Sie sind auf Seite 1von 6

CATATAN OSCE FORENSIK (15-28 Agt 2022)

• Visitu di lembaga, bukan praktek pribadi → puskesmas boleh, rs boleh


• Kasus perkosaan : di VeR kita Cuma blg “tanda persetubuhan”. Kita ga menentukan cara
• Komunikasi di RS, hasilnya kita ke penyidik. Gaada komunikasi mengenai hasil pemeriksaan ke pasien/keluarga
pasien. Penyidik yang akan jelaskan ke pasien/keluarga.

Informed Consent
Berlaku pada visum hidup : selamat pagi Pak/Bu, perkenalkan saya dr. X yang sedang bertugas di rumah sakit pada
pagi hari ini. Dengan Bapak/Ibu siapa nggih Namanya? Kapan nggih tanggal lahirnya? Baik Pak/Bu, saya akan
melakukan pemeriksaan pada Bapak/Ibu sesuai dengan yang diminta pada surat permintaan visum, yaitu dari
wawancara, pemeriksaan luar tubuh dan dokumentasi foto saat pemeriksaan, dan pemeriksaan tambahan jika
dibutuhkan. Mohon maaf sebelumnya, mungkin nanti saat dilakukan pemeriksaan ada perasaan tidak nyaman pada
Bapak/Ibu, tapi semua pemeriksaan ini perlu dilakukan untuk membantu penyidik mendapatkan alat bukti untuk
pengadilan. Dan tenang saja Pak/Bu, semua hasil pemeriksaan ini akan kami jaga kerahasiannya. Bagaimana
Pak/Bu? Apakah Bapak/Ibu bersedia? Terima kasih.
Dasar Fotografi (3) Kaidah Fotografi (5) Peran Fotografi Forensik
1. Lighting: pencahayaan cukup, cahaya 1. Tajam (tidak blur) 1. Dokumentasi luka →
alami/ buatan, no under/over 2. Pencahayaan cukup → supaya interpretasi luka, repetitif
exposure → correct exposure warna dapat mencerminkan analisa (“dibekukan”)
(patokan: penggaris ABFO tetap hitam perkiraan usia luka 2. Membantu menjelaskan
putih) 3. Terukur (berskala) → cm kesaksian ahli di
2. Angle of view (sudut pengambilan): 4. Berlabel (beridentitas) → persidangan
jangan ada kesalahan paralaks (terlalu nama, no registrasi 3. Sebagai alat bukti sah →
jauh/dekat), tegak lurus, penggaris 5. Tidak ada perubahan elemen UU ITE, kasus pidana
sejajar/sebidang dengan luka gambar → tdk ada (petunjuk)
3. Jarak pengambilan: macro pengurangan/ penambahan
photography, jarak jauh menengah
Deskripsi luka : RKJKU
1. Regio 5. Ukuran
2. Koordinat Kuantitatif → ukuran
a. Sumbu X : jarak dari garis pertengahan a. Bentuk bulat/lingkaran : diameter
depan/belakang (mendatar) b. Bentuk elips : diagonal terpendek dan terpanjang
b. Sumbu Y : jarak dari titik anatomis terdekat, c. Bentuk tidak beraturan : sisi tegak lurus terpanjang
posisi penggaris vertikal (sesuai arah luka)
c. Sumbu Z : jarak dari tumit (luka tembak/tusuk) d. Bentuk garis : panjang luka
3. Jenis luka e. Luka terbuka : tautkan luka → lihat panjang luka
a. Memar (kalo jenazah, sesukanya ditautkan. Kalo hidup,
b. Lecet/abrasi/babras perhatikan indikasi klinis bole / ga ditutup. Kalo ga
c. Luka terbuka (tepi, sudut, jembatan jaringan, → tetep deskripsi panjang dan lebar bukaannya).
memar/lecet, dalam – panjang) Ditautkan utk menentukan panjang senjata.
4. Karakteristik Kualitatif → menembus sd jar lemak/ tulang/ otot/ kulit
a. Luka lecet : warna, bentuk (minimal) → berwarna
kemerahan, bentuk tidak beraturan Ex: pada perut kiri, sepuluh sentimeter dari garis
b. Luka memar : warna, bentuk (minimal) → pertengahan depan, sepuluh sentimeter dibawah garis
berwarna kebiruan, bentuk tidak beraturan mendatar melalui puting susu, ditemukan luka lecet
c. Luka terbuka : tepi, sudut, jembatan jaringan, berwarna kemerahan berbentuk tidak beraturan,
dasar, memar/lecet, dalam-panjang berukuran empat sentimeter kali dua sentimeter.

