Sie sind auf Seite 1von 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Partikel dalam ilmu fisika adalah objek terlokalisasi kecil yang dapat
memiliki beberapa sifat fisik atau kimia seperti volume atau massa. Partikel
sangan bervariasi dalam ukuran atau kuantitas, mulai dari partikel sub-atom
seperti elektron, hingga partikel mikroskopis seperti atom dan molekul,
hingga partikel makroskopis seperti serbuk dan material butiran lainnya.
Fisika statistik memiliki tiga distribusi statistik, yaitu statistik Maxwell-
Boltzmann, statistik Bose-Einstein, dan statistik Fermi-Dirac. Statistik Bose-
Einstein dan statistik Fermi-Dirac termasuk statistik kuantum. Statistik
kuantum muncul karena adanya keterbatasan statistik Maxwell-Boltzmann
dalam menganalisis suatu permasalahan fisika pada kasus tertentu misalnya
pada distribusi gas foton. Yaitu bundel energi radian elektromagnetik juga
terjadi kesulitan. Energi foton adalah sebanding dengan frekuensinya. Hasil
yang diperoleh statistik Maxwell-Boltzmann meramalkan penambahan
jumlah foton persatuan rentangan frekuensi seperti sebagai penambahan
frekuensi secara kontinu. Padahal hasil yang actual diberikan oleh hukum
Planck, distribusi foton tersebut ada maksimum dan bergerak secara asimtotik
menuju nol pada kedua sisi maksimum.
Semua kesulitan yang dikemukakan di atas telah dipecahkan dengan
statistik kuantum. Perbedaan yang esensial antara teori yang lama dengan
yang baru terletak pada metode pendefinisian microstate dan penghitungan
jumlah microstate yang diasosiasikan dengan makrostate tertentu. Statistik
kuantum secara actual mencakup statistik Maxwell-Boltzmann dalam kasus
limit tertentu.
A. Einstein dan S.N Bose mengembangkan statistik yang berperan
untuk suatu sistem yang terdiri dari sejumlah besar partikel identik tak
terbedakan, hampir bebas, yang masing-masing memiliki spin bulat yang
dinamakan statistik Bose-Einstein. Partikel-partikel ini, yang disebut boson,
di mana boson tidak mememuhi asas larangan Pauli. Contoh sistem boson
adalah sistem foton, molekul-molekul H2, dan helium cair. Fungsi gelombang

1
boson tidak terpengaruh oleh pertukaran setiap pasangan partike. Fungsi
gelombang semacam ini disebut simetrik. Setiap jumlah boson bisa terdapat
dalam keadaan kuantum yang sama dari sistem itu.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasakan latar belakang di atas, adapaun rumusan masalah dalam
makalah ini antara lain:
1) Bagaimana perbedaan statistik Maxwell-Bolztman, Bose-Einstein, dan
Fermi-Dirac?
2) Bagaimana peluang termodinamika menurut Bose-Einstein?
3) Bagaimanakah statistik Bose-Einstein?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini antara lain:
1) Menjelaskan perbedaan statistik Maxwell-Bolztman, Bose-Einstein, dan
Fermi-Dirac
2) Menjelaskan peluang termodinamika Statisitk Bose-Einstein
3) Menjelaskan statistik Bose-Einstein

1.4 Manfaat Penulisan


Dengan disusunnya makalah ini diharapkan dapat menambah literatur
yang membahas Statistik Bose-Einstein khususnya:
4) Menjelaskan perbedaan statistik Maxwell-Bolztman, Bose-Einstein, dan
Fermi-Dirac
5) Menjelaskan peluang termodinamika Statisitk Bose-Einstein
6) Menjelaskan statistik Bose-Einstein

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perbedaan Statistik Maxweel-Boltzman, Bose-Einstein, dan Fermi-Dirac


