Sie sind auf Seite 1von 20

LAPORAN PENDAHULUAN “HIPERTENSI”

DI RUANG UGD RS.Dr.M.YASIN


KAB. BONE

OLEH:

HAMKA HAQ
BT 1901045

CI INSTITUSI CI LAHAN

AKADEMI KEPERAWATAN BATARI TOJA


WATAMPONE
2021
I. KONSEP MEDIS

A. DEFINISI

Hipertensi atau yang biasa disebut tekanan darah tinggi


merupakan peningkatan tekanan darah sistolik di atas batas
normal yaitu lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik
lebih dari 90 mmHg (WHO, 2013; Ferri, 2017).

Gaya hidup sehat merupakan kebutuhan fisiologis yang


hirarki, kebutuhan manusia paling dasar untuk dapat
mempertahankan hidup termasuk juga menjaga agar tubuh tetap
bugar dan sehat serta terbebas dari segala macam penyakit.
Penyakit yang sering muncul akibat gaya hidup yang tidak sehat
salah satunya yaitu hipertensi (Sufa, Christantyawati, & Jusnita,
2017).

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang


mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang dapat
mengakibatkan angka kesakitan (morbiditas) dan angka
kematian (mortalitas). Hipertensi berarti tekanan darah di dalam
pembuluh-pembuluh darah sangat tinggi yang merupakan
pengangkut darah dari jantung yang memompa darah keseluruh
jaringan dan organ-organ tubuh (Aryantiningsih & Silaen, 2018).

Berdasarkan data World Health Organization (WHO),


prevalensi tekanan darah tinggi tahun 2014 pada orang dewasa
berusia 18 tahun keatas sekitar 22%. Penyakit ini juga
menyebabkan 40% kematian akibat penyakit jantung dan 51%
kematian akibat stroke. Selain secara global, hipertensi juga
menjadi salah satu penyakit tidak menular yang paling banyak di
derita masyarakat Indonesia (57,6%), di dalam (Jumriani et all,
2019).
Pola hidup yang tidak sehat pada penderita hipertensi
pada pasien dengan hipertensi perencanaan dan tindakan asuhan
keperawatan yang dapat di lakukan diantaranya yaitu memantau
tanda-tanda vital pasien, pembatasan aktivitas tubuh, istirahat
cukup, dan pola hidup yang sehat seperti diet rendah garam, gula
dan lemak, dan berhenti mengkonsumsi rokok, alkohol serta
mengurangi stress (Aspiani, 2016)

B. ETIOLOGI

Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab


yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan
curah jantung atau peningkatan tekanan perifer. Akan tetapi, ada
beberapa factor yang memengaruhi terjadinya hipertensi :

a. Genetik : respon neurologi terhadap stress atau kelainan


ekskresi atau transport Na.

b. Obesitas : terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang


mengakibatkan tekanan darah meningkat.

c. Stress karena lingkungan

d. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada


orang tua serta pelebaran pembuluh darah (Aspiani,
2016)

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan ;

1. Hipertensi primer (esensial)

Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum


diketahui penyebabnya. Diderita oleh seitar 95% orang.
Oleh karena itu, penelitian dan pengobatan lebih
ditunukan bagi penderita esensial.

Hipertensi primer disebabkan oleh faktor berikut ini.


a. Faktor keturunan

Dari data statistic terbukti bahwa seseorang akan


memiliki kemungkinan lebih besar untuk
mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah
penderita hipertensi.

b. Ciri perseorangan

Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya


hipertensi adalah umur (jika umur bertambah maka
tekanan darah meningkat), jenis kelamn (pria lebih
tinggi dari perempuan), dan ras (ras kulit hitam lebih
banyak dari kulit putih).

c. Kebiasaan hidup Kebiasaan hidup yang sering


menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi
garam yang tinggi (lebih dari 30g), kegemukan atau
makan berlebih,stress, merokok, minum
alcohol,minum obat-obatan (efedrin, prednisone,
epinefrin).

2. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang


jelas salah satu contoh hipertensi sekunder adalah
hipertensi vascular renal, yang terjadi akibat stenosis
arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau
akibat aterosklerosis stenosis arteri renalis menurunkan
aliran darah ke ginjal sehingga terjadi pengaktifan
baroreseptor ginjal, perangsangan pelepasan renin, dan
pembentukan angiotensin II. Angiotensin II secara
langsung 14 meningkatkan tekanan darah tekanan darah,
dan secara tidak langsung meningkatkan sintesis
andosteron dan reabsorpsi natrium. Apabila dapat
dilakukan perbaikan pada stenosis, atau apabila ginjal
yang terkena di angkat,tekanan darah akan kembali ke
normal.