Luka Babras AM (Ante mortem) Luka Babras PM (Post Mortem)


coklat kemerahan, terdapat sisa-sisa epitel, Tanda Kekuningan, epidermis terpisah sempurna dari dermis,
intravital (+), lokasi sembarang tempat tanda intravital (-), lokasi pada daerah yg ada penonjolan
tulang
Tanda Kematian Tidak Pasti (Cepat) Tanda Kematian Pasti (Lambat)
Somatic death (klinis/sistemik) → px diam, contact Mati seluler/ molekuler → suhu tubuh turun (argor
flattening (lemas otot), gerak nafas spontan (-), sirkulasi mortis), LM, KM, perubahan pada mata, perubahan
darah berhenti, refleks cahaya & cornea (-) kimiawi cairan tubuh, pembusukan
Argor Mortis (suhu tubuh turun)
- Tergantung lingkungan (suhu/kelembapan), sebab kematian, keadaan umum jenazah (kurus ➔ suhu lebih
cepat turun, gemuk & atletis sebaliknya)
Livor mortis/ lebam mayat/ postmortem staining/ postmortem lividity
- Warna di bagian terendah tubuh → Normal : merah ungu, Awal timbul 20-60 menit postmortem
- Asfiksia : merah gelap // CO, CN, dingin : merah terang // Potas, chlorat : merah coklat
- Lokasi : intravasal (ditekan hilang), ekstravasal : ditekan ga hilang

Kalo posisinya dipindah di jam2 tsb


LM lama hilang, timbul LM LM lama(+), LM baru (+) LM lama (+), LM baru (-)
baru
- Distribusi : Luas (asfiksia), Tidak luas : perdarahan

Rigor mortis/ kaku mayat/ postmortem rigidity/ postmortem stiffning


- Urutan muncul : orbicularis oculi – otot wajah – leher – ext. atas – dada – perut – ext. bawah
- Urutan hilang : seperti di atas kecuali otot rahang/wajah terakhir
- Kekakuan muncul sejak 6-8 jam, dipertahankan selama 10-12 jam, lalu berangsur hilang

Pembusukan (kadang ada proses mummifikasi dan adipocere)


18-24 jam postmortem, dengan tanda:
- Warna kehijauan diperut kanan bawah --- daerah caecum.
- Balloning wajah.
- Keluar cairan kemerahan dr hidung,mulut.
- Bullae dikulit. (bullae pembusukan → dasar kekuningan karena albumin dikit, kalua luka bakar dasarnya
kemerahan krn albumin banyak)
- Kuku dan rambut mudah dilepas ----- 1 mg.
- Rongga perut dpt pecah ---- 1 – 2 mg
- Didapatkan larva lalat.
Udara --- 2x lambat dalam air --- 8x lambat dalam tanah