Terdapat tiga buah hukum distribusi statistik yang dikenal, yaitu
distribusi statistik Maxwell-Boltzmann, Bose-Einstein, dan terakhir distribusi
statistik Fermi-Dirac. Perbedaan dari masing-masing fungsi distribusi dapat
dilihat pada Tabel 1. di bawah ini.
Tabel 1. Perbedaan distribusi statistik.
Tipe
Sifat-Sifat Fungsi Contoh
Distribusi
Maxwell- Partikel- 𝑓𝑀𝐵 (𝜀) Semua
Boltzmann partikel identik = 𝐴𝑒 −𝜀/𝑘𝑏𝑇 jenis gas.
yang dapat
dibedakan.
Bose- Partikel identik 𝑓𝐵𝐸 (𝜀) He cair
Einstein yang tak 1 (spin 0),
=
dibedakan 𝑒 𝜀/𝑘𝐵 𝑇 − 1 Foton
berspin bulat. (spin 1)
Fermi- Partikel identik 𝑓𝐹𝐷 (𝜀) Elektron
Dirac yang tidak 1 (spin
= 𝜀𝑖 −𝜀𝑓 ⁄𝑘𝐵 𝑇
dapat 𝑒 +1 ½),Proton,
dibedakan dan
berspin neutron
tengahan.

Fungsi distribusi f ( i ) menyatakan cacah partikel rata-rata yang

berada pada keadaan i, karena f hanya bergantung pada energi ( i ) maka


cacah partikel rerata pada keadaan yang energinya sama adalah sama. Jadi:
𝑓(𝜀2 ) = 𝑓(𝜀3 ) jika ε2 = ε3
Secara terperinci dapat dijelaskan perbedaan antara statistik Maxwell-
Boltzmann, statistik Bose-Einstein, dan statistik Fermi-Dirac.
Statistik Maxwell- Statistik Bose- Statistik Fermi-
Boltzmann Einstein Dirac
 Berlaku untuk partikel  Berlaku untuk  Berlaku untuk
identik yang partikel identik yang partikel identik
terbedakan tak terbedakan yang tak
 Dalam suatu ruang fase  Dalam suatu ruang terbedakan

3
terdapat beberapa cell fase terdapat  Dalam suatu ruang
 Tidak menerapkan beberapa cell dan fase terdapat
prinsip-prinsip dalam setiap cell beberapa cell dan
ketidakpastian, tersebut dibagi dalam setiap cell
sehingga dalam menjadi beberapa dalam ruang fase
penerapannya tidak kompartemen tersebut dibagi
menggunakan fungsi tergantung pada menjadi beberapa
gelombang jumlah titik fase kompartemen
 Partikel yang dikaji tergantung pada
disebut dengan jumlah titik fase
Boson  Partikel yang dikaji
 Tidak menerapkan disebut dengan
prinsip Eksklusi Fermion
Pauli pada partikel  Menerapkan prinsip
yang dikaji Eksklusi Pauli pada
 Fungsi gelombang paartikel yang
partikel yang dikaji dikaji
tidak terpengaruh  Fungsi gelombang
oleh pertukaran partikel yang dikaji
setiap pasangan berubah tanda
partikel (simetrik) terhadap pertukaran
setiap pasangan
partikel
(antisimetrik)

Perbedaan masing-masing distribusi dapat dijabarkan sebagai berikut.


1) Distribusi Maxwell-Boltzmann
Distribusi ini adalah distribusi klasik yang berlaku pada sistem
partikel identik yang dapat dibedakan satu terhadap yang lain. Cacah partikel
rerata fMB yang berada pada keadaan i dengan energi ( i ) adalah:
−𝜀𝑖
⁄𝑘 𝑇
𝑓𝑀𝐵 (𝜀𝑖 ) = 𝐴𝑒 𝐵

dimana:
A adalah tetapan untuk suatu suhu yang diberikan,
kB adalah tetapan Boltzmann = 1,38 × 10-23 J/K,
T adalah suhu mutlak.
Distribusi Maxwell-Boltzmann ini menerangkan kelakuan rata-rata
gas atom atau molekul.

