Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Oleh:
Janter Napitupulu 1),
Lancer Siahaan 2)
Universitas Darma Agung, Medan 1,2)
E-mail:
jantermh@gmail.com 1)
lp.siahaan28@gmail.com 2)
ABSTRACT
Flicker or repetitive voltage fluctuation is a short-term voltage in a short time that arises as a
result of changes in the power system load that occurs suddenly with certain load
characteristics. Flickers caused by electrical loads such as electric motors, electric smelting,
and electric welding in their operations will affect other electrical equipment that is connected
at the same point as the load that causes the flicker. There are 3 points, namely points A, B, and
C as observation points whether the installation of 55 KW asynchronous motor at these points
meets the limits of voltage fluctuations that occur at start. From the calculation results
obtained, the installation of 55 KW motor on the network only meets at point A with a
permissible flicker limit of 4%. Means, the closer the position of the electrical equipment at the
transformer service point, the smaller the occurrence of flicker interference caused by the
electrical equipment.
Keywords: flicker, Voltage, Power, Resistance, Reactance
ABSTRAK
Flicker atau fluktuasi tegangan berulang adalah merupakan tegangan sesaat dalam waktu yang
singkat yang timbul sebagai akibat dari perubahan beban sistem tenaga listrik yang terjadi
secara mendadak dengan karakteristik beban tertentu. Flicker yang ditimbulkan oleh beban
listrik seperti motor-motor listrik pada operasionalnya akan memberikan pengaruh pada
peralatan listrik lainnya yang terhubung pada titik yang sama dengan beban yang menimbulkan
flicker tersebut. Terdapat 3 titik yaitu titik A, B, dan C sebagai titik observasi apakah
pemasangan motor asinkron 55 KW pada titik-titik tersebut memenuhi batas-batas fluktuasi
tegangan/flicker yang terjadi pada saat start. Dari hasil perhitungan diperoleh, pemasangan
motor 55 KW pada jaringan hanya memenuhi pada titik A dengan batas flicker yang diijinkan 4
%. Berarti, semakin dekat posisi peralatan listrik pada titik pelayanan trafo, semakin kecil
terjadinya gangguan fliker yang ditimbulkan oleh peralatan listrik tersebut.
Kata kunci : flicker, tegangan, daya, tahanan, reaktansi
JURNAL TEKNOLOGI ENERGI UDA, Jurnal Teknik Elektro Volume 9, Nomor 1, Maret 2020 :1-7 1
simulas[2]. gelombang distorsi yang menyebabkan
Pada industri penggunaan tenaga bentuk gelombang dasar menjadi bentuk
listrik semakin meningkat seiring dengan gelombang tidak sinusoida murni. Penyebab
makin pesatnya penggunaan perangkat utama adalah pemakaian peralatan
elektronik dan komputer yang sangat peka elektronik dan sistem pengaturan dan
terhadap perubahan yang terjadi pada komputer.
sumber tenaga listrik. Selain flicker, Frekuensi sistem pada suatu
kualitas daya juga ditentukan oleh pelayanan tenaga listrik , tidak selalu
harmonisa. Biasanya, harmonisa tertinggi konstan. Bila beban turun maka frekuensi
sering terjadi pada jam 9.00 pagi [3], akan naik, dan bila beban yang besar terjadi
dimana perubahan beban dan kondisi beban secara tiba-tiba, seperti pada saat beban
akan menyebabkan variasi tegangan dan puncak, frekuensi akan turun. Hal ini di
fenomena lainnya yang mempengaruhi dan sebabkan karena berubahnya arus beban
menggangu kerja dari perangkat elektronika secara tiba-tiba. Penurunan frekuensi ini
dan komputer tersebut. terjadi beberapa saat, dan akan pulih
Beberapa fenomena dapat terjadi pada kembali setelah sistem pengatur pada sistem
sistem tenaga listrik seperti : variasi pembangkit bekerja. Nilai naik turunnya
frekwensi, variasi tegangan, Flicker, frekuensi dari harga nominalnya disebut
harmonisa, tegangan tidak seimbang, dengan variasi frekuensi yang
pemadam ( service interuption ), voltage mempengaruhi kerja perlatan listrik. Pada
dip. Tetapi pada tulisan ini, akan dipaparkan motor induksi, variasi frekuensi akan
pengaruh flicker pada start motor asinkron. menimbulkan perubahan kecepatan dan
kopel, bila frekuensi bertambah, maka
2. TINJAUAN PUSTAKA kecepatan motor induksi juga bertambah,
Faktor Berpengaruh Pada Industri dan bila kopel beban dianggap konstan,
Tenaga listrik yang di salurkan dari maka motor akan mengalami beban lebih (
sistem pembangkit hingga ke konsumen over load ) yang menimbulkan panas akibat
selalu terjadi gangguan bersifat dinamik kenaikan kecepatan.