Penyebab lain dari hipertensi sekunder, antara lain


ferokromositoma, yaitu tumor penghasil epinefrin di
kelenjar adrenal, yang menyebabkan peningkatan
kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup, dan
penyakit cushing, yang menyebabkan peningkatan
volume sekuncup akibat retensi garam dan peningkatan
CTR karena hipersensitivitas system saraf simpatis
aldosteronisme primer (peningkatan aldosteron tanpa
diketahui penyebab-nya) dan hipertensi yang berkaitan
dengan kontrasepsi oral juga dianggap sebagai
kontrasepsi sekunder (Aspiani, 2016).

C. PATOFISIOLOGI

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi


pembuluh darah terletak dipusat vasomotor pada medulla diotak.
Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut kebawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus
yang bergerak kebawah melalui system saraf simpatis ke ganglia
simpatis. Pada titik ini, neuron pre-ganglion melepaskan
asetilkolin, yang merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor,
seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Klien
dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepineprin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut
dapat terjadi.

Pada saat bersamaan ketika system saraf simpatis


merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi,
kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan
aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal menyekresi epineprin,
yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal menyekresi
kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan
pelepasan renin.

Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan


angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II ,
vasokontriktor kuat, yang pada akhirnya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume instravaskuler. Semua factor tersebut
cenderung menyebabkan hipertensi (Aspiani, 2016)

D. TANDA DAN GEJALA

Pada umumnya, penderita hipertensi esensial tidak


memiliki keluhan. Keluhan yang dapat muncul antara lain: nyeri
kepala, gelisah, palpitasi, pusing, leher kaku, penglihatan kabur,
nyeri dada, mudah lelah, lemas dan impotensi. Nyeri kepala
umumnya pada hipertensi berat, dengan ciri khas nyeri regio
oksipital terutama pada pagi hari. Anamnesis identifikasi faktor
risiko penyakit jantung, penyebab sekunder hipertensi,
komplikasi kardiovaskuler, dan gaya hidup pasien.

Perbedaan Hipertensi Esensial dan sekunder Evaluasi


jenis hipertensi dibutuhkan untuk mengetahui penyebab.
Peningkatan tekanan darah yang berasosiasi dengan peningkatan
berat badan, faktor gaya hidup (perubahan pekerjaan
menyebabkan penderita bepergian dan makan di luar rumah),
penurunan frekuensi atau intensitas aktivitas fisik, atau usia tua
pada pasien dengan riwayat keluarga dengan hipertensi
kemungkinan besar mengarah ke hipertensi esensial. Labilitas
tekanan darah, mendengkur, prostatisme, kram otot, kelemahan,
penurunan berat badan, palpitasi, intoleransi panas, edema,
gangguan berkemih, riwayat perbaikan koarktasio, obesitas
sentral, wajah membulat, mudah memar, penggunaan obat-
obatan atau zat terlarang, dan tidak adanya riwayat hipertensi
pada keluarga mengarah pada hipertensi sekunder (Adrian,
2019).

E. KOMPLIKASI

Kompikasi hipertensi menurut (Trianto, 2014):

a. Penyakit jantung

Komplikasi berupa infark miokard, angina


pectoris, dan gagal jantung.

b. Ginjal.

Terjadinya gagal ginjal dikarenakan kerusakan


progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-kapiler
ginjal, glomerulus. Rusaknya glomerulus, darah akan
mengalir ke unit-unit fungsional ginjal dan nefron akan
terganggu sehingga menjadi hipoksik dan kematian.
Rusaknya membrane glomerulus , protein akan keluar
melalui urin sehingga tekanan osmotic koloid plasma
berkurang dan menyebabkan edema.

c. Otak
Komplikasi berupa stroke dan serangan iskemik.
Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-
arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan
menebal sehingga aliran darah ke daerahdaerah yang
diperdarahi berkurang.

3. Mata

Komplikasi berupa perdarahan retina , gangguan


penglihatan,hingga kebutaan.

