Sie sind auf Seite 1von 32

Latar Belakang

Amerika Serikat dan Australia angka


kejadian SGB berkisar antara 1-
3/100.000 populasi pertahun

peningkatan kejadian seiring dengan


bertambahnya usia, ditemukan lebih
sering terjadi pada laki-laki
dibandingkan perempuan.

resiko kejadian SGB lebih rendah selama


masa kehamilan dan meningkat setelah
persalinan
Batasan Masalah
Case report ini membahas mengenai definisi, epidemiologi,
etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis,
tatalaksana dan prognosis sindrom guillain Barré.

Tujuan Penulisan
Menambah pengetahuan tentang definisi, etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis, tatalaksana dan
prognosis dari sindrom guillain Barré.

Metode Penulisan

Case report ini ditulis dengan metode studi kepustakaan


yang merujuk ke berbagai literatur
polineuropati akut yang
disebabkan oleh adanya reaksi
autoimun pada sistem saraf perifer

munculnya gejala dan tanda


paralisis lower motor neuron (LMN)
yang bersifat akut

disertai disosiasi sitoalbumin pada


cairan serebrospinal (CSS)
Klasifikasi

Acute Motor Axonal Acute Motor Sensory Acute Chronic Inflammatory


Neuropathy (AMAN) Axonal Neuropathy Miller Fisher Syndrome Pandysautonomia Demyeliative
(AMSAN) Polyneuropaty (CIDP)
didahului infeksi 31 % kasus SGB dapat
(antecendent infection) ditemukan Campylobacter
pada saluran pernafasan jejuni
atas atau gastrointestinal

sehingga antibodi yang


dibentuk tubuh untuk
melemahkan patogen proses antibodi mimikri,
tersebut dapat berikatan
dengan jaringan tubuh itu
sendiri.
Gejala umum:
Kelemahan yang bersifat progresif pada satu atau lebih anggota
gerak dengan atau tanpa disertai ataksia.
Arefleksia atau hiporelfeksia yang bersifat general
Gejala tambahan:
Progresifitas terjadi dalam 4 minggu
Umumnya simetris
Gangguan sensorik minimal
Terlibatnya sistem saraf pusat, terutama kelemahan otot fasialis
bilateral
Disfungsi saraf otonom
Nyeri
Anamnesis P. Fisik Temuan pada
pemeriksaan CSS:

Pemeriksaan
Temuan pada penunjang yang
pemeriksaan dapat membantu
elektrodiagnostik: penegakkan
diagnosis SGB
Myositis
akut

Poliomyelitis

Myastenia
gravis
Siapkan ICU jika ada
curiga keterlibatan Pantau fungsi Awasi tanda vital
gagal nafas atau kardiorespirasi
disfungsi otonom.

Pengukuran analisa gas Atasi rasa nyeri yang Cegah komplikasi yang
darah dirasakan pasien mungkin timbul

Pertimbangkan untuk
memulai terapi khusus,
seperti pemberian IVIG
0,4 g/kg selama 5 hari
atau plasma exchange.
Identitas Pasien
• Nama : Ny. SA
• JenisKelamin: Perempuan
• Usia : 36 tahun
• SukuBangsa : Minangkabau
• Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Keluhan
Utama :
Lemah
keempat
anggota
gerak
BAK tidak
ada keluhan.
Lemah keempat Rasa kesemutan Nyeri kepala
anggota gerak sejak dirasakan pada dirasakan dalam 8
25 hari sebelum keempat anggota bulan ini,
masuk rumah sakit gerak.

Mual tidak ada, Sesak nafas tidak Demam tidak ada,


muntah tidak ada. ada. batuk tidak ada.

Suara sengau tidak Bicara pelo tidak


ada. ada. BAB tidak ada
Kelopak mata jatuh keluhan.
tidak ada. Kejang tidak ada.
Riwayat • Pasien sebelumnya dirawat di RSUD Solok selama 5 hari
karena muntah-muntah dan nyeri perut 35 hari sebelum

Penyakit masuk rumah sakit.


• Tidak pernah menderita penyakit hipertensi, DM, dan
penyakit jantung.
Dahulu : • Riwayat trauma tidak ada.

Riwayat
Penyakit • Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit
seperti pasien.

Keluarga :

Riwayat • Pasien seorang ibu rumah tangga, dengan aktifitas fisik


Pribadi dan harian ringan hingga sedang.
• Riwayat persalinan normal 3 bulan yang lalu, anak hidup

Sosial :
sehat.
Pemeriksaan Fisik
• Keadaan umum : tampak sakit sedang
• Kesadaran : composmentis cooperative
• Tekanan darah : 130/80 mmHg
• Nadi : 89x/menit, teratur
• Napas : 21x/menit
• Suhu : 37 oC
KEPALA, MATA,
HIDUNG,
TENGGOROKAN

ABDOMEN
STATUS PARU
INTERNUS

JANTUNG
• Kesadaran CMC, GCS 15 (E4 M6 V5)
1. Tanda Rangsangan Selaput Otak
Kaku kuduk : (-)
Brudzinski I : (-)
Brudzinski II : (-)
Tanda Kernig : (-)