yang timbul dari sistem itu sendiri maupun Variasi Tegangan dapat di
dari luar sistem yang mempengaruhi mutu didefinisikan sebagai perubahan nilai
tenaga listrik yang di salurkan. Pada beban, tegangan pelayanan pada kerja normal pada
sering terjadi fluktuasi tegangan yaitu nilai tegangan nominal yang diakibatkan
rentang tegangan yang terjadi antara oleh perubahan beban dan pengaturan
tegangan maksimum dan minimum. tegangan sistem pembangkitan. Variasi
Rentang tegangan yang terjadi antara 0,9 tegangan ini merupakan keadaan yang tidak
sampai 1,1 per unit. Fluktuasi tegangan ini di ingini dan diijinkan pada batas tertentu
yang menyebabkan terjadinya flicker. untuk menjaga mutu pelayanan tenaga
Berdasarkan IEC, 2009 akan terjadi listrik.
peningkatan temperature kerja sebesar 50% Gejala harmonisa adalah merupakan
dan meningkatkan kebutuhan daya sebesar bentuk gelombang yang timbul pada suatu
±10 % dari daya totalnya bila terjadi sistem tenaga lisrik, di mana frekwensinya
perubahan tegangan sebesar ±5%. Tegangan merupakan pergandaan ( bilangan bulat )
harmonisa adalah gelombang distorsi yang dari frekwensi gelombang sistem tenaga
menyebabkan bentuk gelombang dasar listrik. Orde harmonisa ini, merupakan
menjadi bentuk gelombang tidak sinusoida besar bilangan penggandaan tersebut.
murni. Batas tegangan harmonisa ini adalah Akibat timbulnya gelombang harmonisa ini
sebesar 3 %. Pada kondisi operasional, , maka bentuk dasar gelombang dari sistem
berdasarkan Standar Nasional Indonesia tenaga listirik akan mengalami perubahan,
(SNI) batas penurunan tegangan adalah 10 baik dalam bentuk, amplitude, dan juga
% dan penaikan sebesar 5 %. nilai frekwensinya. Harmonisa ini dapat
Tegangan harmonisa adalah terjadi sebagai akibat dari penggunaan
JURNAL TEKNOLOGI ENERGI UDA, Jurnal Teknik Elektro Volume 9, Nomor 1, Maret 2020 :1-7 3
antara daya reaktif terhadap arus dan P3Ø = √3 .VL-L.IL.Cos.Ø untuk
tegangan. Dalam kapasitor seri daya reaktif 3 fasa
sebanding dengan kwadrat tegangan. dan
Kompesator yang memakai thyristor P1Ø = VL-N.IL.Cos.Ø untuk 1
juga dapat memperbaiki faktor daya dan fasa
profil tegangan[6]. Ada dua jenis Dimana :
kompesator dengan memakai thyristror, P3Ø adalah daya 3 fasa, P1Ø adalah
yakni Fixed capasitor with Control Reaktor daya 1 fasa, VL-L adalah tegangan fasa-fasa,
(FCCR) dan Switch capasitor and control VL-N adalah tegangan fasa-netral serta IL
Reaktor ( SCCR ). Kedua jenis kompesator adalah arus yang mengalir pada beban
ini dapat dipakai untuk memperbaiki faktror Pada saat pembebanan, perubahan
daya dan profil tegangan. Pada kompesator tegangan pada beban terjadi sebesar
jenis pertama ( FCCR ), kapasitor yang ∆V = I ( R. Cos Ø + X.Sin Ø)
dipakai sebagai sumber daya reaktif sudah
tertentu besarnya. Jadi pengaturan suplai ∆V = Vf . Vs
daya reaktif diatur dengan mengatur reaktor Dimana :
yang di switch dengan thyristor. Sebagai ∆V adalah perubahan tegangan, R
beban reaktif, dapat diatur dengan mengatur adalah tahanan, X adalah reaktansi, Cos Ø
kontrol thyristor. adalah faktor daya, I adalah arus yang
mengalir. Vf adalah batas flicker yang
3. METODE PELAKSANAAN diijinkan, Vs adalah tegangan 1 fasa.
Batas Pengaruh Flicker Yang Diijinkan
Flicker memiliki batas pengaruh yang
diijinkan, dan sebagai dasar dari penentuan 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
batas-batas pengaruh flicker adalah Data-data
pengaruh penerangan lampu pijar akibat Motor induksi 3 fasa
dari flicker pada penglihatan mata manusia. Daya motor : 55 KW
Flicker pada lampu pijar yang telah Cos : 0.95 lagging.
