

E F F G G H
10,936 2,862 4
22,936 13,138

64,633 27,415

F G

I
J
64,633 27,415
Portal Tidak Bergoyang…(lanjutan)

A B B C C E

1,230 1,156 2,387 4,677


B = C 2,492 2,185 =

= =
F 1,230 1,156 2,387 G 2,492 2,185 4,677

E F F G G H

0,423 0,865 1,288 2,784


= 0,928 1,856
=
F G

I
= J =
0,423 0,865 1,288
0,928 1,856 2,784
Portal Tidak Bergoyang…(lanjutan)

2,29 A B 2,29 4,677 B C 4,677 C E

B 2,387 C 4,677

F 2,387 G 4,677

0,794 E F 0,794 1,893 F G 1,893 G H

1,288
F 2,784
G

I
1,288 J 2,784
Portal Tidak Bergoyang…(lanjutan)

A B B C C D

1,829 10,414 15,039 11,554 2,813

B 4,625 C
8,741

4,921
F G 9,969

E F F G G H
4,098 40,710 49,089 23,40 6
F G
3,458 7,424

I 1,693 J
3,712
Portal Tidak Bergoyang…(lanjutan)
BMD

-15,039
-11,554
-10.414
-1.447 -2,813
-1,829
B 8.02 C
2,785 18.95 10.82
-40,710
19.887
-49,089 -23,40
-16.934 -24,220
-19,786 -6

F G
4,098

I J
Portal Tidak Bergoyang…(lanjutan)
B
BMD
-15,039
-11,554
-10.414
-1.447 -2,813 F
-1,829
-4,625 B 8.02 C 8,741
2,785 18.95 10.82
19.887 C
-40,710
-49,089 -23,40
-16.934 -24,220
-19,786 -6
4,921 -9,969
-3,458 F G 7,424 G
4,098

G
F

I J
1,693 -3,712

I J
Portal Tidak Bergoyang…(lanjutan)
SFD BALOK

18,197
4,638 3,75

10,362 B C
16,803

13,138 5,138
4
F 2,862 G
10,936

22,936

I J

Das könnte Ihnen auch gefallen