4
2) Distribusi Bose-Einstein
Distribusi ini berlaku untuk sistempartikel identik yang tidak dapat
dibedakan, masing-masing partikel mempunyai spin bulat. Partikel semacam
ini disebut boson. Cacah partikel rata-rata yang menempati keadaan i dengan
energi ( i ) adalah:
1
𝑓𝐵𝐸 (𝜀𝑖 ) = 𝜀𝑖

𝑒 𝑘𝐵 𝑇 −1
Fungsi distribusi Bose-Einstein ini mendekati fungsi distribusi

Maxwell-Boltzmann untuk  i  k B T maka exp


i  1 , sehingga:
k BT
1 −𝜀𝑖
⁄𝑘 𝑇
𝑓𝐵𝐸 (𝜀𝑖 ) ≈ 𝜀𝑖 ≅𝑒 𝐵 ≅ 𝑓𝑀𝐵

𝑒 𝑘𝐵 𝑇
3) Distribusi Fermi-Dirac
Distribusi Fermi-Dirac berlaku untuk sistem partikel identik yang
tidak dapat dibedakan dan masing-masing partikel berspin tengahan. Partikel
semacam ini disebut Fermion seperti elektro, proton, dan neutron yang
mematuhi prinsip ekslusi Pauli. Pada distribusi Maxwell-Boltzmann dan
bose_Einstein setiap keadaan boleh ditempati oleh partikel dengan cacah
berapa saja, sedangkan pada distribusi Fermi-Dirac setiap keadaan hanya
boleh ditempati sebuah partikel atau kosong sama sekali.Cacah partikel rata-
rata pada state i dengan energi ( i ) adalah:
1
𝑓𝐹𝐷 (𝜀) = 𝜀𝑖 −𝑒𝑓
⁄𝑘 𝑇
𝑒 𝐵 +1
f
disebut energi Fermi yang nilainya konstan dan hampir tidak bergantung
pada suhu. Arti fisis dari energi Fermi dapat dilihat dari persamaan di atas.
Untuk keadaan dengan energi  i =  f cacah partikel rata-rata adalah ½ yaitu

bahwa kebolehjadian keadaan berenergi  f tertempati adalah ½. Untuk

keadaan yang energinya jauh lebih kecil dari  f , suku eksponensial pada
persamaan di atas praktis nol dan fFD = 1. keadaan demikian itu berarti telah
terisi penuh mengingat tiap keadaan yang boleh diisi sebuah partikel. Untuk
keadaan yang energinya jauh lebih besar dari  f maka suku eksponensialnya

5
menjadi jauh lebih besar dari +1 dan fungsi fFD menjadi fungsi distribusi
Maxwell-Boltzmann (fMB).
( i  f )
Pada T=0 dan  i   f 
 e 0
 e  sehingga f FD  1
( i  f )
Serta  i   f 
 e 0
 e  sehingga f FD  0

2.2 Peluang Termodinamika Statistik Bose-Einstein


Menurut Sujanem (2004) dalam mengkaji statistik kuantum, kita
kembali menggunakan ruang fase 6 dimensi. Sepanjang tiga sumbu kita plot
koordinat segiempat x, y, z, dalam ruang biasa. Sebagai pengganti komponen
kecepatan pada tiga sumbu yang lain digunakan tiga komponen momentum.
Jika m adalah massa sebuah partikel yang bergerak dengan kecepatan p, maka
momentum p adalah:
𝑝 = 𝑚𝑣 dan komponen momentum pada masing-masing sumbu adalah
adalah: 𝑝𝑋 = 𝑚𝑣𝑥 , 𝑝𝑦 = 𝑚𝑣𝑦 , 𝑝𝑧 = 𝑚𝑣𝑧
Koordinat dari titik-titik di dalam ruang adalah x, y, z, px , py , pz dan
elemen volume adalah paralel epipedium 6 dimensi dengan volume:
𝐻 = 𝑑𝑥 𝑑𝑦 𝑑𝑧 𝑑𝑝𝑥 𝑑𝑝𝑦 𝑑𝑝𝑧
Menurut mekanika klasik, posisi dan momentum dari sebuah partikel
dapat dispesifikasikan dengan derajat ketelitian yang diinginkan, dengan
demikian dapat dinyatakan dengan titik geometri dalam ruang fase. Salah satu
prinsip mendasar dalam mekanika kuantum adalah bahwa ada batas ketelitian
eksperimental antara posisi dan momentum dari sebuah partikel yang
ditentukan secara simultan. Ketelitian kuantitas ini dapat dispesifi-kasikan
secara matematis. Ini merupakan hukum alam yang telah diformulasikan
dengan prinsif ketidakpastian Heisenberg. Prinsip ini diformulasikan di
dalam beberapa cara yang berbeda. Dalam pembahasan ini akan mengacu
pada prinsip keadaan bahwa koordinat-koordinat sebuah partikel di dalam
sebuah ruang fase dapat dispesifikasikan hanya pada posisi dan momentum
partikel yang terletak dalam elemen ruang fase yang volumenya h3,dengan h
menyatakan konstanta Planck yang besarnya 6,6237 x 10-34 Joule-sekon.