Menentukan cara, sebab, mekanisme kematian


- Cara : wajar (penyakit), tidak wajar (kecelakaan, dibunuh, bunuh diri) → kewenangan penyidik
Yang dimasukkan dalam visum dan ditentukan dokter :
- Sebab : trauma tumpul/tajam (kepala terbentur, ditusuk pisau), gantung diri, tenggelam → “sebab kematian
tidak dapat ditentukan karena tidak dilakukan pemeriksaan dalam”
- Mekanisme : perdarahan, asfiksia → “pasien meninggal karena tenggelam yang menyebabkan mati lemas”
DROWNING
Mekanisme drowning (2-3 sd 10 menit)
Waktu terjun ke air → gravitasi → tenggelam I → BJ tubuh < → air terapung → tertelan air → BJ tubuh > air →
tenggelam II → Gas pembusukan → Terapung ( 7 – 14 hari ) → tubuh pecah → tenggelam III.
Primary Drowning Secondary Drowning
- Wet drowning : tawar (VF), asin (Decomp cordis) Meninggal ≥ 30 min → edema paru : infeksi, asidosis
- Dry drowning : spasme laring, vagal inhibition reflex (bukan akibat langsung dari drowningnya)
Air tawar Air laut
- Patofis : air tawar msk paru → air lari ke vaskuler → - Patofis : air masuk paru → cairan dari vaskuler ke
hemodilusi → hemolisis → K+ keluar dari intrasel → paru → kongesti paru → dekompensasi kordis
hiperkalemi → ggn. kontraksi (fibrilasi ventrikel,
VT) - Darah hemokonsentrasi
- Darah hemodilusi - Paru lebih besar, basah, berat
- Paru lebih besar, kering, emfisematous - Na2+ ion plasma naik
- K+ ion plasma naik - Paru Warna merah kebiruan
- Paru Warna merah muda - Paru Dipotong krepitasi <, mengecil, cairan >
- Paru dipotong : krepitasi (+), tidak mengecil, cairan - Pijat paru : cairan (+)
< - Elektrolit klorida : Ki> Ka
- Pijat paru : cairan (-) - BJ plasma : Ki > Ka
- Elektrolit klorida : Ki < Ka
- BJ plasma : Ki < Ka
Pemeriksaan Luar Longsap Proef Test:
- Pakaian & tubuh basah, dingin - Alat : kaca objek, cover glass, mikroskop
- Lebam mayat merah gelap (krn asfiksia) - Bahan : getah subpleura
- Kulit telapak tangan dan kaki keriput (washer Syarat : jenazah belum membusuk
women’s hand and feet) - Yang dicari : pasir, lumpur, tumbuhan air, telur cacing
- M erector pili --> cutis anserina - Tes (+), penyebab lain (-) : fix sebabnya tenggelam
- Buih halus pada hidung & mulut - Tes (+), kausa lain (+) : tenggelam, sebab lain
- Cadaveric spasme : tanda intravital yang tidak dapat bersaing
ditiru. Terjadi antemortem. Akibat emosi yang - Tes (-) : airnya jernih, spasme laring, vagal inhibition
hebat reflex, dimasukkan air sesudah meninggal dunia
Pemeriksaan dalam Gettler test:
- Ptekie (+) - Cek konsentrasi elektrolit pada jantung kiri dan
- Paru lebih besar dan lebih berat kanan → Syarat : < 24 jam postmortem
- Busa pada saluran napas - + : jika >17 mEq/L
- Lambung --> cairan >
- Benda asing dalam alveoli
Pemeriksaan khusus
- Longsap proef (getah paru) (+), gettler test (+), BJ
plasma, diatome analysis
INTOKSIKASI CO
Sumber : knalpot mobil, hasil pembakaran tidak sempurna (rokok), kebakaran gedung dll
Sifat : tidak berwarna, tidak berbau
Cara kerja racun : mengikat Hb menjadii HbCO, berkompetisi dengan oksigen mengikat enzim sitokrom oksidase
Hasil otopsi
- Lebam mayat merah terang (cherry red)
- Darah & organ merah terang
- Pemeriksaan toksikologi : darah, kadar COHb > 30%
Kualitatif Test
Alkaline Dilution Test
Ambil 2 tabung reaksi --> 1-2 tetes darah korban ke tabung 1, darah kontrol ke tabung 2 --> masing2 tabung + 10
tetes air (pengenceran) --> masing2 tabung + 5 tetes NaOH 10-20% lalu kocok
Interpretasi hasil :
- Darah normal (gabole pake darah fetus karena resisten alkali) : segera menjadi merah hijau kecoklatan
(terbentuk alkalin hematin)
Darah yang mengandung COHb : setelah 1 menit menjadi coklat kehijauan
Formalin Test
- Darah : formalin 40% = 1:1 --> dicampur
- Interpretasi hasil :
- Darah normal : koagulat warna coklat
Darah dengan COHb 25% : koagulat berwarna merah
Kuantitatif Test
Gettler Freimuth Test
- Darah + kalium ferisianida --> CO dibebaskan dari COHb
- CO + PdIC2 + H2O --> Pd + CO2 + HCl
- Paladium (Pd) akan diendapkan pada kertas saring berupa endapan warna hitam
Cara lain adalah dengan spetrofotometrik dan gas kromatografi

