Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Pasien
• Dosis
Obat • Cara pemberian
• Ketika suatu obat diberikan dengan cara ekstravaskular
(peroral, intramuskular, intraperitoneal, subkutan, atau
melalui rektum) kepada pasien, maka obat akan mengalami
proses Absorpsi, Distribusi, Metabolisme, dan Ekskresi
(ADME), sebelum ia mencapai reseptor (R).
• Obat akan berada di dalam sirkulasi sistemik dengan kadar
tertentu, kemudian menembus keluar dari pembuluh darah,
terdistribusi ke seluruh jaringan organ dan akhirnya berikatan
dengan reseptor pada sel membran. Ikatan obat dengan
reseptor ini kemudian memicu berbagai reaksi kimia di dalam
sel, sampai timbul efek obat .
OBAT
Pasien
Reseptor Efek
ADME
Pada usia tua, metabolisme obat oleh hati mungkin menurun, tapi
biasanya yang lebih penting adalah menurunnya fungsi ginjal. Pada
usia 65 tahun, laju filtrasi glumerolus (LFG) menurun sampai 30%,
dan tiap satu tahunberikutnya, menurun lagi 1-2% (sebagai akibat
hilangnya sel dan penurunan aliran darah ginjal).
Oleh karena itu, orang lanjut usia membutuhkan beberapa
obat dengan dosis lebih kecil daripada orang muda, khususnya
obat yang bekerja sentral (misalnya opioid, benzodiazepin,
antidepresean), dimana orang lanjut usia lebih sensitif (karena
perubahan yang belum diketahui di otak).
Ekskresi obat
Sama halnya seperti metabolisme, ekskresi
obat itu (unmetabolised) terdapat di banyak
organ, yaitu melalui empdu, feses, keringat, air
mata, saliva, air susu ibu, dan ekspirasi dalam
bentuk gas.
Jalur ekskresi Mekanisme Contoh
Urin Filtrasi glomeruli, sekresi aktif tubuli, Sebagian besar obat :dalam bentuk bebas (tidak terikat
difusi pasif protein darah)
Empedu Transpor aktif, difusi pasif, pinositosis Senyawa amonium kuaterner, strikhnin, kinin, digitoksin,
gol penisilin, streptomisin, gol tetrasiklin.
Saliva Difusi pasif, transpor aktif, Gol penisilin, tetrasiklin, thiamin, desoksikolat, etanol,
eter
Paru Difusi pasif Kamfor, guayakol, minyak atsiri, amonium klorrida
Air susu ibu Difusi pasif, transpor aktif Basa organik lemah, asam lemah, tirostatik, anestetik,
antikoagulan, eritromisin, dan antibiotik lain.
Ekskresi ginjal memegang tanggung jawab utama untuk eliminasi sebagian
besar obat. Obat terdapat dalam filtrat glomerulus, tapi bila larut lemak,
obat ini dapat direabsorpsi dalam tubulus ginjal melalui difusi pasif.
Metabolisme obat sering menghasilkan senyawa yang kurang larut lemak
sehingga membantu ekskresi ginjal.
TOKSIK
KONSENTRASI OBAT
DALAM PLASMA THERAPEUTIK
ATAU TEMPAT KERJA TERAPI OPTIMAL WINDOW
OBAT
INEFECTIVE
K
O
N
S KEGAGALAN TERAPI REGIMEN B
E
N
T
MINIMUM TOXIC CONCENTRATION
R
S
I
TERAPI SUKSES REGIMEN A
O
B
A MINIMUM EFFECTIV CONCENTRATION
T KEGAGALAN TERAPI
P
L
A
S WAKTU PEMBERIAN OBAT
M
A
Rancangan dan optimal pengaturan dosis
Setelah pemberian satu dosis obat, efeknya biasanya
menunjukkan pola sementara yang khas. Onset efek tersebut
didahului dengan periode lagi setelah itu efek meningkat sampai
maksimum, lalu menurun; jika kemudian tidak diberikan dois yang
baru, efek obat akhirnya menghilang.perjalanan waktu ini
menggambarkan perubahan-perubahan konsentrasi obat sebagai
farmakokinetika absorpsi, distribusi, dan eliminasinya.
Dalam kebanyakan situai klinis, obat diberikan dalam satu rangkaian dosis
berulang atau sebagai infus kontinu untuk memelihara konsentrasi obat tunak
dalam memenuhi jendela terapi. Oleh karena itu,perhitungan dosis
pemeliharaan yang tepat meerupakan tujuan utama. Unuk mempertahankan
konsentrasi tunak atau konsentrasi targrt yang dipilih, laju peberian obatperlu
ditentukan sehingga laju obat masuk sama dengan laju eliminasi.