6
Di dalam kajian statistik kuantum selanjut-nya kita akan menggunakan
elemen volume h3 sebagai kompartemen untuk membedakan dari volume cell
H. Jumlah kom-partemen per cell, n adalah sama dengan H/h3.
Berdasarkan statistik Maxwell-Boltzmann jumlah mikrostate
didefinisikan sebagai jumlah permutasi dari makrostate tertentu. Sebagai
contoh, jika molekul a dan b bertukar cell di dalam ruang fase, makrostate
sistem tak berubah, tetapi mikrostate dianggap berbeda. Ini berarti bahwa di
dalam statistik Maxwell-Boltzmann molekul-molekul dianggap berbeda satu
dengan yang lainnya, namun perubahan susunan atau urutan titik fase dalam
cell tertentu dianggap tidak mengubah mikrostate. Peristiwa yang esensial
untuk statistik kuantum adalah bahwa molekul-molekul adalah identik (tak
terbedakan). Ini berarti bahwa kita tak membicarakan molekul-molekul a dan
b sebagai pertukaran cell di dalam ruang fase. Kita harus mencari metode
baru dalam mendefinisikan mikrostate.
Jika diambil contoh sederhana yaitu empat buah titik fase dan dua buah
cell i dan j. Misalkan kita ambil makrostate tertentu Ni = 3, Ni = 1. Menurut
statistik Maxwell-Boltzmann W = 4. Karena molekul-molekul tak
terbedakan, marilah kita nyatakan molekul-molekul dengan titik (pada
statistik Maxwell-Boltzmann dinyata-kan dengan huruf). Jika cel-cel tak
dibagi menjadi kompartemen maka hanya akan ada satu susunan makrostate
(gambar 1a), tetapi dengan adanya sub cell (kompartemen), maka akan ada
sejumlah susunan yang berbeda. Pada pembahasan ini tidak dikenakan
pembatasan dalam pengisian titik fase (jadi tidak mengikuti prinsif eksklusi
Pauli). Teori statistik ini dikembangkan secara terpisah oleh Bose dan
Einstein, dan disebut statistik Bose-Einstein.
Kembali pada pemisalan mikrostate yang diilustrasikan pada gambar 1.
Marilah kita asumsikan ada empat kompartemen. Gambar 1b menunjukkan
cell i dan j masing-masing dibagi menjadi empat kompartemen, dan tanpa
membuat identitas partikel kita lihat bahwa ada 20 cara yang berbeda dari
susunan titik fase di dalam cell i, dan ada empat cara susunan sebuah titik di
dalam cell j. Kita dapat menunjukkan peluang thermodinamika untuk masing-
masing cell, sama dengan jumlah kemungkinan cara penyusunan titik fase di

7
dalam cell. Peluang termodinamika merupakan jumlah mikrostate yang
berkaitan dengan makrostate tertentu yang dinyatakan dengan W.
Hal ini tidak dilakukan di dalam statistik Maxwell-Boltzmann, di mana
mikrostate dianggap berbeda hanya bila partikel tertentu bergeser dari satu
sell ke sell yang lain. Jika Wi dan Wj menyatakan probabilitas untuk cell i dan
j seperti gambar 1.a dibawah ini, maka :
Wi = 20, Wj = 4
Cell i ...

Cell j .

Gambar 1a. Susunan Makrostate

... .. . .. . . .

. . .. .. .

... .. .. . . . .

. . .. .. .

Cell i Wi = 20

.. . .. . .

... . .. .. . . .

... . .

8
cell j . . W j= 4

. .