CEKLIS VISUM JENAZAH


Pemeriksaan Kelengkapan Administrasi
- SPVR yang diantar penyidik
- Berkas Rekam Medis (jika sebelumnya dirawat di RS)
Pemeriksaan Label dan Pembungkus Tubuh Jenazah
1. Identifikasi label jenazah, cocokan identitas pada label dengan data RM/SPVR
2. Deskripsikan jenis pembungkus tubuh mayat lapis demi lapis dari lapisan luar ke paling dalam
Jenis barang (kantung jenazah, selimut, pakaian), jenis bahan (terpal, plastik, katun), merk, ukuran (kain
pembungkus : p x l, baju/celana:panjang/pendek, S/M/XL, angka), motif (gambar/tulisan), warna, keterangan
tambahan (cacat noda, robek, darah, dll)
3. Dokumentasi setiap pembungkus jenazah dalam bentuk foto
4. Jika terdapat barang yang melekat pada tubuh jenazah / sekitar jenazah, catat, deskripsikan & foto (kalung,
cincin, sabuk, sandal)
Pemeriksaan Status Antropometri dan Ciri Fisik
1) Lepaskan seluruh pembungkus dan pakaian
2) Posisikan Jenazah pada posisi anatomis
3) Ukur Panjang badan dari vertex ke dasar tumit
4) Ukur Berat badan jika belum terjadi pembusukan
5) Deskripsikan ciri-ciri jenazah:
- Jenis kelamin dari genitalia eks dan tanda2 perkembangan seks sekunder
- Perkiraan usia
- Ras
- Warna kulit
- Statuz gizi
- Rambut-rambut ( warna, ukuran terpanjang, jenis(lurus,ikal,keriting) , mudah/tidak dicabut )
- Ciri-ciri khusus ( tato, cacat lahir, tanda lahir, gigi emas , dkk )
Pemeriksaan Thanatologi
Kaku Mayat ( Rigor Mortis )
1. Gerakan persendian : rahang, siku, pergelangan tangan dan kaki, jari-jari tangan dan kaki, lutut
2. Nilai Derajat kekakuan : tidak ada, mudah dilawan, sukar dilawan
3. Ada tidaknya cadaveric spasm
4. Ada tidaknya heat stiffening
5. Ada tidaknya cold stiffening
Lebam Mayat ( Livor Mortis )
1. Inspeksi seluruh tubuh jenazah
2. Lakukan penekanan dengan warna yg lebih gelap menggunakan 5 jari selama 5 detik
3. Catat lokasi,warna, menghilang dengan penekanan/tidak
4. LM susah dievaluasi pada pasien hypovolemi/anemia
Pembusukan ( Dekomposisi )
1. Kehijauan di kuadran kanan bawah abdomen
2. Balooning Wajah
3. Amati ada tidaknya warna kehijauan/pelebaran vena-vena superficialis (marbling) pada kulit jenazah, catat lokasi
4. Amati ada tidaknya pembengkakan oleh gas pembusukan (bloating)
5. Amati cairan pembusukan yg bewarna kecoklatan yg keluar dari lubang-lubang tubuh
6. Amati ada tidaknya bullae
7. Amati ada tidaknya adipocere,mumifikasi
8. Kuku dan rambut mudah dilepas atau tidak
9. Ditemukan larva atau tidak
Pemeriksaan Tanda-tanda Asfiksia
1. Buka kedua mata → cek konjungtiva palpebra dan bulbi ( ptekie, tanda-tanda anemis)
2. Periksa bibir, gusi , palatum ( ptekie , tanda-tanda sianosis/tanda-tanda anemis )
3. Periksa ujung-ujung jari tangan dan kaki ( tanda-tanda sianosis )
Pemeriksaan Gigi Jenazah
1. Jumlah gigi , gigi susu/dewasa
2. Gigi Molar M3 sudah erupsi belum
3. Karies gigi
4. Kelainan gigi ( gigi hilang, gigi palsu, impaksi )
Pemeriksaan Lubang – lubang pada Tubuh
1. Kedua lubang telinga : benda asing, cairan, kelaianan lain