•
Ada 4 parameter yang perlu diketahui yaitu :
Oleh karena itu, jika bersihan tetap, laju eliminasi obat berbanding
lurus dengan konsentrasi obat. Perlu dicatat bahwa bersihan tidak
menunjukkan banyaknya obat yang dipindahkan tetapi lebih
merupakan volume cairan biologis seperti darah atau plasma temoat
obat akan dipindahkan sempurna agar terjadi eliminasi.
Lanjutan ...
• bersihan dengan bantuan berbagai organ eliminasi bersifat aditif.
Eliminasi obat dapat terjadi sebagai hasil dari proses yang terjadi di
ginjal, hati, dan organ lainnya. Laju eliminasi masing-masing organ
dibagi dengan konsentrasi obat (misalnya konsentrasi plasma ) akan
menghasilkan masing-masing bersihan organ tersebut. Jika
dijumlahkan, akan menjadi bersihan sistemik :
CLginjal + CLhati + CL lain = CL ( 1-4)
• Rute lain untuk proses eliminasi yaitu air liur atau keringat, sekresi
kedalam usus, dan metabolisme di tempat lain.
Lanjutan ....
CL = Dosis/AUC (1-5)
• AUC adalah luas total daerah dibawah kurva yang menggambarkan
konsentrasi obat didalam darah sebagai fungsi waktu ( dari nol sampai tak
terhingga )
Contoh :
❑ Bersihan plasma untuk sefaleksin adalah 4,3 ml.menit-1 . kg-1 , dengan
ekskresi obat dalam bentuk tidak berubah di dalam urin 90%. Untuk
seseorang dengan bobot badan 70 kg, bersihan dari plasma akan sebesar
300 ml/menit, dengan bersihan ginjal bertanggung jawab untuk 90% eliminasi
ini. Dengan kata lain, ginjal mampu mengekskresi sefaleksin dengan laju
pengeluaran sempurna ( bersih ) dari sekitar 270 ml plasma per menit.
Karena bersihan diasumsikan tetap pada pasien yang stabil, laju eliminasi
sefaleksin akan tergantung pada konsentrasi obat dalam plasma.
Lanjutan ....
❑ propanolol dibersihkan dari darah dengan laju 16 ml . menit-1 . kg -1 , atau (
1120 ml/menit pada orang dengan 70 kg), hampir seluruhnya melalui hati.
Jadi, hati dapat mengeluarkan obat yang terkandung dalam 1120 ml darah
per menit. Meskipun hati merupakan organ eliminasi yang dominan, bersihan
plasma beberapa obat melebihi laju aliran plasma ( dan darah ) ke organ ini .
Hal ini sering kali terjadi karena obat segera melakukan partisi kedalam sel
darah merah, dan laju pelepasan obat ke organ eliminasi lebih besar dari
konsentrasi dalam plasma hasil pengukuran.
❑ Hubungan antara bersihan plasma dan bersihan darah pada keadaan tubak
adalah :
CLp /CLb = Cb/Cp = 1 + H ( Crbc/ Cp – 1 ) ( 1-6)
Lanjutan ....
Oleh karena itu, bersihan dari darah dapat dihitung dengan membagi
bersihan plasma dengan perbandingan konsentrasi obat dalam darah
terhadap dalam plasma, yang diperoleh dari informasi tentang
hematokrit ( H = 0,45 ) dan perbandingan konsentrasi dalam sel darah
merah terhadap konsentrasi plasma.
Laju sampainya obat kedalam suatu organ merupakan hasil kali aliran
darah (Q) dan konsentrasi obat didalam arteri (CA ), sementara laju
keluarnya obat dari organ merupakan hasil kali aliran darah dan
konsentrasi obat dalam vena (CV). selisih kedua laju ini pada keadaan
tunak merupakan laju eliminasi obat :
Laju Eliminasi = Q . CA - Q . CV
= Q (CA - CV ) ( 1-7)
Lanjutan ...
pembagian persamaan ( 1-7) dengan konsentrasi
obat yang masuk ke organ eliminasi, CA
menghasilkan bersihan obat pada organ dengan
persamaan :
CLorgan = Q (CA – CV / CA ) = Q . E ( 1-8)
[ Scr = kreatinin serum dalam mg/dL, usia dalam tahun. Jika pasien
kelebihan berat badan atau kegemuka, dikalikan GFR yang diperoleh
dengan BSA/1,73 sehingga ditemukan GFR dalam ml/menit ]
Bersihan Hati
Konsep yang dikembangkan mempunyai implikasi
penting untuk obat yang dieliminasi melalui hati.