menggangu penglihatan adalah merupakan Efisiensi : 0.95
flicker yang tidak diizinkan ( di tolak ), Pada saat start
sedangkan flicker pada lampu pijar yang Cos : 0.3 lagging
tidak mengganggu penglihatan adalah Istart = 5 x Inominal.
flicker yang diizinkan. Di Indonesia, batas- Hasil Penelitian
batas yang berhubungan dengan fluktuasi Pada,
tegangan berulang (flicker) ini, diatur Resistansi dari titik trafo ke titik A
menurut ketentuan pada peraturan instalasi (titik koneksi Motor A) : 0,00338 Ω
listrik ( PLN ) No 23/PRT/1979: Reaktansi dari titik trafo ke titik A
(titik koneksi Motor A) : 0,01256 Ω
a. Fluktuasi tegangan yang terjadi kurang
Fluktuasi Tegangan/ Flicker yang terjadi
dari satu kali dalam tiap jam, diizinkan
akibat start Motor Induksi Secara Langsung
maksimum 8 %.
dapat diperoleh sbb :
b. Fluktuasi tegagan yang terjadi setinggi-
Untuk Pemasangan Motor Pada Titik A:
tingginya empat kali tiap jam, diizinkan
maksimum 4%.
In =
c. Fluktuasi yang terjadi terus menerus,
yang melebihi empat kali tiap jam
diizinkan maksimu 1,5%. In =
= 2,73 % = 0,04 x
Pada, dan
Resistansi dari titik trafo ke titik B (titik
koneksi Motor B) : 0,00338 Ω = Ist ( R. Cos + X.Sin )
Reaktansi dari titik trafo ke titik B (titik 8,779 = Ist (0,012996 ), Jika Ist = 5 x
koneksi Motor B) : 0,03106 Ω
In , diperoleh
Fluktuasi Tegangan/ Flicker yang terjadi
akibat start Motor Induksi Secara Langsung In = 135,06 A
dapat diperoleh sbb :
Untuk Pemasangan Motor pada Titik B : maka, batas daya motor yang diijinkan
adalah
Dengan Cara yang sama, akan diperoleh,
P = 1,732 . 380 . 135,06 . 0,95 . 0,95
Vf = = 80,22 KW
( )
Untuk batas flicker yang diijinkan, Vf = 1,5
%.
= 9,69 % =
Pada, dan
Resistansi dari titik trafo ke titik C (titik 3,291 = Ist ( 0,012996 )
koneksi Motor C ) : 0,00338 Ω
Reaktansi dari titik trafo ke titik C (titik Ist = 253,23 ampere
koneksi Motor C) : 0,04956 Ω Jika Ist = 5 x In, diperoleh,
Fluktuasi Tegangan/ Flicker yang terjadi In = 50,66 ampere
akibat start Motor Induksi Secara Langsung
maka, batas daya motor yang diijinkan
dapat diperoleh sbb :
adalah
Untuk Pemasangan Motor pada Titik C:
P = 1,732 . 380 . 50,66 . 0,95 . 0,95
Dengan cara yang sama, akan diperoleh,
= 30,09 KW.
Vf =
( ) Pemasangan motor listrik pada titik B:
Untuk batas Flicker yang diijinkan , Vf = 4
%
= 16,66 % 8,776 = Ist (0,04609 )
Batas Pemasangan Motor Induksi Start Ist = 190,39 ampere
Langsung Jika Ist = 5 x In, diperoleh :
Batas Pemasangan Motor Induksi Start In = 38,08 ampere
Langsung Berdasarkan Batas Flicker Yang
Diijinkan adalah Maka, batas daya motor listrik yang
diijinkan adalah
Pada batas flicker yang diijinkan 4 % dan
JURNAL TEKNOLOGI ENERGI UDA, Jurnal Teknik Elektro Volume 9, Nomor 1, Maret 2020 :1-7 5
P = 1,732 . 38,08 . 50,66 . 0,95 . 0,95 flicker yang diijinkan, Vf = 1,5 %, P = 8,48
= 22,62 KW. KW
Pemasangan motor listrik pada titik C,
Untuk batas flicker yang diijinkan, Vf = 1,5 batas Flicker yang diijinkan , V f = 4 %, P =
%. 4,94 KW
3,291 = Ist (0,046095 )
Pada kasus pemasangan motor listrik
Ist = 71,40 ampere
P = 55 KW, fluktuasi tegangan/flicker yang
Jika Ist = 5 x In, diperoleh : terjadi adalah pada titik A sebesar 2,75 % ,
In = 14,28 ampere pada titik B sebesar 9,69 % , pada titik C
Maka, batas daya motor lisrik yang sebesar 16,66 % hanya memenuhi apabila
diijinkan adalah dipasang pada titik A dengan batas flicker
yang diijinkan 4 %.