2. Mulut : benda asing, cairan, perdarahan, kelainan lain
3. Hidung : benda asing, cairan, perdarahan, kelainan lain
4. Anus : benda asing, cairan, perdarahan, feses, kelainan lain
5. Uretra : urine, air mani, kelainan lain
6. Liang Vagina: prolaps uteri/ ekstrusi janin
Pemeriksaan Luka – luka pada Kulit
1. Bersihkan Tubuh mayat menggunakan spons+air jika perlu
2. Deskripsi Luka (RKJKU)
3. Lakukan pemeriksaan intravitalitas untuk setiap luka yang ditemukan
1 Regio 5 ukuran:
2 Koordinat (x, y) - Bulat : diameter
3 Jenis : tajam (iris, tusuk, bacok), tumpul (lecet, memar, robek) - Elips : diagonal terpendek dan terpanjang
4 Karakteristik : - Tidak beraturan : sisi tegak lurus
- Tajam : tepi, sudut, jembatan jaringan, memar/lecet, dalam - terpanjang sesuai arah luka/Panjang
panjang - Terbuka : luka bisa ditautkan/tidak, diukur
- Tumpul : warna, bentuk panjangnya
- Terbuka : tepi, sudut, jembatan jaringan, memar/lecet, dasar
Pemeriksaan Patah Tulang
1. Jika memungkinkan → x-ray ( patah tulang tertutup )
2. Jika tidak memungkinkan → inspeksi (deformitas) dan palpasi (krepitasi)
3. Patah Tulang Terbuka → Inspeksi
Pemeriksaan Tanda Tenggelam
1. Ada tidaknya busa pada hidung dan mulut
2. Benda-benda air seperti pasir, tumbuhan, dsb pada rongga mulut dan hidung
3. Cutis anserina
4. Washer woman’s hand
5. Cadaveric spasm
Tentukan tanda-tanda tersebut merupakan tanda intravital atau post mortem
Menuliskan Saran / Anjuran untuk Autopsi
CEKLIS VISUM HIDUP
Pemeriksaan Kelengkapan Administrasi
a. SPVR yang diantar penyidik
b. Informed consent verbal / tertulis
c. Bukti identitas pasien (KTP, SIM, SPVR, dkk)
Pemeriksaan Medis Forensik
1. Nilai kondisi pasien → jika gawat maka stabilisasikan dulu
2. Anamnesis: keluhan utama, mekanisme perlukaan, waktu perlukaan, ada tidaknya gejala/luka di tempat lain
3. Dokumentasi forensik (pakai kamera, label nama, penggaris)
1. Keadaan umum (GCS, TTV, BB, TB, Gizi)
2. Properti : jenis barang (kaos, celana panjang, jaket, kerudung, dll), jenis bahan (jeans, katun), merk, ukuran
(baju/celana, lengan panjang/pendek, S/M/XL, angka), motif (gambar/tulisan), warna, ket tambahan (cacat
noda, robek, darah, dll)
3. Kepala (bentuk rambut, warna, panjang, tipe, bagian tertutup rambut)
Dahi (luka/kelainan), Mata (conjungtiva, cornea, pupil, luka), Hidung (luka, cairan, kelainan), Mulut (cairan,
bibir atas bawah, mukosa, jumlah gigi, luka), Dagu (luka, kelainan), Pipi (luka, kelainan), Telinga (luka, cairan,
kelainan)
4. Leher (luka, kelainan)
5. Dada (luka, kelainan)
6. Perut (luka, kelainan)
7. Alat kelamin (luka, cairan, kelainan)
8. Anggota Gerak Atas Kanan dan Kiri (luka, kelainan)
9. Anggota Gerak Bawah Kanan dan Kiri (luka, kelainan)
10. Punggung (luka, kelainan)
11. Dubur (luka, cairan, kelainan)
12. Pemeriksaan Penunjang (xray, pem lab, dll)
13. Tindakan Medis (injeksi obat, dll)
4. Catat Hasil Pemeriksaan
5. Ringkasan
- Cara kejadian
- Luka/kelainan yang ditemukan
- Diagnosis klinis dari dokter ruangan

Das könnte Ihnen auch gefallen