2. Tanda Peningkatan Tekanan Intrakranial


Pupil : Isokor, Ø 3mm/3 mm, Refleks cahaya
+/+ Reflek kornea +/+


• N.I (Olfaktorius)
• N.II (Optikus)
• N.III (Okulomotorius)
• N.IV (Troklearis)
• N.VI (Abdusens)
• N.V (Trigeminus)
• N.VII (Fasialis)
• N.VIII (Vestibularis)
• N.IX (Glosofaringeus)
• N.X (Vagus)
• N.XI (Asesorius)
• N.XII (Hipoglosus)
Cara Berjalan Normal Disatria (-)

Romberg test Tidak Disgrafia (-)


terganggu

Ataksia (-) Supinasi-Pronasi Dapat


dilakukan

Rebound (-) Tes Jari Hidung Dapat


Phenomen dilakukan

Tes Tumit Lutut Dapat Tes Hidung Jari Dapat


dilakukan dilakukan
A. Badan Respirasi Teratur
Duduk Dapat dilakukan
B.Berdiri dan Gerakan (-) (-)
berjalan spontan
Tremor (-) (-)
Atetosis (-) (-)
Mioklonik (-) (-)
Khorea (-) (-)
Superior Inferior
C.Ekstermi
tas Kanan Kiri Kanan Kiri

Gerakan
Kurang Kurang Kurang Kurang
aktif aktif aktif aktif

Kekuatan
233 244 233 233

Tropi
Eutropi Eutropi Eutropi Eutropi

Tonus
Eutonus Eutonus Eutonus Eutonus
Sensibilitas taktil Baik

Sensibilitas nyeri Baik

Sensibilitas termis Baik

Sensibilitas kortikal Baik

Stereognosis Baik

Pengenalan 2 titik Baik

Pengenalan rabaan Baik


• Sistem Refleks
• Fungsi Otonom
Miksi : baik
Defikasi : baik
Keringat : baik
• Fungsi Luhur
• Pemeriksaan Khusus : Lumbal Pungsi
Kesan : Warna kuning, none (+), pandi (++), Jumlah sel
27, glukosa
LCS 48 g/dl.
• Hb : 13,7 g/dl
• Ht : 40%
• Leukosit : 11.560 /mm3
• Trombosit : 146.000/mm3
• MCV : 88 fL
• MCH : 30 pg
• MCHC : 34 %
• Hitung Jenis : 0/2/1/83/13/1
Kesan: leukositosis dengan neutrofilia shift to the
right, trombositopenia, total protein dan albumin
menurun.
• Pemeriksaan
Protein LCS:
5282,0 mg/L
• Kesan:
peningkatan
jumlah protein LCS

Kesan :
Terdapat gambaran lesi
segmental axonal motorik
(suspek varian AMAN
SGB)
Diagnosis Klinis

:Sindrom Guillain Barre

Diagnosis Topik

: Radiks anterior dan radiks posterior

Diagnosis Etiologi

: Autoimun

Diagnosis Sekunder

: Cephalgia
Terapi
Umum: Khusus:
IVFD Asering 12 Metilprednisolon
jam/kolf 4 x 250 mg (iv)

Oksigen 2L/i Ranitidin 2 x 50


mg (iv)

PCT 3 x 750 mg
MB 1700 kkal
(po)

Kateter (balance
cairan)
Rencana: Prognosis
• Persiapan untuk Therapeutic • Quo ad vitam : dubia
Plasma Exchange ad bonam
• Brain CT Scan • Quo ad functionam : dubia
ad bonam
• Quo ad sanationam : dubia
ad bonam
• Diagnosis klinis pada pasien ini adalah Sindrom Guillain Barre.
Hal ini disimpulkan berdasarkan klinis pasien yang
mengeluhkan kelemahan anggota gerak, dimulai dari kedua
tungkai dan diikuti dengan kedua tangan, disertai rasa
kesemutan pada keempat anggota gerak, dan sebelumnya
pasien dirawat karena nyeri perut dan muntah-muntah. Hal ini
dapat dicurigai sebagai suatu infeksi gastrointestinal yang
mentrigger munculnya gejala SGB beberapa hari kemudian,
ditambah dengan riwayat persalinan pada pasien. Sebab
menurut beberapa teori resiko insidensi SGB meningkat setelah
melahirkan.
• Penatalaksanaan pasien ini diberi pengobatan metilprednisolon
4 x 250 mg, ranitidin 2 x 50 mg, paracetamol 3 x 750 mg dan
direncanakan untuk persiapan Therapeutic Plasma Exchange,
dan pemeriksaan radiologi Brain CT Scan. Metilprednisolon
merupakan kortikosteroid yang diharapkan dapat menekan
reaksi inflamasi pada pasien, sebab menurut beberapa teori
pada SGB terdapat adanya kemungkinan inflamasi pada
serabut saraf, dan paracetamol diharapkan dapat mengurangi
gejala nyeri kepala,
• kemudian TPE disiapkan untuk mengurangi reaksi autoantibodi
yang terdapat pada pasien SGB, dan brain CT scan untuk
menelusuri kemungkinan lain penyebab nyeri kepala pada
pasien dan melihat apakah ada lesi struktural pada pasien ini.
Prognosis pasien ini belum dapat diketahui secara pasti,
sehingga perlu dirawat dan diobservasi respon klinis pasien
terhadap tatalaksana yang didapatkan pasien selama masa
perawatan di rumah sakit.

Das könnte Ihnen auch gefallen