P = 1,732 . 380 . 14,28 . 0,95 . 0,95
= 8,48 KW.
5. SIMPULAN
Pemasangan motor listrik pada titik C Dari bahasan yang telah dilakukan
Untuk batas Flicker yang diijinkan , Vf = 4 dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut
% :
1. Terdapat batas flicker yang diijinkan
8,776 = Ist (0,0792 ) yang berbeda pada setiap titik
Ist = 110,81ampere disebabkan oleh jarak trafo ke titik
Jika Ist = 5 x In, diperoleh pemasangan motor listrik berbeda.
Semakin besar besar impedansi yang
In = 22,2 ampere terjadi antara trafo dan titik pemasangan
Maka, batas daya motor listrik adalah motor listrik maka akan semakin kecil
P = 1,732 . 38,08 . 22,2 . 0,95 . 0,95 = kapasitas motor listrik yang dapat
13,19 KW. dikoneksikan ke jaringan listrik agar
tidak menimbulkan flicker.
Untuk batas flicker yang diijinkan, Vf =
2. Pemasangan motor listri pada kapasitas P
1,5%.
= 55 KW hanya memenuhi bila di
3,291 = Ist (0,0792 ) koneksi pada titik A dengan batas flicker
Ist = 41,55 ampere yang diijinkan sebesar 4 %.
In = 8,31 ampere 3. Jarak antara titik pelayanan trafo dan
titik pemasangan peralatan listrik yang
Maka besar daya motor adalah menimbulkan flicker adalah
P = 1,732 . 380 . 8,31 . 0,95 . 0,95 berhubungan dengan impedansi. Maka,
= 4,94 KW. untuk meminimasi terjadinya flicker
adalah dengan membatasi
Pembahasan penyambungan pada jaringan pelayanan.
Dari hasil perhitungan pada
pemasangan motor listrik start langsung
dapat ditunjukkan bahwa : 6. DAFTAR PUSTAKA
Pemasangan motor listrik pada titik A,
batas flicker yang diijinkan, Vf = 4 %, P = M. H. Albadi, A. S. Al Hinai, A. H. Al-
80,22 KW Badi, M. S. Al Riyami, S. M. Al
batas flicker yang diijinkan, Vf = 1,5 %, P = Hinai, and R. S Al Abri
30,09 KW Measurements and Evaluation of
Pemasangan motor listrik pada titik B, Flicker in High Voltage Networks,
batas Flicker yang diijinkan, Vf = 4 %, P = International Conference on
22,62 KW Renewable Energies and Power
batas
Xavier X. Yang, and Maurice Kratz, Power Sugandhi, R.K. “ Thyristor Theory and
System Flicker Analysis by RMS Applications “, John WILEY & Sons,
Voltage Values and Numeric Flicker 1984.
Meter Emulation, IEEE Transactions
On Power Delivery, Vol. 24, No. 3, IEEE Recommended Practice for Elektrical
July 2009. power Distribution for Industrial
Plants, December 12, 1975
N. Janter, Studi Harmonisa pada Gardu Jones,K.M. “ The Supression of
Induk, Jurnal Teknologi Energi Uda, Voltage Fluctuations Arising from
p-ISSN 2549-1814, 8(01), 1-8, 2019 Arc Furnaces and Other Distrurbing
Loads “, CEPSI 1980.
Roger C.D., Mark F.M., Electrical Power
System Quality, Mc.Graw Hill, 2004 Turan Gonem, “ Ellectrical Power
Distribution System Engineering “,
Pabla,A.S., Elektircal Power Distribution McGraw-Hill, 1986.
System”, Tata McGraw-Hill
JURNAL TEKNOLOGI ENERGI UDA, Jurnal Teknik Elektro Volume 9, Nomor 1, Maret 2020 :1-7 7