4. Kerusakan pada pembuluh darah arteri

Jika hipertensi tidak terkontrol, dapat terjadi


kerusakan dan penyempitan arteri atau yang sering
disebut dengan aterosklerosis dan arterosklerosis
(pengerasan pembuluh darah). Komplikasi berupa kasus
perdarahan meluas sampai ke intraventrikuler (Intra
Ventriculer Haemorrhage) atau IVH yang menimbulkan
hidrosefalus obstruktif sehingga memperburuk luaran. 1-
4 Lebih dari 85% ICH timbul primer dari pecahnya
pembuluh darah otak 22 yang sebagian besar akibat
hipertensi kronik (65-70%) dan angiopathy amyloid.

Sedangkan penyebab sekunder timbulnya ICH


dan IVH biasa karena berbagai hal yaitu gangguan
pembekuan darah, trauma, malformasi arteriovenous,
neoplasma intrakranial, thrombosis atau angioma vena.
Morbiditas dan mortalitas ditentukan oleh berbagai
faktor, sebagian besar berupa hipertensi, kenaikan
tekanan intrakranial, luas dan lokasi perdarahan, usia,
serta gangguan metabolism serta pembekuan darah (Jasa,
Saleh, & Rahardjo, n.d.)
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC

a. Pemeriksaan antisan covid: untuk mengetahui adanya


reaktif atau non reaktif pada pasien.

b. Pemeriksaan DL atau darah lengkap: untuk menegetahui


adanya reaktif dan non reaktif pada pasien.

G. PENATALAKSANAAN MEDIK

Tujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah


menurunkan risiko penyakit kardiovaskular dan mortalitas serta
morbiditas yang berkaitan. Tujuan terapi adalah mencapai dan
mempertahankan tekanan sistolik dibawah 140 mmHg dan
tekanan distolik dibawah 90 mmHg dan mengontrol factor risiko.
Hal ini dapat dicapai melalui modifikasi gaya hidup saja, atau
dengan obat antihipertensi (Aspiani, 2016).

Penatalaksanaan faktor risiko dilakukan dengan cara


pengobatan setara non-farmakologis, antara lain:

1. Pengaturan diet Berbagai studi menunjukan bahwa diet dan


pola hidup sehat atau dengan obat-obatan yang menurunkan
gejala gagal jantung dan dapat memperbaiki keadaan
hipertrofi ventrikel kiri. Beberapa diet yang dianjurkan:

a. Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan


tekanan darah pada klien hipertensi. Dengan
pengurangan konsumsi garam dapat mengurangi
stimulasi system renin-angiotensin sehingga sangat
berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah asupan
natrium yang dianjurkan 50-100 mmol atau setara
dengan 3-6 gram garam per hari.

b. Diet tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah


tetapi mekanismenya belum jelas. Pemberian kalium
secara intravena dapat menyebabkan vasodilatasi,
yang dipercaya dimediasi oleh oksidanitrat pada
dinding vascular.

c. Diet kaya buah dan sayur

d. Diet rendah kolestrol sebagai pencegah terjadinya


jantung koroner.

2. Penurunan berat badan.

Mengatasi obesitas pada sebagian orang, dengan cara


menurunkan berat badan mengurangi tekanan darah,
kemungkinan dengan mengurangi beban kerja jantung dan
volume sekuncup. Pada beberapa studi menunjukan bahwa
obesitas berhubungan dengan kejadian hipertensi dan
hipertrofi ventrikel kiri. Jadi, penurunan berat badan adalah
hal yang sangat efektif untuk menurunkan tekanan darah.

3. Olahraga.

Olahraga teratur seperti berjalan, lari,berenang,


bersepeda bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah dan
memperbaiki keadaan jantung.

4. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat

Berhenti merokok dan tidak mengonsumsi alcohol,


penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi
karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah ke
berbagai organ dan dapat meningkatkan kerja jantung.