Gambar 1b. Susunan Mikrostate

Jumlah total susunan yang disebut dengan peluang thermodinamika W


dari makrostate adalah :
𝑊 = 𝑊𝑖 𝑊𝑗 = 20 × 4 = 80
Hal ini sangat kontras dengan W = 4 untuk statistik Maxwell-
Boltzmann.
Secara umum, bila ada sejumlah cell, maka dapat diformulasikan :
𝑊 = ∏ 𝑊𝑖 ................................................................................... (1)
Sekarang kita turunkan pernyataan untuk W di dalam bentuk Ni.
Anggaplah kompartemen di dalam cell ke-i deberi nomor 1, 2, 3, ... sampai
n, dan titik fase diberi label a, b, c, ... sampai Ni. Meskipun tiap titik fase
dianggap tidak terbedakan, kita tunjukkan dengan huruf hanya untuk
sementara saja untuk membantu menjelaskan bagaimana peluang
thermodinamika dihitung. Dalam salah satu susunan titik fase di dalam cell i,
kita dapat memiliki titik a dan b di dalam kompartemen 1, c di dalam
kompartemen 2, di dalam kompartem 3 mungkin kosong, sedangkan
kompartemen 4 berisi titik d, e, f, dan seterusnya. Keadaan ini dapat
dinyatakan dengan gabungan urutan huruf dan nomor.

2 .
1ab c 3 4def .. (2)

dengan huruf mengikuti sebuah nomor yang menunjukkan titik fase di


dalam kompartemen tersebut. Jika nomor-nomor dan huruf-huruf disusun di
dalam semua kemungkinan urutan, masing-masing urutan akan menyatakan
sebuah mikrostate yang didahului dengan sebuah nomor. Ada n cara urutan
dapat dimulai untuk n kompartemen, dan dalam tiap urutan ini tersisa (n+NI-

9
1) nomor dan huruf dapat disusun di dalam sembarang urutan. Jumlah cara
yang berbeda untuk sesuatu x dapat disusun di dalam suatu urutan adalah x!,
dengan demikian jumlah urutan yang berbeda yang dimulai dengan nomor
adalah :

𝑛(𝑛 + 𝑁𝑖 − 1)! ................................................................................(3)

Sekarang, meskipun masing-masing urutan menyatakan sebuah


mikrostate, banyak di antara urutan tersebut menyatakan mikrostate yang
sama. Sebagai contoh, susunan block di dalam persamaan (2) di dalam urutan
yang berbeda sedemikian :

1
3 ab 4def 2c

tidak mengubah mikrostate, karena kompartemen yang sama berisi


partikel yang sama. Ada n blok dalam urutan, salah satu untuk tiap
kompartemen, dengan demikian jumlah urutan yang berbeda dari blok adalah
n! dan kita harus membagi persamaan (3) untuk menghindari perhitungan
mikrostate yang sama lebih dari sekali. Juga karena molekul-molekul secara
aktual tak terbedakan, urutan yang berbeda dari huruf seperti

1c a 2e 3 4dbf

menyatakan mikrostate yang sama seperti (2), karena setiap


kompartemen tertentu berisi jumlah titik fase yang sama. Ni huruf dapat
disusun dalam Ni! urutan yang berbeda, dengan demikian (3) harus juga
dibagi dengan Ni! Jadi, jumlah mikrostate untuk cell ke i adalah :
nn  Ni  1!
Wi 
n! Ni!
Karena n! = n(n-1)!, maka diperoleh :

10
Wi 
n  Ni  1! .......................................................................... (4)
(n  1)! Ni!
Dengan menerapkan persamaan (4) untuk menentukan kasus pada
gambar 1b, dengan n = 4, Ni =3, Nj =1, kita dapatkan

Wi 
4  3  1!  20
(4  1)!3!

Wi 
4  1  1!  4
(4  1)!1!
yang mana sesuai dengan hasil yang diperoleh dengan menghitung.
Untuk masing-masing mikrostate dari cell ke-i, kita dapat memiliki
salah satu mikrostate dari cell ke-j. Jumlah total mikrostate yang melibatkan
semua cell (peluang termodinamikanya) adalah:

W  Wi  
n  Ni  1! ..................................................... (5)
(n  1)! Ni!

2.3 Statistik Bose-Einstein


Entropi dari suatu sistem sama dengan k ln W, dan cari distribusi yang
membuat S atau W masksimum. Perubahan dalam ln W sebagai hasil
perubahan di dalam Ni, yang dibuat sama dengan nol untuk keadaan peluang
thermodinamika maksimum. Adapaun penurunan rumusnya adalah:

n  N i  1!
W 
n  1N i !
n  N i  1!
ln W  ln
n  1N i !

ln W  ln n  N i  1! ln n  1  ln N i !