Mengingat bahwa suatu obat secara efisien
dihilangkan dari darah melalui proses hepatik –
metabolisme dan/atau ekskresi obat kedalam
empedu. Dalam hal ini, konsentrasi obat didalam
darah yang meninggalkan hati akan rendah,
perbandingan ekskresi akan mendekati satu, dan
bersihan obat dari darah akan akan dibatasi oleh
aliran darah hepatik.
Bersihan Ginjal
Bersihan ginjal suatu obat mengakibatkan adanya obat tersebut diurin,
perubahan sifat farmakokinetika obat karena kelainan pada ginjal
dapat juga dijelaskan dengan konsep bersihan. Namun kompleksitas
yang berhubungan dengan filtrasi, sekresi aktif, dan reabsorpsi, harus
diperhitungkan.
Laju filtrasi suatu obat tergantung pada volume cairan yang melewati
glomerulus dan konsentrasi obat yang tidak terikat didalam plasma,
karena obat yang terikat dengan protein tidak difiltrasi.
Laju sekresi obat melalui ginjal akan tergantung pada bersihan
intrinsik obat transporter dalam sekresi aktif dan juga dipengaruhi oleh
ikatan obat pada protein plasma, tingkat kejenuhan transporter ini, dan
laju pelepasan obat ke tempat sekresi.
Volume Distribusi (VD)
Volume distribusi adalah volume yang menunjukkan distribusi
obat. Pada suntikan intravena :
VD = dosis/C0
Nilai VD < 15 L menunjukkan bahwa obat dipertahankan dalam
kompartemen vaskular. Nilai VD < 15 L menunjukkan bahwa
obat terbatas pada cairan ekstraseluler, sementara volume
distribusi yang besar menunjukkan distribusi diseluruh cairan
tubuh total atau konsentrasi pada jaringan tertentu. Volume
distribusi dapat digunakan untuk menghitung bersihan obat.
Waktu paruh
•
Waktu paruh sangat berguna karena menunjukkan waktu
yang diperlukan untuk mencapai 50% dari keadaan mantap
atau menurun 50% dari kondisi keadaan yang mantap
setelah suatu perubahan dalam laju pemberian obat.
Suatu perubahan dalam t ½ tidak perlu menggambarkan
suatu perubahan dalam eliminasi obat. Contoh :
pasien-pasien dengan gagal ginjal kronis mengalami
penurunan klirens ginjal dari digoxin dan juga penurunan
volume distribusi; peningkatan waktu paruh digoxin tidak
sebesar kemungkinan yang diharapkan berdasarkan
perubahan dalam fungsi ginjal.
Laju Ketersediaan Hayati
Ketersediaan hayati adalah Jumlah obat yang mencapai sirkulasi sistemik
dipengaruhi oleh dosis pemberian dan juga oleh fraksi dosis, F, yang
diabsorpsi dan tidak mengalami eliminasi lintas pertama.
Dengan mengetahui perbandingan ekstraksi (EH ) suatu obat melewati
hati, ketersediaan hayati maksimum setelah pemberian oral (Fmax ) dapat
diperkirakan, dengan mengasumsikan bahwa eliminasi hepatik
mengikuti proses orde pertama:
Fmax = 1 – EH = 1 – (CLhepatik / Qhepatik )
Oleh karena itu, jika bersihan darah hepatik obat tersebut relatif lebih
besar dari aliran darah hepatik, tingkat ketersediaan hayati akan rendah
jika obat diberikan secara oral ( misalnya untuk lidokain )
Penurunan ketersediaan hayati ini merupakan fungsi
dari tempat fisiologis terjadinya absorpsi, dan tidak
ada modifikasi bentuk sediaan apapun tidak akan
memperbaiki ketersediaan hayati pada kondisi
kinetik linear. Absopsi yang tidak sempurna
dan/atau metabolisme di usus setelah pemberian
oral, pada praktiknya Kn menurunkan harga F
maksimim yang diperkirakan.
Kurva konsentrasi plasma versus waktu
Kurva konsentrasi plasma (KKP) versus waktu dihasilkan dengan
mengukur konsentrasi obat dalam sampel plasma yang diambil
pada berbagai jarak waktu setelah suatu sediaan obat diberikan.