(Aspiani, 2016)
H. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1) Biodata :
a) Identitas Klien : Nama, umur, jenis kelamin,
agama, alamat, status dan suku bangsa.
b) Identitas penanggung jawab : Nama , umur , jenis
kelamin, agama, alamat, pekerjaan, hubungan
dengan klien.
2) Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan hal yang pertama
kali dikeluhkan klien kepada perawat / pemeriksa
3) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang: Riwayat kesehatan
sekarang merupakan pengembangan dari keluhan
utama.
b) Riwayat Kesehatan Dahulu:
Riwayat kesehatan masa lalu berkaitan
dengan penyakit yang pernah diderita
sebelumnya, kecelakaan yang pernah dialami
termasuk keracunan, prosedur operasi dan
perawatan rumah sakit
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Tanyakan apakah keluarga klien memiliki
riwayat penyakit menular (seperti TBC,
HIV/AIDS, hepatitis, dll) maupun riwayat
penyakit keturunan (seperti hipertensi, Diabetes,
asma, dll).
4) Psikososial
Di kaji perilaku verbal pasien yaitu bagaimana
pasien memberikan jawaban kepada perawat dan non
verbal pasien yaitu bagaimana perawat melihat keadaan
dan tingkat kesadaran pasien, di kaji emosi pasien dalam
menghadapi penyakitnya apakah pasien sudah tenang
atau stabil, di kaji persepsi penyakit bagaimana pasien
memandang penyakit yang dia derita, di kaji konsep diri
bagaimana sikap pasien apakah dia optimis atau pesimis
dalam menghadapi penyakit yang dia derita, di kaji
bagaimana pasien beradaptasi dengan lingkungan pasien
disekitarnya, dan juga di kaji mekanisme pertahanan diri
pasien terhadap penyakitnya yang di deritanya apakah
dengan cara bercerita dengan keluarga atau kerabatnya
atau dengan cara dipendam sendiri oleh pasien.
5) Data Spiritual
Di kaji data spiritual pasien seperti keyakinan
terhadap agama yang dianut, ketaatan beribadah, dan
keyakinan terhadap penyembuhan penyakitnya.
6) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum Klien: Penampilan klien, ekspresi
wajah, bicara, mood, berpakaian dan kebersihan
umum, tinggi badan, BB, gaya berjalan.
b) Tanda-tanda Vital: Pemeriksaan pada tanda-tanda
vital mencakup : suhu, nadi, pernapasan dan
tekanan darah. bisa normal atau bisa didapatkan
perubahan, seperti takikardi, peningkatan
pernapasan.
B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Diagnosis keperawatan adalah suatu penilaian klinis


mengenai respon klien terhadap masalah kesehatan atau
proses kehidupan dialaminya baik yang berlangsung actual
maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respon klien individu, keluarga, dan
komunitas terhadap situansi yang berkaitan dengan kesehatan
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Maka ditentukan
beberapa kemungkinan diagnosis keperawatan yang
diangkat:

a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan


peningkatan afterload, vasokontriksi, hipertropi/rigiditas
ventrikuler,iskemia miokard.
b. Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera biologis
(mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)
Ditandai dengan tanda mayor:
Ds
 Mengeluh nyeri
Do
 Tampak meringis, bersikap protektif (mis.
Waspada, posisi menghindari nyeri),
gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit
tidur
c. Resiko ketidakefektifan perfusi jarigan otak
berhubungan dengan suplai O2 otak menurun.
d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang
kontrol tidur
Di tandai tanda mayor
Ds
 Mengeluh sulit tidur, mengeluh sering terjaga,
mengeluh tidak puas tidur, mengeluh pola tidur
berubah, mengeluh istirahat tidak cukup
Do
(tidak tersedia)
Tanda minor
Ds
 Mengeluh kemampuan beraktivitas menurun
Do
(tidak tersedia)

e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan


Di tandai tanda mayor
Ds
 Mengeluh lelah
Do
 Frekuensi jantung menngkat >20% dari
kondisi istirahat
Tanda minor
Ds
 Dispnea saat/setelah aktivitas, merasa
tidak nyaman setelah beraktivitas, merasa
lemah
Do
 Tekanan darah berubah >20% dari
kondisi istirahat, gambaran ekg
menunjukkan aritmia saat/setelah
aktivitas, gambaran ekg menunjukkan
iskemia. sianosis
PENYIMPANGAN KDM

Kerusakan vaskular pembuluh darah

Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh darah

Gangguan sirkulasi

Otak Pembuluh
darah

Sistemat
ik
Retensi pembuluh Suplai O2 menurun
darah otak After lood
meningkat
Sinkop