Dengan menggunakan pendekatan Sterling ln x  x ln x  x

ln W  n  N i  1 ln n  N i  1  n  N i  1  n  1 ln n  1  n  1  N i ln N i  N i 


 n  N i  1 ln n  N i  1  n  N i  1  n  1 ln n  1  n  1  N i ln N i  N i
  n  N i  1 ln n  N i  1  n  1 ln n  1  N i ln N i 

11
 ln W   n  N i  1ln n  N i  1  n  1ln n  1  N i ln N i 

Karena mengkaji secara makro, unsur nilai 1 dapat diabaikan. Sehingga


diperoleh:

 ln W    n  N i  ln n  N i   n ln n  N i ln N i 
 ln W  
  ln n  N i   n  N i   (ln N i  1)
1
N i  n  N i  
 ln W
  ln n  N i   ln N i 
N i
 ln W  n  N i  
 ln 
N i  Ni 
 n  N i  
 ln W   ln N i
 Ni 

Jadi diperoleh:


 n  Ni 
 ln W   ln   Ni  0 .............................................. (6)
 N i 

Jika jumlah partikel dan energi total adalah konstan, kita mempunyai
persamaan kondisi:

 N   N i  0

 U   wi N i  0

Kalikan dengan pengali Lagrange yaitu, persamaan pertama dengan – ln


(B) dan persamaan ke dua dengan   , kemudian tambahkan dengan
persamaan di atas, maka diperoleh:

  ln B  N i 0

  w  Ni i 0

12
 n  Ni 
 ln N   Ni  0 
 i 
 n  Ni 
 ln N   ln B  wi Ni  0
 i 

Dan karena efek  Ni sekarang independent, maka

 n  N i 
ln 
 ln B  wi  dibuat nol.
 Ni 

Dengan demikian akan diperoleh:


 nN 
ln  i    ln B  wi  0

 N i 

ln 

 nN 
i  
   wi  0

 BN i 

ln 

 nN 
i  
   wi

 BN i 

n  N  i

 e wi

BN i
n

 1  B e wi
Ni

n  wi N 1

 Be 1  i  wi
Ni n B e 1

Jadi diperoleh persamaan:

Ni 1
 .................................................................... (7)
n B exp( wi )  1

Persamaan diatas dikenal sebagai fungsi distribusi Bose – Einstein.


Penggali 𝛽 = 1/𝑘𝑇 sehingga persamaan statistik Bose-Einstein dapat
dituliskan sebagai berikut:

13
Ni 1
 ................................................................ (8)
n B exp( 1 wi )  1
kT

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat disampaikan berdasarkan pemaparan materi
sebelumnya adalah sebagai berikut:
 Perbedaan distribusi Maxwell Boltzmann , Bose-Einstein, dan Fermi-Dirac
terletak pada sistem partikel identik, misalnya pada Maxwell Boltzmann
sistem dapat dibedakan, sedangkan pada bose Einstein dan Fermi-Dirac
yang memiliki nilai Spin yang berbeda.
 Peluang termodinamika Statistik Bose-Einstein tidak mengikuti Prinsip
ekslusi Pauli, yang dirumuskan sebagai berikut:

W  Wi  
n  Ni  1!
(n  1)! Ni!
 Persamaan fungsi distribusi Bose – Einstein dituliskan sebagai berikut:
Ni 1

n B exp( wi )  1

3.2 Saran
Penulis menyadari ketebatasan yang dimiliki dalam penyajian makalah
ini. Oleh karena itu, setelah membaca dan mengkaji makalah ini, kami selaku
penulis mengharapkan agar pembaca juga dapat mencari berbagai sumber lain
sebagai bahan bandingan dan referensi yang terkait dengan materi dalam
makalah ini.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ngurah, Anak Agung Gede. 2005. Fisika Statistik II. Bahan Perkuliahan. IKIP
Negeri Singaraja. Tidak diterbitkan.

Sujanem, Rai. 2004. Fisika statistik bagian 2. Bahan Ajar. IKIP Negeri Singaraja.
Tidak diterbitkan.

15

Das könnte Ihnen auch gefallen