Penurunan
Fatique
Risiko perfusi
curah
serebral tidak
jantung
efektif
Nyeri akut
Intoleransi

aktivitas
Gangguan pola
tidur
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Standar Intervensi Keperawatan mencakup intervensi
keperawatan secara komprehensif yang meliputi intervensi
pada berbagai level praktik (generalis dan spesialisis),
berbagai kategori (fisiologis dan psikososial), berbagai upaya
kesehatan (kuratif, preventif dan promotif), berbagai jenis
klien (individu, keluarga, komunitas), jenis intervensi
(mandiri dan kolaborasi) serta intervensi komplementer dan
alternatif.(PPNI, 2018)
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload, vasokontriksi, hipertropi/rigiditas
ventrikuler,iskemia miokard.
Perawatan jantung
a. Identifikasi gejala penurunan curah jantung
b. Monitor tekanan darah ( termasuk tekanan darah
ortostatik, jika perlu)
c. Monitor keluhan nyeri
d. Posisikan pasien semi fowler atau fowler dengan
kaki di bawah atau posisi nyaman
e. Kolaborasi pemberian antiaritmia
2. Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera biologis
(mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)
Manajemen nyeri
a. Identifikasi skala nyeri
b. Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
c. Berikan teknik non farmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri (misalnya terapi musik)
d. Jelaskan strategi meredakan nyeri
e. Kaloborasi pemeberian analgotik jika perlu
3. Resiko perfusi jaringan serebral tidak efektif
berhubungan dengan suplai O2 otak menurun.
Manajemen peningkatan tekanan intrakranial
a. Identifikasi peningkatan TIK
b. Monitor tanda gejala peningkatan TIK
c. Berikan posisi fowler
d. Pertahankan suhu tubuh normal

4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol


tidur
Dukungan tidur
a. Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik
dan/atau psikologis
b. Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau
tindakan untuk menunjang siklus tidur-terjaga
c. Anjurkan menghindari makanan/minuman yang
mengganggu tidur
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
Manajemen energi
a. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas
b. Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah
stimulus
c. Anjurkan tirah baring
d. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
D. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah tahap ketika perawat
mengaplikasikan asuhan keperawatan ke dalam bentuk
intervensi keperawatan guna membantu klien mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Kemampuan yang harus
dimiliki perawat pada tahap implementasi adalah
kemampuan komunikasi yang efektif, kemampuan untuk
menciptakan hubungan saling percaya dan saling bantu,
kemampuan melakukan teknik psikomotor, kemampuan
melakukan observasi sistematis, kemampuan memberikan
pendidikan kesehatan, kemampuan advokasi, dan
kemampuan evaluasi (Asmadi, 2008).

E. EVALUASI

Tujuan evaluasi keperawatan yaitu untuk menilai


pencapaian tujuan pada rencana keperawatan yang telah
ditetapkan, mengidentifikasi variable-variabel yang akan
mempengaruhi pencapaian tujuan, dan mengambil keputusan
apakah rencana keperawatan diteruskan, dimodifikasi, atau
dihentikan (Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, 2010)
DAFTAR PUSTAKA

Adrian, S. J. (2019). Hipertensi Esensial : Diagnosa Dan


Tatalaksana Terbaru Pada Dewasa, 46(3), 172–178.
Aspiani, R. yuli. (2016). Asuhan Keperawatan
Klien Gangguan Kardiovaskular
Jasa, Z. K., Saleh, S. C., & Rahardjo, S. (n.d.). Dan Intraventrikular
Yang Dilakukan Vp-Shunt Emergensi Outcome Of Patients With
Intracerebral And Intraventricular Haemorrhage After An Emergency
Vp-Shunt InsertioN. 1(3), 158–162.
Jumriani Ansar1, Indra Dwinata1, A. . (2019). Determinan
Kejadian Hipertensi Pada Pengunjung Posbindu Di Wilayah Kerja
Puskesmas Ballaparang Kota Makassar. Nasional Ilmu Kesehatan,
1, 28–35.
Trianto,(2014). Pelayanan Peperawatan Pagi Penderita
Hipertensi.Jakarta: Bumi Aksara.
PPNI DPP SDKI Pokja Tim, (2018). Standar Diagnosia
Keperawatan Indonesia Edisi 1 : Jakarta: DPP PPNI
PPNI DPP SIKI Pokja Tim, (2018). Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia Edisi 1 : Jakarta: DPP PPNI
PPNI DPP SLKI Pokja Tim, (2018). Standar Luaran Keperawatan
Indonesia Edisi 1 : Jakarta: DPP PPNI

Das könnte Ihnen auch gefallen